Elvia Haroen, Dina Alia, Gilbran Ayyubi Osman, Khalilullah Khalilullah
{"title":"Hubungan Faktor Risiko Tuli Kongenital Pada Anak Dengan Hasil Pemeriksaan Fungsi Pendengaran di RSUDZA","authors":"Elvia Haroen, Dina Alia, Gilbran Ayyubi Osman, Khalilullah Khalilullah","doi":"10.55572/jms.v4i2.89","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit jantung koroner sebagai etiologi utama sindrom koroner akut (SKA) di Indonesia sebesar 1,5%. Sekitar 5,4% pasien dengan penyakit arteri koroner (PAD) dan 0,9% pasien dengan SKA didiagnosis dengan trombositopenia. Menurut American Heart Association (AHA)/American College of Cardiology Foundation (ACCF) dan European Society of Cardiology (ESC), pemberian dual antiplatelet therapy (DAPT) yang terdiri dari aspirin dan antagonis reseptor P2Y12 adalah komponen mendasar dari manajemen SKA. Selain itu, terapi definitif berupa intervensi koroner perkutan (IKP), harus disertai dengan kombinasi obat antiplatelet dan antikoagulan untuk mencegah pembentukan trombus di lokasi intervensi koroner. Studi melaporkan bahwa trombositopenia yang diinduksi agen antiplatelet berkorelasi dengan mortalitas dan komorbiditas jangka pendek dan jangka panjang yang lebih tinggi pada pasien dengan SKA. Pada pasien dengan SKA dan trombositopenia, manajemen terapi pemberian antiplatelet masih sulit untuk dipertimbangkan dan saat ini tidak ada pedoman rekomendasi atau laporan konsensus untuk memandu dokter tentang manajemen pada kelompok ini. Oleh karena itu, kami berusaha untuk menjelaskan dari berbagai macam studi literatur tentang penggunaan DAPT pada pasien SKA dengan trombositopenia.","PeriodicalId":16350,"journal":{"name":"Journal of Medical Science","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-10-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Medical Science","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.55572/jms.v4i2.89","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit jantung koroner sebagai etiologi utama sindrom koroner akut (SKA) di Indonesia sebesar 1,5%. Sekitar 5,4% pasien dengan penyakit arteri koroner (PAD) dan 0,9% pasien dengan SKA didiagnosis dengan trombositopenia. Menurut American Heart Association (AHA)/American College of Cardiology Foundation (ACCF) dan European Society of Cardiology (ESC), pemberian dual antiplatelet therapy (DAPT) yang terdiri dari aspirin dan antagonis reseptor P2Y12 adalah komponen mendasar dari manajemen SKA. Selain itu, terapi definitif berupa intervensi koroner perkutan (IKP), harus disertai dengan kombinasi obat antiplatelet dan antikoagulan untuk mencegah pembentukan trombus di lokasi intervensi koroner. Studi melaporkan bahwa trombositopenia yang diinduksi agen antiplatelet berkorelasi dengan mortalitas dan komorbiditas jangka pendek dan jangka panjang yang lebih tinggi pada pasien dengan SKA. Pada pasien dengan SKA dan trombositopenia, manajemen terapi pemberian antiplatelet masih sulit untuk dipertimbangkan dan saat ini tidak ada pedoman rekomendasi atau laporan konsensus untuk memandu dokter tentang manajemen pada kelompok ini. Oleh karena itu, kami berusaha untuk menjelaskan dari berbagai macam studi literatur tentang penggunaan DAPT pada pasien SKA dengan trombositopenia.