{"title":"ALLOMETRIC MODELS FOR ESTIMATING TREE BIOMASS OF DRYLAND SECONDARY FOREST IN EAST HALMAHERA","authors":"Mujahidah Sylviari Zaenal, T. Tiryana, M. Muhdin","doi":"10.20886/jwas.v7i2.5948","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pendugaan biomassa hutan sekunder diperlukan untuk mendukung pengurangan emisi karbon dioksida melalui peningkatan cadangan karbon hutan. Umumnya, biomassa hutan diduga secara tidak langsung menggunakan model-model alometrik biomassa pohon yang disusun berdasarkan pengambilan sampel destruktif dari sejumlah pohon contoh. Ketersediaan model-model alometrik biomassa untuk hutan sekunder di Indonesia masih terbatas, khususnya untuk ekosistem hutan sekunder di bagian timur Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model-model alometrik biomassa pohon jenis campuran di hutan sekunder Halmahera Timur, Maluku Utara, serta untuk membandingkan akurasi model-model alometrik lokal tersebut dengan model-model alometrik lain yang umum digunakan dalam pendugaan biomassa hutan sekunder. Pengukuran biomassa pohon dilakukan secara destruktif terhadap 18 pohon jenis campuran (dengan kisaran diameter 5,4 – 36,9 cm) di hutan sekunder. Sampel-sampel dari tiap bagian pohon (batang, cabang, ranting, dan daun) dianalisis di laboratorium untuk menentukan biomassa tiap pohon contoh. Model-model alometrik disusun menggunakan analisis regresi non-linier, yang kemudian dibandingkan dengan model-model alometrik lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa biomassa pohon jenis campuran di lokasi penelitian dapat diduga secara akurat menggunakan model M7 yang menggunakan peubah diameter, tinggi dan kerapatan kayu. Model alometrik lokal tersebut lebih akurat dibandingkan dengan model-model alometrik lain yang umum digunakan untuk pendugaan biomassa hutan tropis. Alternatifnya, model M3 yang menggunakan peubah diameter dan tinggi juga dapat digunakan ketika data kerapatan kayu tidak tersedia. Model-model alometrik lokal dari penelitian ini dapat memperkaya ketersediaan model-model alometrik biomassa untuk ekosistem hutan sekunder di bagian timur Indonesia.","PeriodicalId":31303,"journal":{"name":"Jurnal Wasian","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Wasian","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20886/jwas.v7i2.5948","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Pendugaan biomassa hutan sekunder diperlukan untuk mendukung pengurangan emisi karbon dioksida melalui peningkatan cadangan karbon hutan. Umumnya, biomassa hutan diduga secara tidak langsung menggunakan model-model alometrik biomassa pohon yang disusun berdasarkan pengambilan sampel destruktif dari sejumlah pohon contoh. Ketersediaan model-model alometrik biomassa untuk hutan sekunder di Indonesia masih terbatas, khususnya untuk ekosistem hutan sekunder di bagian timur Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model-model alometrik biomassa pohon jenis campuran di hutan sekunder Halmahera Timur, Maluku Utara, serta untuk membandingkan akurasi model-model alometrik lokal tersebut dengan model-model alometrik lain yang umum digunakan dalam pendugaan biomassa hutan sekunder. Pengukuran biomassa pohon dilakukan secara destruktif terhadap 18 pohon jenis campuran (dengan kisaran diameter 5,4 – 36,9 cm) di hutan sekunder. Sampel-sampel dari tiap bagian pohon (batang, cabang, ranting, dan daun) dianalisis di laboratorium untuk menentukan biomassa tiap pohon contoh. Model-model alometrik disusun menggunakan analisis regresi non-linier, yang kemudian dibandingkan dengan model-model alometrik lain. Penelitian ini menunjukkan bahwa biomassa pohon jenis campuran di lokasi penelitian dapat diduga secara akurat menggunakan model M7 yang menggunakan peubah diameter, tinggi dan kerapatan kayu. Model alometrik lokal tersebut lebih akurat dibandingkan dengan model-model alometrik lain yang umum digunakan untuk pendugaan biomassa hutan tropis. Alternatifnya, model M3 yang menggunakan peubah diameter dan tinggi juga dapat digunakan ketika data kerapatan kayu tidak tersedia. Model-model alometrik lokal dari penelitian ini dapat memperkaya ketersediaan model-model alometrik biomassa untuk ekosistem hutan sekunder di bagian timur Indonesia.