{"title":"KEYAKINAN SEBELUM ILMU KALAM: AKTUALISASI IMAN, TAKDIR, DAN KESALEHAN DI MASA ISLAM AWAL","authors":"Mohammad Yunus Masrukhin","doi":"10.18592/khazanah.v19i2.4880","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This paper seeks to problematize—in the sense of Michel Foucault’s term—the study conducted by Shahab Ahmed about the scientific practices that occurred in the early Islamic period which focused on the study of the history of satanic verses. This article examines the more basic scientific practice of acceptance of the verse, which is a theological practice which represents the faith and the piety through the controversy of destiny. Benefited from theory of discourse and archaeology of knowledge, it argues that before the formative theological discourse, faith was understood as an ontological ethos present in the practical religion. It becomes a fluid, conceptualized understanding based on each other's religious experiences. Theological practice is intensively discussed among Muslims after the emergence of the controversy of free will concept presented by Ma'bad al-Juhani and responded by Abdullah b. Umar. The response represents the theological practice as an alternative to mainstream theological practice. It comes in the form of practical and individual polemics without being normalized in certain of epistemological systems of theological school. This article concludes that before the normalization of Kalam, faith was understood as an inclusive, liquid, and historically dialectical Islamic ethos based on the practical religious challenges of the Muslim community. Tulisan ini berusaha melakukan problematisasi—dalam istilah Michel Foucault—terhadap objek kajian yang dilakukan oleh Shahab Ahmed tentang praktik keilmuan yang terjadi pada masa Islam awal yang difokuskan pada kajian tentang riwayat ayat-ayat setan. Artikel ini juga mengkaji tentang praktik keilmuan yang lebih mendasar dari penerimaan terhadap ayat tersebut, yakni praktik teologis yang menjadi representasi dari iman dan kesalehan melalui kontroversi takdir. Menggunakan teori diskursus dan arkeologi pengetahuan, artikel ini mengargumentasikan bahwa sebelum terbentuknya diskursifikasi teologis, iman dipahami sebagai etos ontologis. Iman menjadi pemahaman privatif yang cair dan dikonsepkan berdasarkan pengalaman keagamaan masing-masing. Praktik teologis dipantik untuk didiskursfikasikan secara lebih intensif setelah muncul kontroversi takdir yang dihadirkan oleh Ma’bad al-Juhani yang direspons oleh Abdullah b. Umar. Respons tersebut menandai adanya praktik teologis sehingga mampu memberikan respon terhadap isu yang digulirkan untuk mencari alternatif dari praktik teologis yang komunal. Hal tersebut hadir dalam bentuk polemik praktis dan individual tanpa dinisbatkan pada sistem epistemologis tertentu yang baku dan ketat. Artikel ini berkesimpulan bahwa sebelum munculnya ilmu kalam,iman dipahami sebagai etos keberislaman praktis yang terbuka, cair, dan berdialektika secara historis berdasarkan pada tantangan keagamaan praktis masyarakat Muslim. ","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18592/khazanah.v19i2.4880","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
This paper seeks to problematize—in the sense of Michel Foucault’s term—the study conducted by Shahab Ahmed about the scientific practices that occurred in the early Islamic period which focused on the study of the history of satanic verses. This article examines the more basic scientific practice of acceptance of the verse, which is a theological practice which represents the faith and the piety through the controversy of destiny. Benefited from theory of discourse and archaeology of knowledge, it argues that before the formative theological discourse, faith was understood as an