{"title":"Agama Budha di Muangthai","authors":"Anrini Sofion","doi":"10.7454/ai.v0i20.10521","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Sebenarnya \\ untuk melukiskan agama Buda dengan mudah serta jeias tidaklah gampang. Hal ini disebabkan karena agama tersebut telah bercampur dan bersatu dengan unsur-unsur sistim kepercayaan lain, seperti unsur kepercayaan kepada dewa Brahma (Phra Phrom) dewa Vishnu (Phra Narai), dewa lndra (Phra Intheraraam) dan juga kepada Dewa Siwa. Kemudian juga unsurunsur agama Islam dan Kristen, dan dengan sendirinya unsur-unsur kepercayaan lokal yang telah dianut penduduk Muangthai sejak,dahulu kala\" Yang dimaksud dengan kepercayaan lokal ialah sistim kepercayaan yang telah ada sebelum kedatangan pengaruh agama dari India. Penduduk percaya kepada roh-roh, dewa-dewa dunia gaib dan kekuatan-kekuatan gaib. Agama buda, yang oleh sebagian orang hanya dipandang sebagai ajaran Buda saja, dalam sistim kepercayaan orang Thai telah terbeku menjadi satu dalam adat-istiadat, sikap serta kelakuan orang Thai. Ajaran Buda seperti diketahui, pada dasarnya tidak memberi suatu gambaran sistim kepercayaan yang lengkap, artinya bahwa ajaran tersebut, tidak menerangkan semua fase mengenai hubungan manusia dan dunia gaib (supernatural). Ini berarti bahwa ajaran tersebut tidak mengakui adanya mahluk-mahluk gaib, tidak menerangkan tentang sifat alam semesta, nirwana dan tak pula memberi penjeiasan rentang perpindahan jiwa (transmigration). Ajaran Buda menerangkan bahwa hidup adalah kesengsaraan dan ini lrarus dihindari oleh orang yang mempunyai pengetahuan lvtisJom\\ l.tng linggi. Dan bahwa pengetahuan yang tinggi itu haruslah dicari dengan jaian yang benar. Pengetahuan itu adalah pengetahuan hakekat hidup yang telah disebut diatas (Soekmono, l4). Ajaran Buda selanjutnya menerangkan bahwa segala sesuatu itu adalah anijang, tidak kekal. Bahwa masing-masing individu bertanggung jawab atas perbutannya sendiri. Khususnya untuk agama buda hinayana ditekankan bal.rwa manusia sebelum dapat membantu orang lain, haruslah ada","PeriodicalId":8156,"journal":{"name":"Antropologi Indonesia","volume":"122 1","pages":"8 - 30"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"1975-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Antropologi Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.7454/ai.v0i20.10521","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Sebenarnya \ untuk melukiskan agama Buda dengan mudah serta jeias tidaklah gampang. Hal ini disebabkan karena agama tersebut telah bercampur dan bersatu dengan unsur-unsur sistim kepercayaan lain, seperti unsur kepercayaan kepada dewa Brahma (Phra Phrom) dewa Vishnu (Phra Narai), dewa lndra (Phra Intheraraam) dan juga kepada Dewa Siwa. Kemudian juga unsurunsur agama Islam dan Kristen, dan dengan sendirinya unsur-unsur kepercayaan lokal yang telah dianut penduduk Muangthai sejak,dahulu kala" Yang dimaksud dengan kepercayaan lokal ialah sistim kepercayaan yang telah ada sebelum kedatangan pengaruh agama dari India. Penduduk percaya kepada roh-roh, dewa-dewa dunia gaib dan kekuatan-kekuatan gaib. Agama buda, yang oleh sebagian orang hanya dipandang sebagai ajaran Buda saja, dalam sistim kepercayaan orang Thai telah terbeku menjadi satu dalam adat-istiadat, sikap serta kelakuan orang Thai. Ajaran Buda seperti diketahui, pada dasarnya tidak memberi suatu gambaran sistim kepercayaan yang lengkap, artinya bahwa ajaran tersebut, tidak menerangkan semua fase mengenai hubungan manusia dan dunia gaib (supernatural). Ini berarti bahwa ajaran tersebut tidak mengakui adanya mahluk-mahluk gaib, tidak menerangkan tentang sifat alam semesta, nirwana dan tak pula memberi penjeiasan rentang perpindahan jiwa (transmigration). Ajaran Buda menerangkan bahwa hidup adalah kesengsaraan dan ini lrarus dihindari oleh orang yang mempunyai pengetahuan lvtisJom\ l.tng linggi. Dan bahwa pengetahuan yang tinggi itu haruslah dicari dengan jaian yang benar. Pengetahuan itu adalah pengetahuan hakekat hidup yang telah disebut diatas (Soekmono, l4). Ajaran Buda selanjutnya menerangkan bahwa segala sesuatu itu adalah anijang, tidak kekal. Bahwa masing-masing individu bertanggung jawab atas perbutannya sendiri. Khususnya untuk agama buda hinayana ditekankan bal.rwa manusia sebelum dapat membantu orang lain, haruslah ada