FAKTOR DOMINAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA MAHASISWI (STUDI PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS INDONESIA)
{"title":"FAKTOR DOMINAN PREMENSTRUAL SYNDROME PADA MAHASISWI (STUDI PADA MAHASISWI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT DAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS INDONESIA)","authors":"Ayatun Fil Ilmi, D. Utari","doi":"10.22435/MGMI.V10I1.1062","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Latar belakang. Premenstrual syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi, yang dialami wanita pada 7-14 hari sebelum mentruasi akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus ovulasi. Gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, dan nyeri perut. PMS pada remaja putri dapat mengganggu aktivitas dan konsentrasi belajar. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome pada mahasiswi Universitas Indonesia. Metode. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan consecutive sampling technique. Sampel penelitian berjumlah 130 mahasiswi yang berasal dari S1 reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Departemen Arsitek Fakultas Teknik angkatan 2015/2016. Variabel yang diteliti terdiri dari gejala premenstrual syndrome, tingkat stres, aktivitas fisik, asupan gizi mikro (piridoksin, vitamin D, kalsium dan magnesium), pola tidur, dan status gizi. Hasil. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 36,9 persen mahasiswi mengalami gejala PMS sedang hingga berat. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres (p=0,001), asupan piridoksin (p=0,003), asupan magnesium (p=0,044), pola tidur (p=0,006) dengan gejala premenstrual syndrome. Faktor yang paling dominan mempengaruhi gejala PMS adalah pola tidur (OR=3,580). Mahasiswi dengan pola tidur yang buruk berisiko mengalami premenstrual syndrome 3,580 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswi yang memiliki pola tidur yang baik. Kesimpulan. Disarankan pihak kampus dapat memberikan promosi kesehatan yang berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome, pentingnya pola tidur yang baik dan cukup, pengendalian stres, dan pentingnya asupan gizi mikro.","PeriodicalId":31976,"journal":{"name":"Media Gizi Mikro Indonesia","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"6","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Media Gizi Mikro Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22435/MGMI.V10I1.1062","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 6
Abstract
Latar belakang. Premenstrual syndrome (PMS) merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi, yang dialami wanita pada 7-14 hari sebelum mentruasi akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus ovulasi. Gejala yang sering dirasakan adalah perubahan mood, nyeri sendi atau otot, dan nyeri perut. PMS pada remaja putri dapat mengganggu aktivitas dan konsentrasi belajar. Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome pada mahasiswi Universitas Indonesia. Metode. Desain studi dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan consecutive sampling technique. Sampel penelitian berjumlah 130 mahasiswi yang berasal dari S1 reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Departemen Arsitek Fakultas Teknik angkatan 2015/2016. Variabel yang diteliti terdiri dari gejala premenstrual syndrome, tingkat stres, aktivitas fisik, asupan gizi mikro (piridoksin, vitamin D, kalsium dan magnesium), pola tidur, dan status gizi. Hasil. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 36,9 persen mahasiswi mengalami gejala PMS sedang hingga berat. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres (p=0,001), asupan piridoksin (p=0,003), asupan magnesium (p=0,044), pola tidur (p=0,006) dengan gejala premenstrual syndrome. Faktor yang paling dominan mempengaruhi gejala PMS adalah pola tidur (OR=3,580). Mahasiswi dengan pola tidur yang buruk berisiko mengalami premenstrual syndrome 3,580 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswi yang memiliki pola tidur yang baik. Kesimpulan. Disarankan pihak kampus dapat memberikan promosi kesehatan yang berhubungan dengan gejala premenstrual syndrome, pentingnya pola tidur yang baik dan cukup, pengendalian stres, dan pentingnya asupan gizi mikro.
背景。月经前综合症(PMS)是生理、心理和情感症状的汇集,妇女在实现排卵性荷尔蒙变化前7-14天所经历的。常见的症状是情绪变化、关节或肌肉疼痛和腹痛。年轻女性的性病会干扰活动和学习注意力。目标。本研究的目的是确定印尼大学生月经前综合症症状的主要因素。方法。本研究的设计研究采用了结论性技术。研究样本来自公共卫生学院和工程学院(school of public health)的普通学士学位和工程部(archculture of engineschool of engineschool),共130名学生。受研究的变量包括月经前症状、压力水平、体育活动、微营养摄入(piridoksin、维生素D、钙和镁)、睡眠模式和营养状况。结果。调查显示,多达36.9%的大学生有中度到严重的经前综合症症状。压力水平(p= 0.001)、piridoksin摄入量(p= 0.003)、镁摄入量(p= 0.044)、睡眠模式(p= 0.006)与月经前综合症症状有显著关系。影响经前综合症症状的主要因素是睡眠模式(或= 3.580)。睡眠模式不佳的学生患经期前综合症的风险是有规律睡眠模式的学生的3580倍。结论。建议校方可以提供与月经前症状相关的健康促进,适当的睡眠模式的重要性,压力控制,以及微营养摄入的重要性。