ontological ethos present in the practical religion. It becomes a fluid, conceptualized understanding based on each other's religious experiences. Theological practice is intensively discussed among Muslims after the emergence of the controversy of free will concept presented by Ma'bad al-Juhani and responded by Abdullah b. Umar. The response represents the theological practice as an alternative to mainstream theological practice. It comes in the form of practical and individual polemics without being normalized in certain of epistemological systems of theological school. This article concludes that before the normalization of Kalam, faith was understood as an inclusive, liquid, and historically dialectical Islamic ethos based on the practical religious challenges of the Muslim community. Tulisan ini berusaha melakukan problematisasi—dalam istilah Michel Foucault—terhadap objek kajian yang dilakukan oleh Shahab Ahmed tentang praktik keilmuan yang terjadi pada masa Islam awal yang difokuskan pada kajian tentang riwayat ayat-ayat setan. Artikel ini juga mengkaji tentang praktik keilmuan yang lebih mendasar dari penerimaan terhadap ayat tersebut, yakni praktik teologis yang menjadi representasi dari iman dan kesalehan melalui kontroversi takdir. Menggunakan teori diskursus dan arkeologi pengetahuan, artikel ini mengargumentasikan bahwa sebelum terbentuknya diskursifikasi teologis, iman dipahami sebagai etos ontologis. Iman menjadi pemahaman privatif yang cair dan dikonsepkan berdasarkan pengalaman keagamaan masing-masing. Praktik teologis dipantik untuk didiskursfikasikan secara lebih intensif setelah muncul kontroversi takdir yang dihadirkan oleh Ma’bad al-Juhani yang direspons oleh Abdullah b. Umar. Respons tersebut menandai adanya praktik teologis sehingga mampu memberikan respon terhadap isu yang digulirkan untuk mencari alternatif dari praktik teologis yang komunal. Hal tersebut hadir dalam bentuk polemik praktis dan individual tanpa dinisbatkan pada sistem epistemologis tertentu yang baku dan ketat. Artikel ini berkesimpulan bahwa sebelum munculnya ilmu kalam,iman dipahami sebagai etos keberislaman praktis yang terbuka, cair, dan berdialektika secara historis berdasarkan pada tantangan keagamaan praktis masyarakat Muslim.
本文试图对Shahab Ahmed所进行的关于早期伊斯兰时期的科学实践的研究提出问题——按照米歇尔·福柯的说法——该研究的重点是研究撒旦经文的历史。本文考察了更基本的科学的接受诗句的实践,这是一种通过命运之争表现信仰和虔诚的神学实践。得益于话语理论和知识考古学,它认为在形成性神学话语之前,信仰被理解为存在于实践宗教中的本体论精神。它变成了一种流动的,概念化的理解,基于彼此的宗教经历。在马巴德·朱哈尼(Ma'bad al-Juhani)提出并得到阿卜杜拉·b·欧麦尔(Abdullah b. Umar)回应的自由意志概念争议出现后,神学实践在穆斯林中得到了广泛讨论。这种回应代表了神学实践作为主流神学实践的一种选择。它以实践和个人辩论的形式出现,没有在神学院的某些认识论体系中被规范化。本文的结论是,在卡拉姆正常化之前,信仰被理解为一种包容的、流动的、历史上辩证的、基于穆斯林社区实际宗教挑战的伊斯兰精神。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。Artikel ini juga mengkaji tententenpakaktik keilmuan yang lebih mendasar dari penerimaan terhadap ayat tersebut, yakni paktik technology yang menjadi代表dari man dan kesalehan melaluukontroversi takdir。Menggunakan teori diskursus丹arkeologi pengetahuan, artikel ini mengargumentasikan bahwa sebelum terbentuknya diskursifikasi teologis,伊曼dipahami sebagai埃托奥ontologis。Iman menjadi pemahaman私有化yang cair dan dikonsepkan berdasarkan pengalaman keagamaan masing-masing。Praktik地质学家dipantik untuk didiskursfikasikan secara lebih密集的setelah muncucul konversi takdir yang dihadirkan oleh Ma 'bad al-Juhani yang dihadirkan oleh Abdullah b. Umar。反应简单,但menandandya paktiktecologisung - mampu成员的反应,即hadap - isu - yang diulikan - untuk - menterar - dari paktiktecologyyang公社。Hal tersebut hadir dalam bentuk polemik praktis dan个人tanpa dinisbatkan系统认识论tertentu yang baku dan ketat。Artikel ini berkespulpulan bahwa sebelum munculnya ilmu kalam,iman dipahami sebagai ettos keberelysan praktis yang terbuka, cair, dan berdialektika secara historis berdasarkan pada tantangan keagamaan praktis masyarakat Muslim。