ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI MASA PANDEMI COVID-19

Nihayatur Rohmah
{"title":"ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI MASA PANDEMI COVID-19","authors":"Nihayatur Rohmah","doi":"10.37680/almikraj.v1i2.767","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The Covid-19 pandemic has succeeded in changing the habits that we do every day at home, at school, at work, on the road, at the right place of worship and anywhere. New habits for healthier living must be continuously carried out in society and in every individual, so that they become social norms and new individual norms in everyday life. If the new habit is not carried out in a disciplined manner or is only carried out by a group of people, then this could be a threat that the corona virus outbreak will have a longer duration. Old habits that are often carried out, such as shaking hands, crowding / clustering, lazy to wash hands must begin to be abandoned because they support the transmission of Covid-19. Various responses and reactions are shown by the community, some are sad, anxious, afraid, anxious, worried, angry but there are also those who are calm or remain confident. Changing attitudes and behavior in society requires struggles in the form of adaptation or adjustment. Individuals in society always describe themselves with their changing environment, either autoplastically or alloplastically. Thus the relationship between Individuals who interact are always a relationship that influences each other (reciprocally). The adaptation of new habits in this pandemic period is not without purpose. Among them are as a community medium for survival and Conformity which is carried out openly so that it is visible to the public, with the aim of making individuals accepted in group or avoid Rejection from the group. The adaptation of this new habit in the pandemicovid-19 period is in accordance with the principle of benefit because in essence every commandment and prohibition of sharia \"is basically for realizing the goals of sharia, which are returned to the rule of\" attracting benefit and rejecting damage. \nPandemi Covid-19 berhasil mengubah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di jalan, di tepat ibadah dan dimanapun. Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam kehidupan sehari hari. Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja, maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah virus corona ini akan semakin panjang durasinya. Kebiasaan lama yang sering dilakukan, seperti berjabat tangan, berkerumun/ bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan karena mendukung penularan Covid-19.Berbagai respon dan reaksi ditunjukkan oleh masyarakat, ada yang sedih, cemas, takut, gemas, khawatir, marah-marah, tetapi ada juga yang tenang atau tetap percaya diri.Perubahan sikap dan perilaku masyarakat ini membutuhkan perjuangan dalam bentuk adaptasi atau penyesuaian diri.Individu dalam masyarakat senantiasa menjelaskan dirinya dengan lingkungan hidupnya secara berubah-ubah, baik secara autoplastis atau alloplastis.Dengan demikian hubungan antara individu yang berinteraksi senantiasa merupakan hubungan yang saling mempengaruhi (timbal balik).Adaptasi kebiasaan baru di masa pandemic ini dilakukan bukan tanpa tujuan.Diantaranya adalah sebagai media masyarakat untuk bertahan hidup dan Konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, bertujuan agar individu diterima dalam kelompok atau menghindari penolakan dari kelompok.Adaptasi kebiasaan baru di masa pandemicovid-19 ini bersesuaian dengan asas kemaslahatan karenapada hakikatnya setiap perintah dan larangan syara’ pada dasarnya untuk mewujudkan tujuan syariah, yang dikembalikan pada satu kaidah “menarik kemaslahatan dan menolak kerusakan”. \n ","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":"40 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-03-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"10","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.37680/almikraj.v1i2.767","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 10

