Martsa Aliya Grimalda, Abdul Rahman, Yosafat Hermawan
{"title":"Strategi Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Humanis","authors":"Martsa Aliya Grimalda, Abdul Rahman, Yosafat Hermawan","doi":"10.24090/insania.v26i2.6000","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Kemerosotan moral bangsa bisa dilihat dari semakin tingginya kasus kenakalan remaja karena belum diaplikasikannya nilai-nilai kemanusiaan dengan baik. Pemerintah dan rakyat Indonesia tengah berupaya mengimplementasikan pembentukan karakter dalam mempersiapkan tuntutan kehidupan di masa depan. Sekolah Alam Bengawan Solo sebagai lembaga pendidikan hadir dengan konsep pembelajaran yang humanis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran humanis, penanaman nilai karakter agama, dan faktor pendukung serta penghambat di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo. Desain penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembentukan karakter siswa melalui beberapa cara atau metode yaitu praktik di lapangan, pembiasaan, role model, dan hubungan kedekatan yang baik. Melalui pembelajaran yang humanis, fasilitator berusaha memahami keunikan siswa. Sesuai dengan pemikiran Emile Durkheim bahwa karakteristik seseorang menunjukkan perbedaan atau keunikan perilaku seseorang dengan orang lain. Dalam membentuk karakter seseorang perlu dikembangkan kepribadian dengan kreativitas dan keunikan sejak dini. Proses penanaman nilai keagamaan termasuk di dalamnya nilai kedisiplinan, kejujuran, dan kemandirian. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah peran orangtua siswa, pembiasaan positif, kegigihan fasilitator, kurangnya kerja sama orangtua siswa, antusiasme belajar rendah dari siswa maupun fasilitator, dan tanggapan dari warga sekitar. Peneliti menyarankan agar kerja sama orang tua, siswa, fasilitator, dan warga sekitar dijaga agar pembelajaran moral berkelanjutan.","PeriodicalId":33505,"journal":{"name":"INSANIA Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan","volume":"216 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"INSANIA Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24090/insania.v26i2.6000","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Abstract
Kemerosotan moral bangsa bisa dilihat dari semakin tingginya kasus kenakalan remaja karena belum diaplikasikannya nilai-nilai kemanusiaan dengan baik. Pemerintah dan rakyat Indonesia tengah berupaya mengimplementasikan pembentukan karakter dalam mempersiapkan tuntutan kehidupan di masa depan. Sekolah Alam Bengawan Solo sebagai lembaga pendidikan hadir dengan konsep pembelajaran yang humanis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran humanis, penanaman nilai karakter agama, dan faktor pendukung serta penghambat di Sekolah Dasar Alam Bengawan Solo. Desain penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembentukan karakter siswa melalui beberapa cara atau metode yaitu praktik di lapangan, pembiasaan, role model, dan hubungan kedekatan yang baik. Melalui pembelajaran yang humanis, fasilitator berusaha memahami keunikan siswa. Sesuai dengan pemikiran Emile Durkheim bahwa karakteristik seseorang menunjukkan perbedaan atau keunikan perilaku seseorang dengan orang lain. Dalam membentuk karakter seseorang perlu dikembangkan kepribadian dengan kreativitas dan keunikan sejak dini. Proses penanaman nilai keagamaan termasuk di dalamnya nilai kedisiplinan, kejujuran, dan kemandirian. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah peran orangtua siswa, pembiasaan positif, kegigihan fasilitator, kurangnya kerja sama orangtua siswa, antusiasme belajar rendah dari siswa maupun fasilitator, dan tanggapan dari warga sekitar. Peneliti menyarankan agar kerja sama orang tua, siswa, fasilitator, dan warga sekitar dijaga agar pembelajaran moral berkelanjutan.