{"title":"FAKTOR PENENTU PENGELOLAAN AIR IRIGASI UNTUK KEBERLANJUTAN EKONOMI PERTANIAN DI INDONESIA","authors":"Afrizal Naumar, Rahmat, Nazwar Djalir","doi":"10.37037/jrftsp.v11i2.118","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pengelolaan air pertanian tanaman padi pada daerah irigasi, merupakan bagian inti penggunaan air yang efisien dan meningkatkan keberlanjutan ekonomi pertanian padi(EcoSI). Ketidakstabilan produksi dan luas tanam yang tidak ekonomis merupakan salah satu masalah utama dan perhatian terhadap keberlanjutan pertanian padi (EcoSI) di Indonesia. Tujuan penelitian menganalisis pengaruh pengelolaan air irigasi pertanian (X) untuk keberlanjutan ekonomi pertanian padi (EcoSI). Sistem evaluasi faktor pengelolaan air pertanian (X) terdiri dari lima indeks dan 35 variabel. Indeks yaitu indeks teknologi (TecI), indeks teknik (EngI), indeks manajemen (ManI), indeks lingkungan (EncI) dan indeks ekonomi (EcoI) Sedangkan faktor keberlanjutan ekonomi pertanian padi (EcoSI) terdiri dari delapan varibel. Responden160 orang yaitu petani, petugas lapangan irigasi dan komisi irigasi, dengan lokasi penelitian pada daerah irigasi Batang Anai Sumatera Barat Dari kuesioner, data dianalisis menggunakan pemodelan persamaan struktural dengan PLS-SEM. Hasil menunjukkan bahwa kemajuan indeks teknologi merupakan faktor positif utama yang dapat menentukan tingkat keberlanjutan di daearah irigasi Batang Anai. Indeks teknik, lingkungan dan manajemen juga menjadi faktor positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi merupakan elemen terpenting untuk mencapai keberlanjutan ekonomi di sektor pertanian padi Indonesia. Meskipun ekonomi tidak signifikan secara statistik, pentingnya dukungan pemerintah dan bantuan pemasaran dianggap sangat penting, terutama untuk menciptakan sinergi dalam respons petani mengingat tingkat pendidikan petani banyak yang masih rendah. \n ","PeriodicalId":17711,"journal":{"name":"Jurnal Rekayasa Proses","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Rekayasa Proses","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37037/jrftsp.v11i2.118","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Abstract
Pengelolaan air pertanian tanaman padi pada daerah irigasi, merupakan bagian inti penggunaan air yang efisien dan meningkatkan keberlanjutan ekonomi pertanian padi(EcoSI). Ketidakstabilan produksi dan luas tanam yang tidak ekonomis merupakan salah satu masalah utama dan perhatian terhadap keberlanjutan pertanian padi (EcoSI) di Indonesia. Tujuan penelitian menganalisis pengaruh pengelolaan air irigasi pertanian (X) untuk keberlanjutan ekonomi pertanian padi (EcoSI). Sistem evaluasi faktor pengelolaan air pertanian (X) terdiri dari lima indeks dan 35 variabel. Indeks yaitu indeks teknologi (TecI), indeks teknik (EngI), indeks manajemen (ManI), indeks lingkungan (EncI) dan indeks ekonomi (EcoI) Sedangkan faktor keberlanjutan ekonomi pertanian padi (EcoSI) terdiri dari delapan varibel. Responden160 orang yaitu petani, petugas lapangan irigasi dan komisi irigasi, dengan lokasi penelitian pada daerah irigasi Batang Anai Sumatera Barat Dari kuesioner, data dianalisis menggunakan pemodelan persamaan struktural dengan PLS-SEM. Hasil menunjukkan bahwa kemajuan indeks teknologi merupakan faktor positif utama yang dapat menentukan tingkat keberlanjutan di daearah irigasi Batang Anai. Indeks teknik, lingkungan dan manajemen juga menjadi faktor positif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi merupakan elemen terpenting untuk mencapai keberlanjutan ekonomi di sektor pertanian padi Indonesia. Meskipun ekonomi tidak signifikan secara statistik, pentingnya dukungan pemerintah dan bantuan pemasaran dianggap sangat penting, terutama untuk menciptakan sinergi dalam respons petani mengingat tingkat pendidikan petani banyak yang masih rendah.