{"title":"Mudra Dewata Nava Saṅga: Komunikasi Non-Verbal dalam Tradisi Watukaru","authors":"Ni Made Adnyani","doi":"10.25078/jyk.v6i1.2368","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Komunikasi nonverbal berupa gerak tangan sudah digunakan oleh manusia sejak ribuan tahun. Sebelum bahasa dikembangkan dan sebelum munculnya tulisan, gerakan tangan adalah salah satu cara interaksi manusia. Oleh karenanya dalam artefak sejarah diberbagai peradaban dan agama di seluruh dunia gerakan tangan memainkan peran dominan. Saat memilih penelitian ini, penulis berfokus pada bentuk mudra dewata nava saṅga dan makna simbolisnya sebagai komunikasi non-verbal dalam berhubungan dengan para dewa. Penelitian mengenai mudra sebagai komunikasi non-verbal dalam tradisi watukaru ini, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang berfokus pada fenomena sosial, pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan. Prosedur penelitian yang dilakukan menghasilkan data deskriptif yang meliputi kalimat dan gambar yang bersumber dari objek penelitian. Proses analisis data yang digunakan adalah analisis data di lapangan model Miles and Huberman. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Dalam agama Hindu, gerakan tangan (mudra) dianggap sebagai gerakan suci yang mewakili berbagai dewa dan manifestasinya. Mudra dewata nawa saṅga dalam tradisi pasraman Seruling Dewata, Watukaru Bali ini sangat unik karena bentuknya merupakan kombinasi hasta mudra dan kaya mudra. Mudra dewata nava saṅga ini dipraktikkan setiap hari secara berbeda bergantung kepada dewa yang beryoga pada hari tersebut. Mudra dewata nava saṅga ini dipraktikkan dengan mengucapkan stava sebanyak urip (jumlah nilai) dari dewa yang dipuja. Gesture tangan dalam posisi meditasi ini menjadi media berkomunikasi dengan para dewa untuk menyeimbangkan organ vital dalam tubuh dengan alam semesta yang penjadi stana dari setiap dewa. Kontribusi teoritis maupun praktis dari penelitian deskriptif kualitatif mengenai mudra dewata nava saṅga ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai dasar pertimbangan, pendukung, dan sumbangan pemikiran kepada para praktisi yoga maupun para sadhaka dalam latihan sadhana rutin yang dilaksanakan. Penelitian mengenai mudra dewata nava saṅga juga perlu terus di kembangkan oleh peneliti lain.","PeriodicalId":198304,"journal":{"name":"JURNAL YOGA DAN KESEHATAN","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-04-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"JURNAL YOGA DAN KESEHATAN","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.25078/jyk.v6i1.2368","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Mudra Dewata Nava Saṅga: Komunikasi Non-Verbal dalam Tradisi Watukaru
Komunikasi nonverbal berupa gerak tangan sudah digunakan oleh manusia sejak ribuan tahun. Sebelum bahasa dikembangkan dan sebelum munculnya tulisan, gerakan tangan adalah salah satu cara interaksi manusia. Oleh karenanya dalam artefak sejarah diberbagai peradaban dan agama di seluruh dunia gerakan tangan memainkan peran dominan. Saat memilih penelitian ini, penulis berfokus pada bentuk mudra dewata nava saṅga dan makna simbolisnya sebagai komunikasi non-verbal dalam berhubungan dengan para dewa. Penelitian mengenai mudra sebagai komunikasi non-verbal dalam tradisi watukaru ini, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang berfokus pada fenomena sosial, pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan. Prosedur penelitian yang dilakukan menghasilkan data deskriptif yang meliputi kalimat dan gambar yang bersumber dari objek penelitian. Proses analisis data yang digunakan adalah analisis data di lapangan model Miles and Huberman. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Dalam agama Hindu, gerakan tangan (mudra) dianggap sebagai gerakan suci yang mewakili berbagai dewa dan manifestasinya. Mudra dewata nawa saṅga dalam tradisi pasraman Seruling Dewata, Watukaru Bali ini sangat unik karena bentuknya merupakan kombinasi hasta mudra dan kaya mudra. Mudra dewata nava saṅga ini dipraktikkan setiap hari secara berbeda bergantung kepada dewa yang beryoga pada hari tersebut. Mudra dewata nava saṅga ini dipraktikkan dengan mengucapkan stava sebanyak urip (jumlah nilai) dari dewa yang dipuja. Gesture tangan dalam posisi meditasi ini menjadi media berkomunikasi dengan para dewa untuk menyeimbangkan organ vital dalam tubuh dengan alam semesta yang penjadi stana dari setiap dewa. Kontribusi teoritis maupun praktis dari penelitian deskriptif kualitatif mengenai mudra dewata nava saṅga ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai dasar pertimbangan, pendukung, dan sumbangan pemikiran kepada para praktisi yoga maupun para sadhaka dalam latihan sadhana rutin yang dilaksanakan. Penelitian mengenai mudra dewata nava saṅga juga perlu terus di kembangkan oleh peneliti lain.