Abdussalam Amahoru, Ashari Bayu, Prasada Dulhasyim, Sri Rahmadani Pulu, Fakultas Syariah, Iain Ambon, F. Ilmu, Tarbiyah dan, Iain Keguruan, Ambon
{"title":"Analisis Citra Visual Fase-Fase Bulan dalam Tinjauan Sistem Koordinat Bola Langit","authors":"Abdussalam Amahoru, Ashari Bayu, Prasada Dulhasyim, Sri Rahmadani Pulu, Fakultas Syariah, Iain Ambon, F. Ilmu, Tarbiyah dan, Iain Keguruan, Ambon","doi":"10.37630/jpm.v14i1.1492","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan merekam citra digital dari setiap fase bulan yang tampak di langit maluku, kemudian dilakukan analisis citra visual berdasarkan sistem koordinat bola langit. Variabel yang diamati dalam penelitian ini berupa data visual dan parameter astronomi yang meliputi: a) Fase Bulan; b) Fraksi Iluminasi Bulan; c) Ketinggian Bulan; d) Ketinggian Matahari; e) Umur bulan; f) Azimuth Bulan; dan g) Azimuth Matahari. Data utama berupa bentuk fase-fase bulan didapatkan dari hasil pemotretan menggunakan kamera lapangan SONY DSC-H300. Data citra visual yang diperoleh pada setiap fase kemudian dianalisis berdasarkan sistem koordinat bola langit yang memberikan hasil berupa data realtime dan gambaran dari bulan dan matahari pada koordinat bola langit yang mempengaruhi terbentuknya fase-fase bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap kali bulan teramati pada fase tertentu maka bulan selalu berada pada ketinggian yang berbeda di atas horizon. Saat fase purnama terjadi, nilai fraksi iluminasi mendekati 100% dengan nilai selisih azimuth antara bulan dan matahari mencapai 180o dan umur bulan mencapai 14-15 hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan bentuk visual pada setiap fase-fase bulan yang kita amati dari bumi diakibatkan oleh perubahan ketinggian, azimuth serta parameter astronomis lainnya yang dimiliki bulan dan matahari dalam kerangka koordinat bola langit sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menganalisis dan memahami mekanisme perubahan bentuk dari setiap fase bulan, sehingga fase-fase bulan tidak hanya dipandang sebatas fenomena alam yang indah, melainkan dapat dipahami sebagai suatu peristiwa sains yang komprehensif.","PeriodicalId":507683,"journal":{"name":"JURNAL PENDIDIKAN MIPA","volume":"27 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-03-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL PENDIDIKAN MIPA","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37630/jpm.v14i1.1492","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati dan merekam citra digital dari setiap fase bulan yang tampak di langit maluku, kemudian dilakukan analisis citra visual berdasarkan sistem koordinat bola langit. Variabel yang diamati dalam penelitian ini berupa data visual dan parameter astronomi yang meliputi: a) Fase Bulan; b) Fraksi Iluminasi Bulan; c) Ketinggian Bulan; d) Ketinggian Matahari; e) Umur bulan; f) Azimuth Bulan; dan g) Azimuth Matahari. Data utama berupa bentuk fase-fase bulan didapatkan dari hasil pemotretan menggunakan kamera lapangan SONY DSC-H300. Data citra visual yang diperoleh pada setiap fase kemudian dianalisis berdasarkan sistem koordinat bola langit yang memberikan hasil berupa data realtime dan gambaran dari bulan dan matahari pada koordinat bola langit yang mempengaruhi terbentuknya fase-fase bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap kali bulan teramati pada fase tertentu maka bulan selalu berada pada ketinggian yang berbeda di atas horizon. Saat fase purnama terjadi, nilai fraksi iluminasi mendekati 100% dengan nilai selisih azimuth antara bulan dan matahari mencapai 180o dan umur bulan mencapai 14-15 hari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perubahan bentuk visual pada setiap fase-fase bulan yang kita amati dari bumi diakibatkan oleh perubahan ketinggian, azimuth serta parameter astronomis lainnya yang dimiliki bulan dan matahari dalam kerangka koordinat bola langit sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menganalisis dan memahami mekanisme perubahan bentuk dari setiap fase bulan, sehingga fase-fase bulan tidak hanya dipandang sebatas fenomena alam yang indah, melainkan dapat dipahami sebagai suatu peristiwa sains yang komprehensif.