{"title":"ISLAMIZATION, PIETY, FUNDAMENTALISM: RELIGIOUS MOVEMENT IN CAMPUS","authors":"Lukis Alam","doi":"10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I2.785","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Religion is based on the perspective of attitudes and attention to the doctrines that apply in everyday life. On its journey, diversity is often a symbol and goal of achieving certain interests. However, sometimes he often raises conflicts within the structure of society. Power and religion sometimes cannot be united, which results in friction between the authorities and their people. In this regard, the existence of this study wants to highlight the dynamics of intellectual diversity in public space. They want to fight for religious rights that have been ruled out by the government. So that with the metamorphosed Tarbiyah movement being campus preaching, they have directed a non-confrontational movement that fights Islam in the public space by taking mosque settings as the foundation of religious idealism in the modern era. The rise of campus preaching in various universities throughout Indonesia originated from the concerns of Islamic activists on the impartiality of the authorities in a system based on religious guidance. Especially in the era of the 70s when the New Order replaced the Old Order, many actions were contrary to Islamic norms. The further development of the preaching of this campus is growing rapidly, as a result there is a new Islamic model conducted by students who try to instill an ethical system to the community. This study uses a qualitative method that combines literature sources with a phenomenological approach that refers to field data. Therefore the final result of this study presents the religious aspirations of young intellectuals in their relations with the political interests of the ruler who display modern piety attitudes that process into contemporary Islamic models in the public sphere. Keberagamaan didasarkan pada perspektif sikap dan atensi atas doktrin yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Pada perjalanannya, keberagamaan seringkali menjadi simbol dan tujuan mencapai kepentingan tertentu. Namun, adakalanya ia kerap memunculkan pertentangan di dalam struktur masyarakat. Kekuasaan dan agama terkadang tidak bisa disatukan, yang berakibat pada gesekan antara penguasa dengan rakyatnya. Berkaitan dengan hal tersebut, adanya penelitian ini ingin menyoroti dinamika keberagamaan kaum intelektual di ruang publik. Mereka ingin memperjuangkan keberagamaan yang selama ini dikesampingkan penguasa. Sehingga dengan gerakan Tarbiyah yang bermetamorfosa menjadi dakwah kampus, mereka telah mengarahkan pada suatu gerakan non-konfrontatif yang memperjuangkan Islam di ruang publik dengan mengambil setting masjid sebagai landasan idealisme keberagamaan di era modern. Maraknya dakwah kampus di berbagai universitas di seluruh Indonesia berawal dari keprihatinan para aktivis Islam terhadap keberpihakan penguasa pada liberalisasi nilai dan moral. Terlebih di era 70-an saat Orde Baru menggantikan Orde Lama, banyak sekali tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma Islam. Perkembangan selanjutnya, dakwah kampus ini berkembang dengan pesat, akibatnya terjadi model keislaman baru yang dilakukan oleh mahasiswa yang mencoba menanamkan sistem etika kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang memadukan sumber-sumber pustaka dengan pendekatan fenomenologis yang mengacu dari data lapangan. Oleh karena itu, hasil akhir penelitian ini menyuguhkan aspirasi keberagamaan kaum intelektual muda dalam persinggungannya dengan kepentingan politik penguasa yang menampilkan sikap-sikap kesalehan modern yang berproses menjadi model Islamisasi kontemporer di ruang publik.","PeriodicalId":33314,"journal":{"name":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-12-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Islam Realitas Journal of Islamic Social Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30983/ISLAM_REALITAS.V4I2.785","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Religion is based on the perspective of attitudes and attention to the doctrines that apply in everyday life. On its journey, diversity is often a symbol and goal of achieving certain interests. However, sometimes he often raises conflicts within the structure of society. Power and religion sometimes cannot be united, which results in friction between the authorities and their people. In this regard, the existence of this study wants to highlight the dynamics of intellectual diversity in public space. They want to fight for religious rights that have been ruled out by the government. So that with the metamorphosed