{"title":"纳迪姆·马卡里姆的“学习自由”:杜威实用主义哲学的批判研究","authors":"Yohannes Telaumbanua, S.Hum., M.Pd., Dr, Yalmiadi Yalmiadi, Titin Ritmi","doi":"10.30983/mj.v2i1.5392","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"“Freedom of Learning” is the MECRI Nadiem Makarim’s sensational policy. Its top goals are to provide students with freedom of thinking and urge teachers to shift their education paradigms from traditional to contemporary ones. However, the facts assume that such a policy is trumping up and secretly includes Indonesian education in a list of the secular capitalist-style curriculum. The facts seem biased and even counter-productive if they are left unexplored. Therefore, this study aimed to diagnose the meaning of the policy in John Dewey’s pragmatic philosophy and its effects. This was qualitative research. Observation was a technique for collecting the data. Miles and Huberman’s model was a technique for analyzing the data. Credibility and dependability were used to examine the validity of the data. The results showed that the implied meaning of Makarim’s freedom of learning policy is interpreted as a process of building students’ reality through interaction with their real life. Knowledge is based on students’ experiences and constructed using scientific methods. The teacher’s role is to develop the students’ critical and creative thinking skills through scientific process. The curriculum prepares students for changes, research and verification, and problem-solving activities. More importantly, the policy urges to bring the classes closer to digital technology and e-devices, arouses students’ global awareness and learning skills of the 7C’s X 3C’s + 1I’s. In conclusion, the policy aims to advance the value and quality of education for Indonesian in the current era of digital technology. “Merdeka Belajar” adalah kebijakan sensasional Mentri Pendidikan R.I. Nadiem Makarim yang tujuan utamanya adalah untuk memberikan mahasiswa kebebasan berpikir serta mendorong para guru untuk bisa merubah paradigma pendidikan mereka dari paradigma tradisional ke kontemporer. Namun, fakta berasumsi bahwa kebijakan semacam itu adalah sebuah rekayasa belaka dan secara diam-diam memasukkan pendidikan Indonesia ke dalam daftar kurikulum ala kapitalis sekuler. Fakta tersebut tampak bias dan bahkan kontra-produktif jika dibiarkan tidak dieksplorasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendiagnosis makna kebijakan dalam filsafat pragmatis John Dewey dan efek yang menyertainya. Ini adalah penelitian kualitatif. Observasi merupakan teknik pengumpulan data. Model Miles dan Huberman adalah teknik untuk menganalisis data. Kredibilitas dan ketergantungan digunakan untuk menguji validitas data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna tersirat dari kebijakan kebebasan belajar mentri Makarim dimaknai sebagai proses membangun realitas siswa melalui interaksi dengan kehidupan nyata mereka. Pengetahuan didasarkan pada pengalaman siswa dan dikonstruksi menggunakan metode ilmiah. Peran guru adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa melalui proses ilmiah. Kurikulum berfokus pada mempersiapkan siswa untuk perubahan, penelitian dan verifikasi, dan kegiatan pemecahan masalah. Lebih penting lagi, kebijakan tersebut mendesak untuk membawa mahasiswa lebih dekat dengan penguasaan teknologi digital dan perangkat elektronik, membangkitkan kesadaran global siswa dan keterampilan belajar 7C’s X 3C’s + 1I’s. Kesimpulannya, kebijakan tersebut bertujuan untuk memajukan nilai dan kualitas pendidikan bagi masyarakat Indonesia di era teknologi digital saat ini.","PeriodicalId":439887,"journal":{"name":"Modality Journal: International Journal of Linguistics and Literature","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"The MECRI Nadiem Makarim’s “Freedom of Learning”: A Critical Study of John Dewey’s Pragmatic Philosophy\",\"authors\":\"Yohannes Telaumbanua, S.Hum., M.Pd., Dr, Yalmiadi Yalmiadi, Titin Ritmi\",\"doi\":\"10.30983/mj.v2i1.5392\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"“Freedom of Learning” is the MECRI Nadiem Makarim’s sensational policy. Its top goals are to provide students with freedom of thinking and urge teachers to shift their education paradigms from traditional to contemporary ones. However, the facts assume that such a policy is trumping up and secretly includes Indonesian education in a list of the secular capitalist-style