Kajian Media Digital dan Media Sosial Akankah Terus Berlanjut?

Puji Rianto
{"title":"Kajian Media Digital dan Media Sosial Akankah Terus Berlanjut?","authors":"Puji Rianto","doi":"10.20885/komunikasi.vol18.iss1.editorial","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Sudah beberapa edisi Jurnal Komunikasi menerbitkan artikel dengan mengambil objek kajian media baru, media digital, ataupun media sosial. Aneka penyebutan kajian media ini mengindikasikan kompleksitas masalah. Dalam kajian-kajian akademik, beberapa penulis menyebutnya sebagai media digital seperti kajian Kaul  (2012),  Thumim & Chouliaraki (2010), Utomo (2022), dan Habibi (2010) untuk menyebutkan beberapa penelitian. Penelitian lainnya menggunakan istilah atau terminologi media baru (Asmar, 2020; Ataman & Çoban, 2018; Baber, 2003; Van Couvering, 2017). Berikutnya, kajian-kajian yang secara khusus memfokuskan analisis pada media sosial yang merupakan bagian dari media baru atau media digital. Dalam satu dekade belakangan, media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, ataupun TikTok telah menjadi bahan kajian penting. Kajian-kajian itu mempunyai latar belakang keilmuwan yang sangat beragam. Ini berimplikasi pada teori, pendekatan, perspektif yang digunakan juga sangat beragam. Di Indonesia, sebagai ilustrasi, para sarjana dan pengamat Indonesia dari luar negeri telah menempatkan media sosial sebagai objek kajian yang sangat penting. Baulch & Pramiyanti (2018), misalnya, mengkaji bagaimana media sosial Instagram digunakan untuk membangun citra diri sebagai muslimah. Sementara itu, banyak kajian lainnya mengenai media sosial di Indonesia menggunakan perspektif digital activism (Lim, 2017; Saud & Margono, 2021; Suwana, 2020), dan lainnya menggunakan perspektif demokrasi dan pengawasan (surveilance) seperti dikerjakan, misalnya, Masduki  (2021), Nurhayati & Suryadi (2017), Putri (2022), dan juga (Saud & Margono (2021).","PeriodicalId":34799,"journal":{"name":"Jurnal Komunikasi","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Komunikasi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20885/komunikasi.vol18.iss1.editorial","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Sudah beberapa edisi Jurnal Komunikasi menerbitkan artikel dengan mengambil objek kajian media baru, media digital, ataupun media sosial. Aneka penyebutan kajian media ini mengindikasikan kompleksitas masalah. Dalam kajian-kajian akademik, beberapa penulis menyebutnya sebagai media digital seperti kajian Kaul  (2012),  Thumim & Chouliaraki (2010), Utomo (2022), dan Habibi (2010) untuk menyebutkan beberapa penelitian. Penelitian lainnya menggunakan istilah atau terminologi media baru (Asmar, 2020; Ataman & Çoban, 2018; Baber, 2003; Van Couvering, 2017). Berikutnya, kajian-kajian yang secara khusus memfokuskan analisis pada media sosial yang merupakan bagian dari media baru atau media digital. Dalam satu dekade belakangan, media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, ataupun TikTok telah menjadi bahan kajian penting. Kajian-kajian itu mempunyai latar belakang keilmuwan yang sangat beragam. Ini berimplikasi pada teori, pendekatan, perspektif yang digunakan juga sangat beragam. Di Indonesia, sebagai ilustrasi, para sarjana dan pengamat Indonesia dari luar negeri telah menempatkan media sosial sebagai objek kajian yang sangat penting. Baulch & Pramiyanti (2018), misalnya, mengkaji bagaimana media sosial Instagram digunakan untuk membangun citra diri sebagai muslimah. Sementara itu, banyak kajian lainnya mengenai media sosial di Indonesia menggunakan perspektif digital activism (Lim, 2017; Saud & Margono, 2021; Suwana, 2020), dan lainnya menggunakan perspektif demokrasi dan pengawasan (surveilance) seperti dikerjakan, misalnya, Masduki  (2021), Nurhayati & Suryadi (2017), Putri (2022), dan juga (Saud & Margono (2021).
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
数字媒体和社交媒体研究会继续吗?
多期《传播学杂志》都发表了以新媒体、数字媒体或社交媒体为研究对象的文章。这些关于媒体研究的不同提法表明了问题的复杂性。在学术研究中,一些作者将其称为数字媒体,如 Kaul(2012 年)、Thumim & Chouliaraki(2010 年)、Utomo(2022 年)和 Habibi(2010 年)等人的研究。其他研究则使用了新媒体一词或术语(Asmar, 2020; Ataman & Çoban, 2018; Baber, 2003; Van Couvering, 2017)。其次,一些研究特别将分析重点放在社交媒体上,社交媒体是新媒体或数字媒体的一部分。在过去十年中,Facebook、Twitter、Instagram 或 TikTok 等社交媒体已成为重要的研究对象。这些研究的科学背景各不相同。这意味着所使用的理论、方法和观点也是多种多样的。以印尼为例,印尼学者和国外观察家都将社交媒体作为非常重要的研究对象。例如,Baulch & Pramiyanti(2018)研究了如何利用Instagram社交媒体建立穆斯林女性的自我形象。与此同时,还有许多关于印尼社交媒体的研究使用了数字行动主义的视角(Lim,2017;Saud & Margono,2021;Suwana,2020),还有一些研究使用了民主与监督的视角,例如 Masduki(2021)、Nurhayati & Suryadi(2017)、Putri(2022)以及(Saud & Margono,2021)。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
9
审稿时长
13 weeks
期刊最新文献
Strategy of Local Television Stations to Maintain Existence Entering the Digital Broadcasting Era Media Consumption Influence on Enhancing Public Participation Influenced by Perception and Solidarity Values in Timor-Leste Resilience of Participatory Communication Adolescent Community Communities in the Prevention of Child Marriage in Sukabumi The Meaning of Media Independence by Journalists in the 2024 Election Analysis Of Marketing Communication Activities In Increasing Brand Equity Of Lion Air Airline
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1