{"title":"柬埔寨的亲穆斯林政策:穆斯林少数民族国家清真和希贾布的官僚化","authors":"Khaidir Hasram","doi":"10.30983/islam_realitas.v8i1.5520","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This paper explores the dynamics of Pro-Muslim policies in the Kingdom of Cambodia, specifically related to halal institutionalization and the legalization of the hijab. Both are basic needs (dharuriyat) in Islamic Law, although the second is debatable. According to most early-period scholars (ulama klasik), these two policies could only be fulfilled in an Islamic state. Instead, the Cambodian Royal Government issued two policies in favour of Muslims practicing both needs. This research is qualitative research that uses an anthropological approach. Researchers collected data through observation, in-depth interviews, and documentation on policy documents, news, and articles that can be trusted. Interviews took place non-formally, face-to-face, and online via the internet. This paper argues that the pro-Muslim policies issued provide halal assurance for the consumption of the Muslims in the country (2% of the total population) and potentially improve the their socio-economy in the food and beverage industry and tourism. The legalization of the hijab guarantees that Muslim women can engage in public spaces freely without worrying about discrimination because of their identity and what they wear. Tulisan ini mengeksplorasi dinamika kebijakan Pro-Muslim di Negara Kerajaan Kamboja, secara spesifik terkait dengan kebijakan pelembagaan halal dan legalisasi hijab. Keduanya merupakan kebutuhan dasar (dharuriyat) dalam Hukum Islam, meskipun yang kedua masih diperdebatkan. Menurut mayoritas ulama periode awal, dua kebijakan ini hanya bisa terpenuhi di negara Islam. Sebaliknya, Pemerintah Kerajaan Kamboja,yang secara resmi menganut Buddhisme sebagai agama resmi negara, mengeluarkan dua kebijakan yang mendukung Muslim dengan mudah mengamalkan kedua kebutuhan tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan antropologis. Peneliti mengumpulkan data-data melalui observasi, indepth-interview, dan dokumentasi terhadap dokumen kebijakan, berita, dan artikel yang bisa dipercaya. Interview berlangsung secara non-formal, melalui tatap muka dan online melalui internet. Tulisan ini berpendapat bahwa kebijakan pro-Muslim yang dikeluarkan memberikan jaminan kepastian halal untuk konsumsi 2.0 persen Muslim di negara tersebut, serta berpotensi meningkatkan perekonomian Muslim dalam industri makanan dan minuman, serta pariwisata. Legalisasi hijab memberikan jaminan kepada perempuan Muslim untuk mampu terlibat dalam ruang publik dengan bebas tanpa menghawatirkan diskriminasi karena identitas dan apa yang ia pakai.","PeriodicalId":342561,"journal":{"name":"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Pro-Muslim Policies in Cambodia: Bureaucratizing Halal And Hijab in Muslim Minority Country\",\"authors\":\"Khaidir Hasram\",\"doi\":\"10.30983/islam_realitas.v8i1.5520\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This paper explores the dynamics of Pro-Muslim policies in the Kingdom of Cambodia, specifically related to halal institutionalization and the legalization of the hijab. Both are basic needs (dharuriyat) in Islamic Law, although the second is debatable. According to most early-period scholars (ulama klasik), these two policies could only be fulfilled in an Islamic state. Instead, the Cambodian Royal Government issued two policies in favour of Muslims practicing both needs. This research is qualitative research that uses an anthropological approach. Researchers collected data through observation, in-depth interviews, and documentation on policy documents, news, and articles that can be trusted. Interviews took place non-formally, face-to-face, and online via the internet. This paper argues that the pro-Muslim policies issued provide halal assurance for the consumption of the Muslims in the country (2% of the total population) and potentially improve the their socio-economy in the food and beverage industry and tourism. The legalization of the hijab guarantees that Muslim women can engage in public spaces freely without worrying about discrimination because of their identity and what they wear. Tulisan ini mengeksplorasi dinamika kebijakan Pro-Muslim di Negara Kerajaan Kamboja, secara spesifik terkait dengan kebijakan pelembagaan halal dan legalisasi hijab. Keduanya merupakan kebutuhan dasar (dharuriyat) dalam Hukum Islam, meskipun yang kedua masih diperdebatkan. Menurut mayoritas ulama periode awal, dua kebijakan ini hanya bisa terpenuhi di negara Islam. Sebaliknya, Pemerintah Kerajaan Kamboja,yang secara resmi menganut Buddhisme sebagai agama resmi negara, mengeluarkan dua kebijakan yang mendukung Muslim dengan mudah mengamalkan