{"title":"Membingkai Identitas Kolektif Berbasis Agama: Pengalaman Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran","authors":"Ida Rosyidah, Rahmah Indar Damastuti","doi":"10.47655/dialog.v46i2.806","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak Pacaran merupakan gaya hidup modern yang disukai kalangan anak-anak muda, namun gerakan Indonesia Tanpa Pacaran justru mempromosikan “anti-pacaran” karena budaya pacarana berasal dari Barat dan pacaran akan menghancurkan generasi muda Islam, bahkan negara dan mendapatkan dukungan satu juta follower. Melalui penggunaan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi partisipan dan content analysis serta teori mekanisme konstruksi identitas kolektif yang dipergunakan Porta & Diani. Tulisan ini ingin menggali konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan Indonesia Tanpa Pacaran sehingga gerakan ini diminati pengguna internet. Hasil temuannya menunjukan bahwa proses konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan ini dibangun melalui 3 mekanisme yaitu (a) proses pengkonstruksian “kita” sebagai protagonist (orang-orang yang baik). Pada konteks ini, identitas kolektif yang dibangun adalah mereka yang anti pacaran sebagai pejuang hijrah, mantan aktivis pacaran, pelindung kesucian perempuan dan penerima hidayah, (b) melalui wadah aktivis untuk saling berinteraksi seperti instragram dan Whatsapp Group sehingga menimbulkan rasa saling percaya dan meningkatnya solidaritas sosial, (c) melalui ikatan perasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu, terutama pengalaman aktivis ITP dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya dan dihubungkan dengan tindakan kolektif saat ini. Abstract Dating is a modern lifestyle preferred by the young generation. However, Indonesia Without Dating (ITP) movement with one million followers promotes “anti-dating” action. Using qualitative method, in-depth interview, participant observation and content analysis using the construct of Porta & Diani on the construction of collective identities. This study found the construction of collective identities from in the establishment of this movement among internet users. The findings showed that the construction of anti-dating collective identity was built through three (3) mechanisms, namely (a) the process of conceptualizing “us” as protagonists (good people). In this context, those who were supporters of anti-dating were identified from hijrah warriors, ex-dating activists, protectors of women’s chastity, and recipients of guidance, (b) the activists were used online platforms to interact with one another, such as Instagram and Whatsapp Groups in order to create mutual trust and strengthen social solidarity, and lastly, (c) through collective feelings that were formed over time, primarily amongst ITP activists through some previous events and associated with the current collective action.","PeriodicalId":505314,"journal":{"name":"Dialog","volume":"118 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Dialog","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47655/dialog.v46i2.806","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Abstrak Pacaran merupakan gaya hidup modern yang disukai kalangan anak-anak muda, namun gerakan Indonesia Tanpa Pacaran justru mempromosikan “anti-pacaran” karena budaya pacarana berasal dari Barat dan pacaran akan menghancurkan generasi muda Islam, bahkan negara dan mendapatkan dukungan satu juta follower. Melalui penggunaan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi partisipan dan content analysis serta teori mekanisme konstruksi identitas kolektif yang dipergunakan Porta & Diani. Tulisan ini ingin menggali konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan Indonesia Tanpa Pacaran sehingga gerakan ini diminati pengguna internet. Hasil temuannya menunjukan bahwa proses konstruksi identitas kolektif anti pacaran dari gerakan ini dibangun melalui 3 mekanisme yaitu (a) proses pengkonstruksian “kita” sebagai protagonist (orang-orang yang baik). Pada konteks ini, identitas kolektif yang dibangun adalah mereka yang anti pacaran sebagai pejuang hijrah, mantan aktivis pacaran, pelindung kesucian perempuan dan penerima hidayah, (b) melalui wadah aktivis untuk saling berinteraksi seperti instragram dan Whatsapp Group sehingga menimbulkan rasa saling percaya dan meningkatnya solidaritas sosial, (c) melalui ikatan perasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu, terutama pengalaman aktivis ITP dalam peristiwa-peristiwa sebelumnya dan dihubungkan dengan tindakan kolektif saat ini. Abstract Dating is a modern lifestyle preferred by the young generation. However, Indonesia Without Dating (ITP) movement with one million followers promotes “anti-dating” action. Using qualitative method, in-depth interview, participant observation and content analysis using the construct of Porta & Diani on the construction of collective identities. This study found the construction of collective identities from in the establishment of this movement among internet users. The findings showed that the construction of anti-dating collective identity was built through three (3) mechanisms, namely (a) the process of conceptualizing “us” as protagonists (good people). In this context, those who were supporters of anti-dating were identified from hijrah warriors, ex-dating activists, protectors of women’s chastity, and recipients of guidance, (b) the activists were used online platforms to interact with one another, such as Instagram and Whatsapp Groups in order to create mutual trust and strengthen social solidarity, and lastly, (c) through collective feelings that were formed over time, primarily amongst ITP activists through some previous events and associated with the current collective action.