{"title":"EFEK PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP KADAR ASAM URAT PADA TIKUS PUTIH (Sprague dawley) MODEL CHRONIC KIDNEY DISEASE","authors":"Mela Try Rahayu, A. Afifah, Khusnul Muflikhah","doi":"10.20884/1.mandala.2022.15.1.5784","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Chronic kidney disease (CKD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. CKD terjadi akibat pengurangan nefron fungsional dan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal yang akan menyebabkan gangguan dalam proses fisiologik ginjal, terutama dalam hal ekskresi zat-zat sisa termasuk asam urat. Laju filtrasi glomerulus ≤50% mulai terjadi peningkatan kadar kreatinin, urea, dan juga asam urat. Peningkatan asam urat akan terus bertambah seiring dengan penurunan (LFG). Perlu upaya untuk pencegahan progresifitas CKD. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan bahan alam yaitu seledri. Seledri mempunyai efek sebagai sebagai anti inflamasi, antioksidan, antihipertensi dengan kandungan flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak asiri, apiin, apigenin, kolin, asparagines, zat pahit, vitamin A, B, dan C. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etenol seledri terhadap kadar asam urat pada tikus model CKD. Sebanyak 25 ekor tikus putih dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok 1: kontrol sham, kelompok 2: kontrol sakit, kelompok 3, 4, dan 5: kelompok 5/6 nefrektomi subtotal dan diberi ekstrak etanol seledri dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB 14 hari sebelum dan 14 hari setelah pembuatan model 5/6 nefrektomi subtotal. Asam urat diperiksa menggunakan sampel serum darah. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji post hoc Mann Whitney dengan signifikansi p<0,05. Rerata kadar asam urat kelompok A: 0,618±0,044, B: 1,400±0,231, C: 1,394±0,112, D: 1,586±0,434, E: 1,632±0,212. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar asam urat antara kelompok A dibanding kelompok B, C, D, dan E. Kadar asam urat kelompok C lebih rendah dibanding kelompok B namun tidak berbeda signifikan, dan kadar asam urat kelompok D dan E lebih tinggi dibanding kelompok B. Pemberian ekstrak etanol seledri tidak dapat mencegah peningkatan kadar asam urat pada tikus model CKD.","PeriodicalId":32014,"journal":{"name":"Mandala of Health","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Mandala of Health","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20884/1.mandala.2022.15.1.5784","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Chronic kidney disease (CKD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. CKD terjadi akibat pengurangan nefron fungsional dan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal yang akan menyebabkan gangguan dalam proses fisiologik ginjal, terutama dalam hal ekskresi zat-zat sisa termasuk asam urat. Laju filtrasi glomerulus ≤50% mulai terjadi peningkatan kadar kreatinin, urea, dan juga asam urat. Peningkatan asam urat akan terus bertambah seiring dengan penurunan (LFG). Perlu upaya untuk pencegahan progresifitas CKD. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan bahan alam yaitu seledri. Seledri mempunyai efek sebagai sebagai anti inflamasi, antioksidan, antihipertensi dengan kandungan flavonoid, saponin, tanin 1%, minyak asiri, apiin, apigenin, kolin, asparagines, zat pahit, vitamin A, B, dan C. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etenol seledri terhadap kadar asam urat pada tikus model CKD. Sebanyak 25 ekor tikus putih dibagi dalam 5 kelompok. Kelompok 1: kontrol sham, kelompok 2: kontrol sakit, kelompok 3, 4, dan 5: kelompok 5/6 nefrektomi subtotal dan diberi ekstrak etanol seledri dosis 250, 500, dan 1000 mg/kgBB 14 hari sebelum dan 14 hari setelah pembuatan model 5/6 nefrektomi subtotal. Asam urat diperiksa menggunakan sampel serum darah. Data dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji post hoc Mann Whitney dengan signifikansi p<0,05. Rerata kadar asam urat kelompok A: 0,618±0,044, B: 1,400±0,231, C: 1,394±0,112, D: 1,586±0,434, E: 1,632±0,212. Terdapat perbedaan bermakna rerata kadar asam urat antara kelompok A dibanding kelompok B, C, D, dan E. Kadar asam urat kelompok C lebih rendah dibanding kelompok B namun tidak berbeda signifikan, dan kadar asam urat kelompok D dan E lebih tinggi dibanding kelompok B. Pemberian ekstrak etanol seledri tidak dapat mencegah peningkatan kadar asam urat pada tikus model CKD.