Bahasa Indonesia dalam Konteks: Verbal Act dan Pointing Gestures sebagai Lingua franca di Pasar Barter oleh Orang Puor dan Lamalera di Lembata, Nusa Tenggara Timur
{"title":"Bahasa Indonesia dalam Konteks: Verbal Act dan Pointing Gestures sebagai Lingua franca di Pasar Barter oleh Orang Puor dan Lamalera di Lembata, Nusa Tenggara Timur","authors":"Dea Rifia Bella","doi":"10.7454/AI.V39I1.9663","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan ini berkonsentrasi pada praktik bahasa yang dilakukan oleh Orang Puor dan Orang Lamalera Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur saat berinteraksi di pasar barter. Keduanya memiliki perbedaan wujud bahasa, dari segi kosakata maupun dialek. Dengan perbedaan wujud bahasa tersebut, uniknya lingua franca bahasa Indonesia tidak diaktifkan; mereka lebih memilih mengaktifkan bahasa daerah saat berinteraksi di pasar barter. Keterbatasan kompetensi linguistik Bahasa Indonesia dan adanya penilaian terhadap dialek bahasa liyan melatarbelakangi penggunaan bahasa daerah masing-masing. Oleh karena Bahasa Indonesia bukan menjadi lingua franca, maka ada lingua fraca lain, yakni penggunaan Bahasa daerah masing-masing (verbal acts) dan gerak menunjuk (pointing gestures). Kedua hal tersebut adalah r epertoar bahasa yang dimiliki bersama menjembatani penyampaian pesan di antara mereka. Tulisan ini sekaligus menawarkan cara pandang berbeda, bahwa bahasa tidak dilihat sebagai sistem bunyi, yang melihat bahasa sebagai sistem-sistem terpisah. Akan tetapi, melihat bahasa sebagai praktik, realita pada Orang Puor dan Lamalera menunjukkan bahwa pengkategorian bahasa sulit untuk diidentifikasikan secara mutlak dan bahasa selalu berubah seiring bahasa tersebut dipraktikkan. Pendekatan etnografi komunikasi memudahkan penulis untuk pola-pola dan fungsi yang langgeng dalam praktik bahasa.","PeriodicalId":8156,"journal":{"name":"Antropologi Indonesia","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Antropologi Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.7454/AI.V39I1.9663","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Tulisan ini berkonsentrasi pada praktik bahasa yang dilakukan oleh Orang Puor dan Orang Lamalera Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur saat berinteraksi di pasar barter. Keduanya memiliki perbedaan wujud bahasa, dari segi kosakata maupun dialek. Dengan perbedaan wujud bahasa tersebut, uniknya lingua franca bahasa Indonesia tidak diaktifkan; mereka lebih memilih mengaktifkan bahasa daerah saat berinteraksi di pasar barter. Keterbatasan kompetensi linguistik Bahasa Indonesia dan adanya penilaian terhadap dialek bahasa liyan melatarbelakangi penggunaan bahasa daerah masing-masing. Oleh karena Bahasa Indonesia bukan menjadi lingua franca, maka ada lingua fraca lain, yakni penggunaan Bahasa daerah masing-masing (verbal acts) dan gerak menunjuk (pointing gestures). Kedua hal tersebut adalah r epertoar bahasa yang dimiliki bersama menjembatani penyampaian pesan di antara mereka. Tulisan ini sekaligus menawarkan cara pandang berbeda, bahwa bahasa tidak dilihat sebagai sistem bunyi, yang melihat bahasa sebagai sistem-sistem terpisah. Akan tetapi, melihat bahasa sebagai praktik, realita pada Orang Puor dan Lamalera menunjukkan bahwa pengkategorian bahasa sulit untuk diidentifikasikan secara mutlak dan bahasa selalu berubah seiring bahasa tersebut dipraktikkan. Pendekatan etnografi komunikasi memudahkan penulis untuk pola-pola dan fungsi yang langgeng dalam praktik bahasa.