{"title":"PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA YANG MENCERDASKAN DAN TANGGUNG JAWAB MENGHASILKAN GENERASI LITERAT","authors":"Sarwiji Suwandi","doi":"10.25134/FJPBSI.V13I2.1562","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Melalui surat undangan untuk menjadi pembicara dalam rangka Seminar Nasional di Universitas Kuningan saya diberi tahu bahwa seminar ini mengangkat tema �Berliterasi dengan Bahasa dan Sastra.� Sekurang-kurangnya ada dua kata kunci dalam tema tersebut, yaitu �berliterasi� dan �bahasa dan sastra�.Selain itu, ada satu kata antara kedua kata kunci tersebut, yakni kata dengan yang berarti �menggunakan suatu alat atau media‟. Tatakala dibaca secara lengkap, tema itu kurang lebih dapat dimaknai berliterasi dengan menggunakan bahasa dan sastra (baca: bahasa dan sastra Indonesia) sebagai sarananya.Kata literasi itu sendiri sering diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis atau sering digunakan untuk mengacu konsep melek aksara atau keberaksaraan. Seturut dengan itu, berliterasi mengacu pada konsep aktivitas membaca atau menulis atau berkemampuan membaca dan menulis.Jika demikian pemaknaannya, tampaknya diskusi tentang tema tersebut momentumnyatelah lewat atau bisa dianggap selesai. Bukankah kita sama-sama tahu bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai wadah dan sekaligus pengembang kebudayaan, bahasa sebagai sarana memahami hasil olah pikir dan rasa manusia yang tertuang dalam teks-teks dan sekaligus sarana mengekspresikan dan mendesiminasikan olah pikir dan rasa orang atau keompok orang kepada orang lain melalui teks-teks juga.Pertanyaannya kemudian adalah apakah diskursus berliterasi dengan bahasa dan sastra benar-benar sudah memadai dan memberikan solusi atas permalasalahan yang ada. Tentu belum dan bahkan tidak pernah selesai! Persoalannya bukan semata-mata bahasa sebagai media literasi.Bahkan, jika literasi dibatasi pada makna melek aksara atauFON ; Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaVolume 13 Nomor 2 Tahun 2018ISSN Elektronik : 2614-7718 | 2ISSN Cetak : 2086-0609kebraksaraan pun masih banyak masalah tersisa.Memang, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangiangka buta huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemelekaksaraan masyarakat Indonesia mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8%untuk kategori remaja. Capaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesiatelah melewati tahapan krisis literasi dalam pengertian kemelekaksaraan.","PeriodicalId":34420,"journal":{"name":"Fon","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-10-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Fon","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.25134/FJPBSI.V13I2.1562","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Melalui surat undangan untuk menjadi pembicara dalam rangka Seminar Nasional di Universitas Kuningan saya diberi tahu bahwa seminar ini mengangkat tema �Berliterasi dengan Bahasa dan Sastra.� Sekurang-kurangnya ada dua kata kunci dalam tema tersebut, yaitu �berliterasi� dan �bahasa dan sastra�.Selain itu, ada satu kata antara kedua kata kunci tersebut, yakni kata dengan yang berarti �menggunakan suatu alat atau media‟. Tatakala dibaca secara lengkap, tema itu kurang lebih dapat dimaknai berliterasi dengan menggunakan bahasa dan sastra (baca: bahasa dan sastra Indonesia) sebagai sarananya.Kata literasi itu sendiri sering diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis atau sering digunakan untuk mengacu konsep melek aksara atau keberaksaraan. Seturut dengan itu, berliterasi mengacu pada konsep aktivitas membaca atau menulis atau berkemampuan membaca dan menulis.Jika demikian pemaknaannya, tampaknya diskusi tentang tema tersebut momentumnyatelah lewat atau bisa dianggap selesai. Bukankah kita sama-sama tahu bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai wadah dan sekaligus pengembang kebudayaan, bahasa sebagai sarana memahami hasil olah pikir dan rasa manusia yang tertuang dalam teks-teks dan sekaligus sarana mengekspresikan dan mendesiminasikan olah pikir dan rasa orang atau keompok orang kepada orang lain melalui teks-teks juga.Pertanyaannya kemudian adalah apakah diskursus berliterasi dengan bahasa dan sastra benar-benar sudah memadai dan memberikan solusi atas permalasalahan yang ada. Tentu belum dan bahkan tidak pernah selesai! Persoalannya bukan semata-mata bahasa sebagai media literasi.Bahkan, jika literasi dibatasi pada makna melek aksara atauFON ; Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaVolume 13 Nomor 2 Tahun 2018ISSN Elektronik : 2614-7718 | 2ISSN Cetak : 2086-0609kebraksaraan pun masih banyak masalah tersisa.Memang, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangiangka buta huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemelekaksaraan masyarakat Indonesia mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8%untuk kategori remaja. Capaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesiatelah melewati tahapan krisis literasi dalam pengertian kemelekaksaraan.