{"title":"Wound Healing Using White Turmeric (Curcuma zedoaria) Extract Nanoparticles: Macroscopic and Microscopic Observation","authors":"Fitri Ariyani, E. Handharyani, L. N. Sutardi","doi":"10.19087/jveteriner.2022.23.4.441","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Luka merupakan terjadinya kerusakan jaringan kulit yang disebabkan oleh trauma fisik atau trauma mekanis. Secara alami, penyembuhan luka terjadi sesaat setelah terjadinya luka. Penyembuhan luka dibagi menjadi empat fase yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengobservasi penyembuhan luka yang diberi sediaan gel nanopartikel temu putih (Curcuma zedoaria) dengan melihat gambaran makroskopik dan mikroskopik. Pembuatan luka dilakukan pada 24 ekor tikus Sprague dawley dengan sayatan hingga lapisan dermis sepanjang ± 3 cm dan dijahit dengan jahitan sederhana (simple suture). Tikus dibagi menjadi empat kelompok yaitu kontrol positif (C1), kontrol negatif (C2), pemberian sediaan gel nanopartikel ekstrak temu putih 0,75% (K1) dan pemberian sediaan gel nanopartikel ekstrak temu putih 1,5% (K2). Pemberian sediaan gel dilakukan selama tujuh hari. Pengamatan makroskopik dilakukan pada hari ke-1, 3, 5, dan 7. Pembuatan preparat histopatologi dilakukan pada hari ke-8 dan dilakukan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Parameter pengamatan mikroskopik adalah keropeng, pembentukan epitel, dan neovaskularisasi. Hasil pengamatan makroskopik menunjukkan kelompok perlakuan memiliki penyembuhan luka yang lebih cepat dan tidak adanya respons rasa nyeri, sedangkan kelompok kontrol menunjukkan adanya respons rasa nyeri. Hasil evaluasi mikroskopis dengan pewarnaan HE menunjukkan masih adanya keropeng, perbaikan struktur kulit, dan infiltrasi sel radang yang lebih sedikit pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Secara keseluruhan, penyembuhan luka pada kelompok perlakuan nanopartikel ekstrak temu putih menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol.","PeriodicalId":17749,"journal":{"name":"Jurnal Veteriner","volume":" 644","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Veteriner","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.19087/jveteriner.2022.23.4.441","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Luka merupakan terjadinya kerusakan jaringan kulit yang disebabkan oleh trauma fisik atau trauma mekanis. Secara alami, penyembuhan luka terjadi sesaat setelah terjadinya luka. Penyembuhan luka dibagi menjadi empat fase yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengobservasi penyembuhan luka yang diberi sediaan gel nanopartikel temu putih (Curcuma zedoaria) dengan melihat gambaran makroskopik dan mikroskopik. Pembuatan luka dilakukan pada 24 ekor tikus Sprague dawley dengan sayatan hingga lapisan dermis sepanjang ± 3 cm dan dijahit dengan jahitan sederhana (simple suture). Tikus dibagi menjadi empat kelompok yaitu kontrol positif (C1), kontrol negatif (C2), pemberian sediaan gel nanopartikel ekstrak temu putih 0,75% (K1) dan pemberian sediaan gel nanopartikel ekstrak temu putih 1,5% (K2). Pemberian sediaan gel dilakukan selama tujuh hari. Pengamatan makroskopik dilakukan pada hari ke-1, 3, 5, dan 7. Pembuatan preparat histopatologi dilakukan pada hari ke-8 dan dilakukan pewarnaan hematoksilin eosin (HE). Parameter pengamatan mikroskopik adalah keropeng, pembentukan epitel, dan neovaskularisasi. Hasil pengamatan makroskopik menunjukkan kelompok perlakuan memiliki penyembuhan luka yang lebih cepat dan tidak adanya respons rasa nyeri, sedangkan kelompok kontrol menunjukkan adanya respons rasa nyeri. Hasil evaluasi mikroskopis dengan pewarnaan HE menunjukkan masih adanya keropeng, perbaikan struktur kulit, dan infiltrasi sel radang yang lebih sedikit pada kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol. Secara keseluruhan, penyembuhan luka pada kelompok perlakuan nanopartikel ekstrak temu putih menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol.