Kristophorus Divinanto Adi Yudono, Ayuditya Widya Cahyani
{"title":"Horror Fiction Dihantui Kendi Maling as an Alternative Discourse to Support the Variety of Literacy Skills of Deaf Students","authors":"Kristophorus Divinanto Adi Yudono, Ayuditya Widya Cahyani","doi":"10.36928/jpkm.v16i1.1929","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Fiksi horor masih terbatas dimanfaatkan sebagai penunjang pembelajaran. Karya fiksi horor memiliki peluang menjadi alternatif bahan pembelajaran, khususnya pada pembelajaran siswa tunarungu. Selain memiliki aspek kengerian, fiksi horror memuat stimulus penguatan ragam dimensi kecakapan literasi. Tujuan penelitian ini, antara lain (1) Mendeskripsikan muatan dimensi literasi yang termuat dalam cerita horor, (2) Mendeskripsikan penggunaan cerita horor dalam pembelajaran siswa tunarungu. Cerita horor yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran tunarungu adalah cerita berjudul Dihantui Kendi Maling karya Sylvana Toemon. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian adalah cerita horor dan kegiatan belajar mengajar siswa tunarungu. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, dan wawancara. Observasi dilakukan secara partisipan, atau peneliti terlibat langsung dalam pembelajaran tunarungu. Partisipan penelitian adalah guru dan siswi tunarungu di SLB B Dena Upakara Wonosobo, Jawa Tengah. Wawancara dilakukan ke pengajar untuk memperjelas atau mengonfirmasi data yang tidak tampak pada observasi. Hasil penelitian menunjukkan cerita horor Dihantui Kendi Maling dapat digunakan dalam pembelajaran karena memuat stimulus penguatan tiga dimensi literasi. Ragam dimensi literasi tersebut, antara lain literasi baca tulis, literasi finansial, dan literasi budaya-kewargaan. Literasi baca tulis dipelajari melalui pemahaman substansi wacana. Literasi finansial termuat dalam pengetahuan mencuri sebagai bentuk kejahatan finansial. Literasi budaya-kewargaan terdapat pada sikap menghargai suatu pengetahuan dan kepercayaan lokal di masyarakat. Cerita horor dan kegiatan belajar mengajar disampaikan secara oral sebagai bagian dari implementasi Metode Maternal Reflektif.","PeriodicalId":355721,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","volume":"203 1‐6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.36928/jpkm.v16i1.1929","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Fiksi horor masih terbatas dimanfaatkan sebagai penunjang pembelajaran. Karya fiksi horor memiliki peluang menjadi alternatif bahan pembelajaran, khususnya pada pembelajaran siswa tunarungu. Selain memiliki aspek kengerian, fiksi horror memuat stimulus penguatan ragam dimensi kecakapan literasi. Tujuan penelitian ini, antara lain (1) Mendeskripsikan muatan dimensi literasi yang termuat dalam cerita horor, (2) Mendeskripsikan penggunaan cerita horor dalam pembelajaran siswa tunarungu. Cerita horor yang digunakan sebagai penunjang pembelajaran tunarungu adalah cerita berjudul Dihantui Kendi Maling karya Sylvana Toemon. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian adalah cerita horor dan kegiatan belajar mengajar siswa tunarungu. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, dan wawancara. Observasi dilakukan secara partisipan, atau peneliti terlibat langsung dalam pembelajaran tunarungu. Partisipan penelitian adalah guru dan siswi tunarungu di SLB B Dena Upakara Wonosobo, Jawa Tengah. Wawancara dilakukan ke pengajar untuk memperjelas atau mengonfirmasi data yang tidak tampak pada observasi. Hasil penelitian menunjukkan cerita horor Dihantui Kendi Maling dapat digunakan dalam pembelajaran karena memuat stimulus penguatan tiga dimensi literasi. Ragam dimensi literasi tersebut, antara lain literasi baca tulis, literasi finansial, dan literasi budaya-kewargaan. Literasi baca tulis dipelajari melalui pemahaman substansi wacana. Literasi finansial termuat dalam pengetahuan mencuri sebagai bentuk kejahatan finansial. Literasi budaya-kewargaan terdapat pada sikap menghargai suatu pengetahuan dan kepercayaan lokal di masyarakat. Cerita horor dan kegiatan belajar mengajar disampaikan secara oral sebagai bagian dari implementasi Metode Maternal Reflektif.
恐怖小说作为学习辅助材料的用途仍然有限。恐怖小说有机会成为另一种学习材料,尤其是对聋哑学生而言。除了恐怖的一面,恐怖小说还包含了加强各方面读写能力的刺激因素。本研究的目标是:(1)描述恐怖故事中包含的识字能力内容;(2)描述恐怖故事在聋哑学生学习中的应用。作为聋人学习辅助工具的恐怖故事是西尔瓦娜-托埃蒙(Sylvana Toemon)所著的题为《肯迪-马林闹鬼》(Haunted by Kendi Maling)的故事。本研究采用描述性定性方法。研究数据的来源是聋人学生的恐怖故事和教学活动。数据收集采用了观察和访谈技术。观察是以参与的方式进行的,即研究者直接参与聋人的学习。研究对象是中爪哇省SLB B Dena Upakara Wonosobo学校的教师和聋哑学生。对教师进行了访谈,以澄清或确认观察中无法看到的数据。研究结果表明,恐怖故事《Dihantui Kendi Maling》可用于学习,因为它包含了加强三个识字维度的刺激因素。素养的各个层面包括读写素养、财务素养和文化公民素养。读写能力是通过理解话语的实质来学习的。金融素养包含在对偷窃这种金融犯罪形式的认识中。文化-公民素养体现在尊重社区的地方知识和信仰。恐怖故事和教与学活动是以口头方式进行的,是实施 "反思母性法 "的一部分。