curriculum. The facts seem biased and even counter-productive if they are left unexplored. Therefore, this study aimed to diagnose the meaning of the policy in John Dewey’s pragmatic philosophy and its effects. This was qualitative research. Observation was a technique for collecting the data. Miles and Huberman’s model was a technique for analyzing the data. Credibility and dependability were used to examine the validity of the data. The results showed that the implied meaning of Makarim’s freedom of learning policy is interpreted as a process of building students’ reality through interaction with their real life. Knowledge is based on students’ experiences and constructed using scientific methods. The teacher’s role is to develop the students’ critical and creative thinking skills through scientific process. The curriculum prepares students for changes, research and verification, and problem-solving activities. More importantly, the policy urges to bring the classes closer to digital technology and e-devices, arouses students’ global awareness and learning skills of the 7C’s X 3C’s + 1I’s. In conclusion, the policy aims to advance the value and quality of education for Indonesian in the current era of digital technology. “Merdeka Belajar” adalah kebijakan sensasional Mentri Pendidikan R.I. Nadiem Makarim yang tujuan utamanya adalah untuk memberikan mahasiswa kebebasan berpikir serta mendorong para guru untuk bisa merubah paradigma pendidikan mereka dari paradigma tradisional ke kontemporer. Namun, fakta berasumsi bahwa kebijakan semacam itu adalah sebuah rekayasa belaka dan secara diam-diam memasukkan pendidikan Indonesia ke dalam daftar kurikulum ala kapitalis sekuler. Fakta tersebut tampak bias dan bahkan kontra-produktif jika dibiarkan tidak dieksplorasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendiagnosis makna kebijakan dalam filsafat pragmatis John Dewey dan efek yang menyertainya. Ini adalah penelitian kualitatif. Observasi merupakan teknik pengumpulan data. Model Miles dan Huberman adalah teknik untuk menganalisis data. Kredibilitas dan ketergantungan digunakan untuk menguji validitas data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna tersirat dari kebijakan kebebasan belajar mentri Makarim dimaknai sebagai proses membangun realitas siswa melalui interaksi dengan kehidupan nyata mereka. Pengetahuan didasarkan pada pengalaman siswa dan dikonstruksi menggunakan metode ilmiah. Peran guru adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa melalui proses ilmiah. Kurikulum berfokus pada mempersiapkan siswa untuk perubahan, penelitian dan verifikasi, dan kegiatan pemecahan masalah. Lebih penting lagi, kebijakan tersebut mendesak untuk membawa mahasiswa lebih dekat dengan penguasaan teknologi digital dan perangkat elektronik, membangkitkan kesadaran global siswa dan keterampilan belajar 7C’s X 3C’s + 1I’s. Kesimpulannya, kebijakan tersebut bertujuan untuk memajukan nilai dan kualitas pendidikan bagi masyarakat Indonesia di era teknologi digital saat ini.\",\"PeriodicalId\":439887,\"journal\":{\"name\":\"Modality Journal: International Journal of Linguistics and Literature\",\"volume\":\"21 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-06-30\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Modality Journal: International Journal of Linguistics and Literature\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30983/mj.v2i1.5392\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Modality Journal: International Journal of Linguistics and Literature","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30983/mj.v2i1.5392","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
“学习自由”是MECRI Nadiem Makarim的轰动政策。它的首要目标是为学生提供思想自由,并敦促教师将传统的教育范式转变为现代的教育范式。然而,事实表明,这样的政策是捏造的,并秘密地将印尼教育列入世俗资本主义风格的课程清单。事实似乎是有偏见的,如果不加以探索,甚至会适得其反。因此,本研究旨在诊断杜威语用哲学中政策的意义及其效果。这是定性研究。观察是一种收集数据的技术。迈尔斯和休伯曼的模型是一种分析数据的技术。信度和可靠性被用来检验数据的有效性。结果表明,Makarim学习自由政策的隐含意义被解释为通过与学生现实生活的互动来构建学生现实的过程。知识是基于学生的经验,用科学的方法构建的。教师的角色是通过科学的过程培养学生的批判性和创造性思维能力。课程准备学生的变化,研究和验证,以及解决问题的活动。更重要的是,该政策敦促课堂更接近数字技术和电子设备,激发学生的全球意识和7C X 3C + 1I的学习技能。总之,该政策旨在提高印尼在当前数字技术时代的教育价值和质量。“Merdeka Belajar”adalah kebijakan轰动的Mentri Pendidikan R.I. Nadiem Makarim yang tujuan utamanya adalah untuk成员mahasiswa kebebasan berpikir serta mendorong para guru untuk bisa merubah范式Pendidikan mereka dari范式传统的kontempoer。Namun, fakta berasumsi bahwa kebijakan semacam to adalah sebuah rekayasa belaka dan secara diamam - diamam memasukkan pendidikan印度尼西亚,dalam dattar kurikulum ala capititalis sekuler。