Tarbiyah movement being campus preaching, they have directed a non-confrontational movement that fights Islam in the public space by taking mosque settings as the foundation of religious idealism in the modern era. The rise of campus preaching in various universities throughout Indonesia originated from the concerns of Islamic activists on the impartiality of the authorities in a system based on religious guidance. Especially in the era of the 70s when the New Order replaced the Old Order, many actions were contrary to Islamic norms. The further development of the preaching of this campus is growing rapidly, as a result there is a new Islamic model conducted by students who try to instill an ethical system to the community. This study uses a qualitative method that combines literature sources with a phenomenological approach that refers to field data. Therefore the final result of this study presents the religious aspirations of young intellectuals in their relations with the political interests of the ruler who display modern piety attitudes that process into contemporary Islamic models in the public sphere. Keberagamaan didasarkan pada perspektif sikap dan atensi atas doktrin yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Pada perjalanannya, keberagamaan seringkali menjadi simbol dan tujuan mencapai kepentingan tertentu. Namun, adakalanya ia kerap memunculkan pertentangan di dalam struktur masyarakat. Kekuasaan dan agama terkadang tidak bisa disatukan, yang berakibat pada gesekan antara penguasa dengan rakyatnya. Berkaitan dengan hal tersebut, adanya penelitian ini ingin menyoroti dinamika keberagamaan kaum intelektual di ruang publik. Mereka ingin memperjuangkan keberagamaan yang selama ini dikesampingkan penguasa. Sehingga dengan gerakan Tarbiyah yang bermetamorfosa menjadi dakwah kampus, mereka telah mengarahkan pada suatu gerakan non-konfrontatif yang memperjuangkan Islam di ruang publik dengan mengambil setting masjid sebagai landasan idealisme keberagamaan di era modern. Maraknya dakwah kampus di berbagai universitas di seluruh Indonesia berawal dari keprihatinan para aktivis Islam terhadap keberpihakan penguasa pada liberalisasi nilai dan moral. Terlebih di era 70-an saat Orde Baru menggantikan Orde Lama, banyak sekali tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma Islam. Perkembangan selanjutnya, dakwah kampus ini berkembang dengan pesat, akibatnya terjadi model keislaman baru yang dilakukan oleh mahasiswa yang mencoba menanamkan sistem etika kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang memadukan sumber-sumber pustaka dengan pendekatan fenomenologis yang mengacu dari data lapangan. Oleh karena itu, hasil akhir penelitian ini menyuguhkan aspirasi keberagamaan kaum intelektual muda dalam persinggungannya dengan kepentingan politik penguasa yang menampilkan sikap-sikap kesalehan modern yang berproses menjadi model Islamisasi kontemporer di ruang publik.
宗教是建立在对日常生活中适用的教义的态度和关注的基础上的。在发展过程中,多样性往往是实现某种利益的象征和目标。然而,有时他也会引发社会结构内部的矛盾。权力和宗教有时无法统一,这导致当局与人民之间的摩擦。在这方面,本研究的存在是为了强调公共空间中智力多样性的动态。他们想争取被政府排除在外的宗教权利。因此,随着蜕变的Tarbiyah运动成为校园布道,他们指导了一场非对抗性的运动,通过将清真寺环境作为现代宗教理想主义的基础,在公共空间对抗伊斯兰教。印度尼西亚各地大学校园布道的兴起,源于伊斯兰活动人士对当局在以宗教指导为基础的制度中的公正性的担忧。特别是在新秩序取代旧秩序的70年代,许多行为违反了伊斯兰规范。校园布道的进一步发展正在迅速发展,因此,学生们试图向社区灌输道德体系,从而形成了一种新的伊斯兰模式。本研究采用定性方法,结合文献来源和现象学方法,参考实地数据。因此,本研究的最终结果呈现了年轻知识分子的宗教愿望与统治者的政治利益的关系,统治者表现出现代虔诚的态度,这些态度在公共领域转化为当代伊斯兰模式。Keberagamaan didasarkan pada的观点是,这是一个很好的例子。Pada perjalanannya, keberagamaan seringkali menjadi符号dan tujuan menjapi, keep ingingan和tertentu。Namun, adakalanya a kerap memunculkan pertenangan di dalam structur masyarakat。企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅。柏克坦登高登高、登高登高、登高登高、登高登高、登高登高、登高登高、登高登高。Mereka ingin memperjuangkan keberagamaan yang selama ini dikesampingkan企鹅。圣城,登甘,古吉拉特邦,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城,圣城Maraknya dakwah kampus di berbagai universitas di seluruh印度尼西亚berawal dari keprihatan para aktivis伊斯兰教terhadap keberpihakan企鹅padpadliberalisasi nilai dan moral。Terlebih di era 70-an saat Orde Baru menggantikan Orde Lama, banyak sekali tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma Islam。Perkembangan selanjutnya, dakwah kampus ini berkembang dengan pesat, akibatnya terjadi模型keysan baru yang dilakukan oleh mahasiswa yang mencoba menanamkan系统etika kepaada masyarakat。杨Penelitian ini menggunakan metode kualitatif memadukan sumber-sumber pustaka dengan pendekatan fenomenologis杨mengacu lapangan达里语数据。Oleh karena itu, hasil akhir penelitian ini menyuguhkan aspirasas keberagamaan kaum知识分子,dalam persinggunganya, dengan, keberagamaan,政治,企鹅,yang menampilkan sikap kesalehan,现代,yang menampilkan, sikap, kesalehan,现代,yang, menjadi,模型,伊斯兰教,kontemporer di ruang public。