kedua kebutuhan tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan antropologis. Peneliti mengumpulkan data-data melalui observasi, indepth-interview, dan dokumentasi terhadap dokumen kebijakan, berita, dan artikel yang bisa dipercaya. Interview berlangsung secara non-formal, melalui tatap muka dan online melalui internet. Tulisan ini berpendapat bahwa kebijakan pro-Muslim yang dikeluarkan memberikan jaminan kepastian halal untuk konsumsi 2.0 persen Muslim di negara tersebut, serta berpotensi meningkatkan perekonomian Muslim dalam industri makanan dan minuman, serta pariwisata. Legalisasi hijab memberikan jaminan kepada perempuan Muslim untuk mampu terlibat dalam ruang publik dengan bebas tanpa menghawatirkan diskriminasi karena identitas dan apa yang ia pakai.\",\"PeriodicalId\":342561,\"journal\":{\"name\":\"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies\",\"volume\":\"18 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-07-13\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v8i1.5520\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30983/islam_realitas.v8i1.5520","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本文探讨了柬埔寨王国亲穆斯林政策的动态,特别是与清真制度化和头巾合法化有关。两者都是伊斯兰教法中的基本需求(dharuriyat),尽管后者存在争议。根据大多数早期学者(ulama klasik)的说法,这两项政策只有在伊斯兰国家才能实现。相反,柬埔寨王国政府颁布了两项有利于穆斯林实现这两种需要的政策。这项研究是使用人类学方法的定性研究。研究人员通过观察、深度访谈、政策文件、新闻和可信赖的文章收集数据。采访是非正式的、面对面的,并通过互联网在线进行。本文认为,颁布的亲穆斯林政策为该国穆斯林(占总人口的2%)的消费提供了清真保证,并有可能改善其在食品和饮料工业和旅游业的社会经济。头巾的合法化保证了穆斯林妇女可以自由地进入公共场所,而不必担心因身份和穿着而受到歧视。伊斯兰教教的穆斯林教,伊斯兰教的穆斯林教,伊斯兰教的穆斯林教,伊斯兰教的穆斯林教,伊斯兰教的穆斯林教,伊斯兰教的穆斯林教。Keduanya merupakan kebutuhan dasar (dharuriyat) dalam Hukum Islam, meskipun yang kedua masih diperdebatkan。在伊斯兰教的历史上,伊斯兰教是最重要的。拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚,拜拜利尼亚。Penelitian ini adalah Penelitian qualitatif yang menggunakan Penelitian人类学。数据,深度访谈,深度访谈,深度访谈,深度访谈,深度访谈,深度访谈,深度访谈。采访berlangsung secara非正式,melalui tatap muka dan在线melalui互联网。土耳其人支持穆斯林,支持穆斯林,支持穆斯林,支持穆斯林,支持穆斯林,支持穆斯林,支持穆斯林,支持穆斯林,支持穆斯林。Legalisasi hijab成员jaminan kepada常驻穆斯林untuk mampu terlibat dalam ruang publick dengan bebas tanpa menghawatirkan diskriminasi karena identitas dan apa yang ia pakai。
Pro-Muslim Policies in Cambodia: Bureaucratizing Halal And Hijab in Muslim Minority Country
This paper explores the dynamics of Pro-Muslim policies in the Kingdom of Cambodia, specifically related to halal institutionalization and the legalization of the hijab. Both are basic needs (dharuriyat) in Islamic Law, although the second is debatable. According to most early-period scholars (ulama klasik), these two policies could only be fulfilled in an Islamic state. Instead, the Cambodian Royal Government issued two policies in favour of Muslims practicing both needs. This research is qualitative research that uses an anthropological approach. Researchers collected data through observation, in-depth interviews, and documentation on policy documents, news, and articles that can be trusted. Interviews took place non-formally, face-to-face, and online via the internet. This paper argues that the pro-Muslim policies issued provide halal assurance for the consumption of the Muslims in the country (2% of the total population) and potentially improve the their socio-economy in the food and beverage industry and tourism. The legalization of the hijab guarantees that Muslim women can engage in public spaces freely without worrying about discrimination because of their identity and what they wear. Tulisan ini mengeksplorasi dinamika kebijakan Pro-Muslim di Negara Kerajaan Kamboja, secara spesifik terkait dengan kebijakan pelembagaan halal dan legalisasi hijab. Keduanya merupakan kebutuhan dasar (dharuriyat) dalam Hukum Islam, meskipun yang kedua masih diperdebatkan. Menurut mayoritas ulama periode awal, dua kebijakan ini hanya bisa terpenuhi di negara Islam. Sebaliknya, Pemerintah Kerajaan Kamboja,yang secara resmi menganut Buddhisme sebagai agama resmi negara, mengeluarkan dua kebijakan yang mendukung Muslim dengan mudah mengamalkan kedua kebutuhan tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan antropologis. Peneliti mengumpulkan data-data melalui observasi, indepth-interview, dan dokumentasi terhadap dokumen kebijakan, berita, dan artikel yang bisa dipercaya. Interview berlangsung secara non-formal, melalui tatap muka dan online melalui internet. Tulisan ini berpendapat bahwa kebijakan pro-Muslim yang dikeluarkan memberikan jaminan kepastian halal untuk konsumsi 2.0 persen Muslim di negara tersebut, serta berpotensi meningkatkan perekonomian Muslim dalam industri makanan dan minuman, serta pariwisata. Legalisasi hijab memberikan jaminan kepada perempuan Muslim untuk mampu terlibat dalam ruang publik dengan bebas tanpa menghawatirkan diskriminasi karena identitas dan apa yang ia pakai.