Fakta tersebut tampak bias dan bahkan kontra- productif jika dibiarkan tidak dieksplorasi。Oleh karena, penelitian ini bertujuan untuk mentuk mentuk诊断makna kebijakan dalam filsafat实用主义者John Dewey和efek yang menyertainya。Ini adalah penelitian quality。观测数据。模型迈尔斯丹休伯曼adalah技术分析数据。Kredibilitas dan ketergantungan digunakan untuk menguji有效性数据。Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna tersirat dari kebebasan beajan belajar mentri Makarim dimaknai sebagai为成员提供了一种现实主义的方法,即在这一过程中,我们将在这一过程中取得进步。彭格塔环,didasarkan, padpengalaman, siswa, dandikonstruksi, menggunakan, mede ilmiia。Peran guru adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis and kreatif melalui promiah。Kurikulum berfokus paus, berpersiapkan siswa untuk perubahan, penelitian danverifikasi, dankegiatan pemecahan masalah。这句话的意思是:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚
The MECRI Nadiem Makarim’s “Freedom of Learning”: A Critical Study of John Dewey’s Pragmatic Philosophy
“Freedom of Learning” is the MECRI Nadiem Makarim’s sensational policy. Its top goals are to provide students with freedom of thinking and urge teachers to shift their education paradigms from traditional to contemporary ones. However, the facts assume that such a policy is trumping up and secretly includes Indonesian education in a list of the secular capitalist-style curriculum. The facts seem biased and even counter-productive if they are left unexplored. Therefore, this study aimed to diagnose the meaning of the policy in John Dewey’s pragmatic philosophy and its effects. This was qualitative research. Observation was a technique for collecting the data. Miles and Huberman’s model was a technique for analyzing the data. Credibility and dependability were used to examine the validity of the data. The results showed that the implied meaning of Makarim’s freedom of learning policy is interpreted as a process of building students’ reality through interaction with their real life. Knowledge is based on students’ experiences and constructed using scientific methods. The teacher’s role is to develop the students’ critical and creative thinking skills through scientific process. The curriculum prepares students for changes, research and verification, and problem-solving activities. More importantly, the policy urges to bring the classes closer to digital technology and e-devices, arouses students’ global awareness and learning skills of the 7C’s X 3C’s + 1I’s. In conclusion, the policy aims to advance the value and quality of education for Indonesian in the current era of digital technology. “Merdeka Belajar” adalah kebijakan sensasional Mentri Pendidikan R.I. Nadiem Makarim yang tujuan utamanya adalah untuk memberikan mahasiswa kebebasan berpikir serta mendorong para guru untuk bisa merubah paradigma pendidikan mereka dari paradigma tradisional ke kontemporer. Namun, fakta berasumsi bahwa kebijakan semacam itu adalah sebuah rekayasa belaka dan secara diam-diam memasukkan pendidikan Indonesia ke dalam daftar kurikulum ala kapitalis sekuler. Fakta tersebut tampak bias dan bahkan kontra-produktif jika dibiarkan tidak dieksplorasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendiagnosis makna kebijakan dalam filsafat pragmatis John Dewey dan efek yang menyertainya. Ini adalah penelitian kualitatif. Observasi merupakan teknik pengumpulan data. Model Miles dan Huberman adalah teknik untuk menganalisis data. Kredibilitas dan ketergantungan digunakan untuk menguji validitas data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna tersirat dari kebijakan kebebasan belajar mentri Makarim dimaknai sebagai proses membangun realitas siswa melalui interaksi dengan kehidupan nyata mereka. Pengetahuan didasarkan pada pengalaman siswa dan dikonstruksi menggunakan metode ilmiah. Peran guru adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa melalui proses ilmiah. Kurikulum berfokus pada mempersiapkan siswa untuk perubahan, penelitian dan verifikasi, dan kegiatan pemecahan masalah. Lebih penting lagi, kebijakan tersebut mendesak untuk membawa mahasiswa lebih dekat dengan penguasaan teknologi digital dan perangkat elektronik, membangkitkan kesadaran global siswa dan keterampilan belajar 7C’s X 3C’s + 1I’s. Kesimpulannya, kebijakan tersebut bertujuan untuk memajukan nilai dan kualitas pendidikan bagi masyarakat Indonesia di era teknologi digital saat ini.