Agustiansyah Agustiansyah, P. B. Timotiwu, Nabila Lutfiah
{"title":"Pengaruh priming terhadap vigor benih kedelai (Glycine max (L.) Merril.) yang dikecambahkan pada media dengan cekaman alumunium","authors":"Agustiansyah Agustiansyah, P. B. Timotiwu, Nabila Lutfiah","doi":"10.15575/13458","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kandungan aluminium yang tinggi pada tanah Ultisol merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya tanaman kedelai mulai dari fase perkecambahan hingga pertumbuhan tanaman. Perlakuan priming pada benih diyakini mampu memperbaiki perkecambahan pada lingkungan yang kurang menguntungkan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh priming pada perkecambahan benih kedelai yang dikecambahkan dalam media masam dan mengandung aluminium. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis priming : tanpa priming, H2O (air), KNO3 1%, KNO3 2%, GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, dan PEG 6000 7,5%. Faktor kedua adalah varietas kedelai yaitu: Anjasmoro, Burangrang, dan Grobogan. Data dianalisis sidik ragamnya dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5% menggunakan program statistika R Studio. Hasil penelitian menunjukkan priming PEG 7,5% dan varietas Burangrang secara mandiri merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan vigor benih kedelai berdasarkan variabel waktu muncul kecambah, kecepatan perkecambahan, dan panjang hipokotil. Implikasi penelitian ini adalah PEG 7,5% dapat digunakan untuk perbaikan perkecambahan pada tanah masam dengan kandungan aluminium yang relatif tinggi. High aluminium content in Ultisol is the main problem in soybean cultivation from germination to planting growth phases.Priming treatment is believed to improve seed germination in a poor-growing environment. This study aimed to determine the effect of priming of soybean seeds germinated under acid medium and aluminium stress. The experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) with factorial pattern. The first factor was priming type : no priming, H2O (water), 1% KNO3, 2% KNO3, 50 ppm GA3, 100 ppm GA3, and 7.5% PEG 6000. The second factor was soybean variety : Anjasmoro, Burangrang, and Grobogan. The data obtained were analyzed using the R Studio statistic program with a 5% HSD test. The study resulted that each PEG 7.5% priming and Burangrang variety independently was the best in increasing soybean seed vigor based on sprout time emergence, germination speed and hypocotyl length. This research implicates that PEG 7.5% can be used to improve seed germination on acid soils with high aluminium content. ","PeriodicalId":34207,"journal":{"name":"Jurnal Agro Industri Perkebunan","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Agro Industri Perkebunan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.15575/13458","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kandungan aluminium yang tinggi pada tanah Ultisol merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya tanaman kedelai mulai dari fase perkecambahan hingga pertumbuhan tanaman. Perlakuan priming pada benih diyakini mampu memperbaiki perkecambahan pada lingkungan yang kurang menguntungkan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh priming pada perkecambahan benih kedelai yang dikecambahkan dalam media masam dan mengandung aluminium. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis priming : tanpa priming, H2O (air), KNO3 1%, KNO3 2%, GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, dan PEG 6000 7,5%. Faktor kedua adalah varietas kedelai yaitu: Anjasmoro, Burangrang, dan Grobogan. Data dianalisis sidik ragamnya dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5% menggunakan program statistika R Studio. Hasil penelitian menunjukkan priming PEG 7,5% dan varietas Burangrang secara mandiri merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan vigor benih kedelai berdasarkan variabel waktu muncul kecambah, kecepatan perkecambahan, dan panjang hipokotil. Implikasi penelitian ini adalah PEG 7,5% dapat digunakan untuk perbaikan perkecambahan pada tanah masam dengan kandungan aluminium yang relatif tinggi. High aluminium content in Ultisol is the main problem in soybean cultivation from germination to planting growth phases.Priming treatment is believed to improve seed germination in a poor-growing environment. This study aimed to determine the effect of priming of soybean seeds germinated under acid medium and aluminium stress. The experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) with factorial pattern. The first factor was priming type : no priming, H2O (water), 1% KNO3, 2% KNO3, 50 ppm GA3, 100 ppm GA3, and 7.5% PEG 6000. The second factor was soybean variety : Anjasmoro, Burangrang, and Grobogan. The data obtained were analyzed using the R Studio statistic program with a 5% HSD test. The study resulted that each PEG 7.5% priming and Burangrang variety independently was the best in increasing soybean seed vigor based on sprout time emergence, germination speed and hypocotyl length. This research implicates that PEG 7.5% can be used to improve seed germination on acid soils with high aluminium content.