Abstract

The Covid-19 pandemic has succeeded in changing the habits that we do every day at home, at school, at work, on the road, at the right place of worship and anywhere. New habits for healthier living must be continuously carried out in society and in every individual, so that they become social norms and new individual norms in everyday life. If the new habit is not carried out in a disciplined manner or is only carried out by a group of people, then this could be a threat that the corona virus outbreak will have a longer duration. Old habits that are often carried out, such as shaking hands, crowding / clustering, lazy to wash hands must begin to be abandoned because they support the transmission of Covid-19. Various responses and reactions are shown by the community, some are sad, anxious, afraid, anxious, worried, angry but there are also those who are calm or remain confident. Changing attitudes and behavior in society requires struggles in the form of adaptation or adjustment. Individuals in society always describe themselves with their changing environment, either autoplastically or alloplastically. Thus the relationship between Individuals who interact are always a relationship that influences each other (reciprocally). The adaptation of new habits in this pandemic period is not without purpose. Among them are as a community medium for survival and Conformity which is carried out openly so that it is visible to the public, with the aim of making individuals accepted in group or avoid Rejection from the group. The adaptation of this new habit in the pandemicovid-19 period is in accordance with the principle of benefit because in essence every commandment and prohibition of sharia "is basically for realizing the goals of sharia, which are returned to the rule of" attracting benefit and rejecting damage. Pandemi Covid-19 berhasil mengubah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di jalan, di tepat ibadah dan dimanapun. Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam kehidupan sehari hari. Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja, maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah virus corona ini akan semakin panjang durasinya. Kebiasaan lama yang sering dilakukan, seperti berjabat tangan, berkerumun/ bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan karena mendukung penularan Covid-19.Berbagai respon dan reaksi ditunjukkan oleh masyarakat, ada yang sedih, cemas, takut, gemas, khawatir, marah-marah, tetapi ada juga yang tenang atau tetap percaya diri.Perubahan sikap dan perilaku masyarakat ini membutuhkan perjuangan dalam bentuk adaptasi atau penyesuaian diri.Individu dalam masyarakat senantiasa menjelaskan dirinya dengan lingkungan hidupnya secara berubah-ubah, baik secara autoplastis atau alloplastis.Dengan demikian hubungan antara individu yang berinteraksi senantiasa merupakan hubungan yang saling mempengaruhi (timbal balik).Adaptasi kebiasaan baru di masa pandemic ini dilakukan bukan tanpa tujuan.Diantaranya adalah sebagai media masyarakat untuk bertahan hidup dan Konformitas yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat oleh umum, bertujuan agar individu diterima dalam kelompok atau menghindari penolakan dari kelompok.Adaptasi kebiasaan baru di masa pandemicovid-19 ini bersesuaian dengan asas kemaslahatan karenapada hakikatnya setiap perintah dan larangan syara’ pada dasarnya untuk mewujudkan tujuan syariah, yang dikembalikan pada satu kaidah “menarik kemaslahatan dan menolak kerusakan”.  
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
适应COVID-19大流行的新习俗
2019冠状病毒病大流行成功地改变了我们每天在家里、学校、工作场所、路上、礼拜场所和任何地方的习惯。健康生活的新习惯必须在社会上和每一个人身上不断推行,使它们成为日常生活中的社会规范和新的个人规范。如果新习惯不以有纪律的方式执行,或者只是由一群人执行,那么这可能是冠状病毒爆发持续时间更长的威胁。必须开始摒弃握手、拥挤/聚集、懒洗手等经常存在的旧习惯,因为它们会助长Covid-19的传播。社会上出现了各种各样的反应和反应,有的悲伤、焦虑、害怕、焦虑、担心、愤怒,但也有人冷静或保持自信。改变社会的态度和行为需要以适应或调整的形式进行斗争。社会中的个体总是用环境的变化来描述自己,要么是自塑,要么是异塑。因此,相互作用的个体之间的关系总是相互影响(相互影响)的关系。在这个大流行时期适应新的习惯并非没有目的。其中包括作为一种生存和顺从的社区媒介,这种媒介是公开进行的,以便公众可以看到,其目的是使个人在群体中被接受或避免被群体拒绝。这种新习惯在疫情期间的适应符合利益原则,因为伊斯兰教法的每一条戒律和禁令,本质上都是为了实现伊斯兰教法的目标,回归到“利而不损”的规则。2019冠状病毒病大流行berhasil mengubah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di jalan, di tepat ibadah dan dimanapun。Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehais harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan sehari个人,sehinga menjadi norma social dan norma个人baru dalam kehidupan sehari hari。这是一种新型冠状病毒,它是一种新型冠状病毒,它是一种新型冠状病毒。Kebiasaan lama yang sering dilakukan, seperti berjabat tangan, berkerumun/ bergerombol, malas cuci tangan harus mulai, galkan karena mendukung penularan Covid-19。Berbagai回应dan reaksi ditunjukkan oleh masyarakat, ada yang sedih, cemas, takut, gemas, khawatir, marah-marah, tetapi ada juga yang tenang atau tetap peraya diri。Perubahan sikap dan perperaku masyarakat ini membutuhkan perjuangan dalam bentuk adaptasi atau penyesuaian diri。个体dalam masyarakat senantiasa menjelaskan dirinya dengan lingkungan hidupnya secara berubah-ubah, baira自体增生和异体增生。邓安demikian hubungan antara个人扬berinteraksi senantiasa merupakan hubungan扬saling mempengaruhi(鼓乐)。流感大流行是一种传染性疾病。Diantaranya adalah sebagai媒体masyarakat untuk bertahan hidup dan Konformitas yang dilakukan secara terbuka seingga terlija oleh umum, bertujuan agar个人diterimima dalam kelompok, menghindari penolakan kelompok。“新冠肺炎疫情”是指中国的疫情,中国的疫情是指中国的疫情,中国的疫情是指中国的疫情,中国的疫情是指中国的疫情,中国的疫情是指中国的疫情。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
求助全文
约1分钟内获得全文 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
8 weeks
期刊最新文献
MUHAMMADIYAH YOUTH'S PROCLAMATION OF ISLAMIC CIVILIZATION IN INDONESIA THROUGH DAKWAH COMMUNICATION REDEFINING THE MEANING OF FREEDOM IN LIBERAL THEOLOGY AND LIBERATION THEOLOGY, AND ITS IMPLEMENTATION IN RELIGIOUS LIFE RELIGIOUS MODERATION IN THE CONTEXT OF ISLAMIC EDUCATION: A MULTIDISCIPLINARY PERSPECTIVE AND ITS APPLICATION IN ISLAMIC EDUCATIONAL INSTITUTIONS IN INDONESIA YUSUF AL-QARADAWI'S PERSPECTIVE ON FIQH AQALLIYAT IN A MULTICULTURAL SOCIETY RETHINKING RELIGIOUS MODERATION THROUGH THE STUDY OF INDONESIAN EXEGESIS: A STUDY OF TAFSIR AL-AZHAR BY HAMKA
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1