Enni Dwi Wahjunie, Sri Malahayati Yusuf, Raissa Syahputri Hairani
{"title":"Peranan Soil Tilth Terhadap Produktivitas Bawang Merah","authors":"Enni Dwi Wahjunie, Sri Malahayati Yusuf, Raissa Syahputri Hairani","doi":"10.46799/syntax-idea.v6i7.4232","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Bawang merah merupakan salah satu komoditas pangan yang penting, sehingga lahan produksinya perlu dipertahankan. Apabila produktivitas lahannya menurun, sangat potensi beralih fungsi menjadi lahan penggunaan lain. Sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia berada di Kabupaten Brebes, yang dikembangkan di berbagai jenis tanah dengan karakter berbeda. Perbedaan jenis tanah tersebut telah menunjukkan perbedaan produksinya. Sebagai tanaman umbi, bawang merah memerlukan media tanam yang baik (soil tilth), antara lain konsistensi dan kemampuan mengembang mengkerut tanah. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengkaji peranan soil tilth dan kemampuan mengembang mengkerut tanah terhadap produktivitas bawang merah. Penelitian dilakukan melalui tahapan survei lokasi pengembangan bawang merah di Kabupaten Brebes, pengumpulkan data produksinya di berbagai jenis tanah sentra produksi, analisis sifat-sifat tanah terutama konsistensi dan COLE (coeficient of linier extensibility), dan analisis keterkaitan sifat tanah terhadap produksi bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya bawang merah di Kabupaten Brebes berada di tanah Kambisol Eutrik, Gleisol Eutrik, dan Mediteran Haplik. Kambisol Eutrik memiliki produktivitas bawang merah tertinggi diikuti oleh Mediteran Haplik dan Gleisol Eutrik. Konsistensi dan nilai COLE tanah berbeda antar jenis tanah. Indeks plastisitas, jangka olah, dan nilai COLE dipengaruhi oleh kadar klei dan bahan organik tanah. Semakin tinggi kadar klei dan makin rendah kadar bahan organik, sifat olah tanah makin buruk dan produksi makin rendah. \n ","PeriodicalId":249327,"journal":{"name":"Syntax Idea","volume":"89 21","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Syntax Idea","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.46799/syntax-idea.v6i7.4232","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Bawang merah merupakan salah satu komoditas pangan yang penting, sehingga lahan produksinya perlu dipertahankan. Apabila produktivitas lahannya menurun, sangat potensi beralih fungsi menjadi lahan penggunaan lain. Sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia berada di Kabupaten Brebes, yang dikembangkan di berbagai jenis tanah dengan karakter berbeda. Perbedaan jenis tanah tersebut telah menunjukkan perbedaan produksinya. Sebagai tanaman umbi, bawang merah memerlukan media tanam yang baik (soil tilth), antara lain konsistensi dan kemampuan mengembang mengkerut tanah. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengkaji peranan soil tilth dan kemampuan mengembang mengkerut tanah terhadap produktivitas bawang merah. Penelitian dilakukan melalui tahapan survei lokasi pengembangan bawang merah di Kabupaten Brebes, pengumpulkan data produksinya di berbagai jenis tanah sentra produksi, analisis sifat-sifat tanah terutama konsistensi dan COLE (coeficient of linier extensibility), dan analisis keterkaitan sifat tanah terhadap produksi bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya bawang merah di Kabupaten Brebes berada di tanah Kambisol Eutrik, Gleisol Eutrik, dan Mediteran Haplik. Kambisol Eutrik memiliki produktivitas bawang merah tertinggi diikuti oleh Mediteran Haplik dan Gleisol Eutrik. Konsistensi dan nilai COLE tanah berbeda antar jenis tanah. Indeks plastisitas, jangka olah, dan nilai COLE dipengaruhi oleh kadar klei dan bahan organik tanah. Semakin tinggi kadar klei dan makin rendah kadar bahan organik, sifat olah tanah makin buruk dan produksi makin rendah.