POLARISASI SUFISTIK DAN HADIS PADA POPULARITAS IHYA’ ‘ULUMUDDIN DI NUSANTARA

In’amul Hasan, A. Rafif
{"title":"POLARISASI SUFISTIK DAN HADIS PADA POPULARITAS IHYA’ ‘ULUMUDDIN DI NUSANTARA","authors":"In’amul Hasan, A. Rafif","doi":"10.21043/riwayah.v6i1.6615","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Imam al-Ghazali sebagai pengarang kitab Ihya’ ‘Ulumuddin memiliki latar belakang hidup yang beragam. Ia pernah menjadi filsuf (ahlu al-ra’yi) yang kemudian beralih menjadi seorang sufi pada masa tuanya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan karangan beliau yang menjadi masterpiece, yaitu kitab Ihya’ ‘Ulumuddin. Kitab ini menjadi populer di Nusantara dan dijadikan sebagai rujukan utama panduan hidup seorang muslim. Namun, dibalik kepopuleran kitab ini, banyak ulama hadis yang memberikan komentar yang kontroversial terhadap hadis yang dimuat dalam kitab ini. Walaupun komentar tersebut banyak berdatangan ke kitab ini, Kepopuleran kitab Ihya’ ‘Ulumuddin tidak lusuh di Nusantara, bahkan bisa bertahan hingga saat ini. Hal itu dapat terlihat pada saat Musabaqah Qira‘ah al-Kutub (MQK), kitab ini dijadikan kitab yang diperlombakan pada cabang akhlak tingkat ulya. Adapun tulisan ini membahas seluk-beluk serta alasan kitab ini tetap eksis dan dapat dipertahankan, terutama di Nusantara. Dengan pendekatan historis, atau lebih spesifiknya tentang sejarah masuknya Islam ke Nusantara yang diiringi dengan interpretasi sufi dan muhaddisin terhadap hadis-hadis yang ada dalam kitab ini, tulisan ini mengarah kepada sebab kepopuleran kitab ini di Nusantara. Di antara hasil penelitian ini adalah: (1) Masuknya Islam ke Nusantara dipelopori oleh ulama-ulama tasawuf, bukan ulama hadis, (2) kitab Ihya’ ‘Ulumuddin dipopulerkan oleh ulama-ulama taswauf yang berorientasi kepada syari’at (neo-sufisme), (3) komentar-komentar kontroversial yang berdatangan kepada kitab ini karena interpretasi ahli hadis (muhaddisin) yang terlalu ketat, serta (4) perbedaan interpretasi antara muhaddisin dan kaum sufi terhadap otentisitas hadis.","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v6i1.6615","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

Abstract

Imam al-Ghazali sebagai pengarang kitab Ihya’ ‘Ulumuddin memiliki latar belakang hidup yang beragam. Ia pernah menjadi filsuf (ahlu al-ra’yi) yang kemudian beralih menjadi seorang sufi pada masa tuanya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan karangan beliau yang menjadi masterpiece, yaitu kitab Ihya’ ‘Ulumuddin. Kitab ini menjadi populer di Nusantara dan dijadikan sebagai rujukan utama panduan hidup seorang muslim. Namun, dibalik kepopuleran kitab ini, banyak ulama hadis yang memberikan komentar yang kontroversial terhadap hadis yang dimuat dalam kitab ini. Walaupun komentar tersebut banyak berdatangan ke kitab ini, Kepopuleran kitab Ihya’ ‘Ulumuddin tidak lusuh di Nusantara, bahkan bisa bertahan hingga saat ini. Hal itu dapat terlihat pada saat Musabaqah Qira‘ah al-Kutub (MQK), kitab ini dijadikan kitab yang diperlombakan pada cabang akhlak tingkat ulya. Adapun tulisan ini membahas seluk-beluk serta alasan kitab ini tetap eksis dan dapat dipertahankan, terutama di Nusantara. Dengan pendekatan historis, atau lebih spesifiknya tentang sejarah masuknya Islam ke Nusantara yang diiringi dengan interpretasi sufi dan muhaddisin terhadap hadis-hadis yang ada dalam kitab ini, tulisan ini mengarah kepada sebab kepopuleran kitab ini di Nusantara. Di antara hasil penelitian ini adalah: (1) Masuknya Islam ke Nusantara dipelopori oleh ulama-ulama tasawuf, bukan ulama hadis, (2) kitab Ihya’ ‘Ulumuddin dipopulerkan oleh ulama-ulama taswauf yang berorientasi kepada syari’at (neo-sufisme), (3) komentar-komentar kontroversial yang berdatangan kepada kitab ini karena interpretasi ahli hadis (muhaddisin) yang terlalu ketat, serta (4) perbedaan interpretasi antara muhaddisin dan kaum sufi terhadap otentisitas hadis.
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
苏菲派和圣训在努桑塔拉流行
伊玛目·加扎里(Imam al-Ghazali)是《亚哈亚》(Ihya’Ulumuddin)的作者。他曾是个哲学家,后来改信犹太教。这可以从他的杰作《乌鲁木丁》(Ihya ' Ulumuddin)中证明。这本书在努桑塔拉很受欢迎,被认为是穆斯林生活指南的主要参考文献。然而,在这本书流行的背后,许多圣训学者对这本书所载的圣训发表了有争议的评论。尽管这些评论在这本书中出现了很多,但《伊亚书》《乌鲁穆丁》在努桑塔拉并不代表任何人感到无聊,但它甚至可以持续到今天。这一点在武藏夸阿阿德拉·阿德拉·阿苏尔(MQK)的时代就可以看出来,这本书是在乌利亚等级的道德分支上展开的。而这篇文章讨论了它存在和得以保存的复杂和原因,特别是在群岛。以一种历史的方式,或者更具体地说,伊斯兰教进入努桑塔拉的历史,再加上苏菲派和穆哈德代辛对书中圣训的解释,这就导致了这本书在努桑塔拉的流行。中间这个研究的结果是:(1)伊斯兰教进入群岛由学者tasawuf,不是学者,(2)《圣训Ihya“Ulumuddin推广由学者对syari导向的taswauf 'at neo-sufisme),(3)对这本书,因为有争议的评论来解释太紧的圣训(muhaddisin)专家,以及(4)muhaddisin解释区别和苏菲对otentisitas圣训的原因之一。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
13
审稿时长
24 weeks
期刊最新文献
NEURO-LINGUISTIC PROGRAMMING (NLP) AS A CUPPING MEDIA: A Living Hadith Discourse LIVING HADITH IN THE PERSPECTIVE OF THE HAQ NAQSHBANDI SUFI ORDER REINTERPRETATION OF THE MEANING OF THE HADITH ON PROHIBITION FOR WOMEN TO TRAVEL WITHOUT A MAHRAM: The Ma’na-cum-Maghza Approach THE DIFFERENCES IN INTERPRETATION OF THE HADITH: A Study of The Hadith al-Jannatu tahta Aqdam al-Ummahat SCIENTIFIC MIRACLES OF GRAPES IN THE QUR’AN AND HADITH: Perspectives on Religious Studies and Herbal Treatment
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1