{"title":"涂尔干的《社会团结与劳动分工》综述","authors":"Khairulyadi Khairulyadi, Siti Ikramatoun, K. Nisa","doi":"10.22373/jsai.v3i2.1792","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article aims to review Durkheim's concepts of division of labour and social solidarity, especially how social solidarity developed through the division of labour and how the interplay between the two gives rise to the functionality of the social system. This study, too, explains the relevance of such concepts to studying contemporary society. This study concludes that some underlying shortcomings need addressing without denying Durkheim's attempt to provide a sound methodological and theoretical foundation for sociology as a discipline. Durkheim's contention that the Division of labour forms social solidarity is deterministic and subscribes to the law of rigidity. Individuals' occupational function is seen as a determinant and therefore has nothing to do with human free will and individuals' subjectivity to meaning. It is a sort of reductionism because it eliminates the entire propensity of human nature. It reduces the conditions of society to that of the organism of a living being. As a result, it is tough to replicate Durkheim's solidarity model to explain the complex nature of current urban societies. \nAbstrak \nArtikel ini bertujuan untuk mendiskusikan konsep Durkheim tentang pembagian kerja dan solidaritas sosial, terutama bagaimana solidaritas sosial berkembang melalui pembagian kerja dan bagaimana interaksi antara keduanya memunculkan fungsi sistem sosial. Artikel ini juga menjelaskan relevansi konsep-konsep tersebut untuk mempelajari masyarakat kontemporer. Kajian ini menyimpulkan bahwa dalam konsep tersebut terdapat beberapa kekurangan mendasar perlu diatasi tanpa menyangkal fakta bahwa Durkheim telah memberikan landasan metodologis dan teoretis yang kuat untuk sosiologi sebagai suatu disiplin. Pendapat Durkheim bahwa pembagian kerja membentuk solidaritas sosial adalah deterministik dan menganut hukum kekakuan. Fungsi pekerjaan individu dipandang sebagai penentu dan karena itu tidak ada hubungannya dengan kehendak bebas manusia dan subjektivitas individu terhadap makna. Ini adalah semacam reduksionisme karena menghilangkan seluruh kecenderungan sifat manusia. Ia mereduksi kondisi masyarakat menjadi kondisi organisme makhluk hidup. Akibatnya, sulit untuk mengadaptasi model solidaritas Durkheim untuk menjelaskan sifat kompleks masyarakat perkotaan saat ini.","PeriodicalId":433836,"journal":{"name":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Durkheim's Social Solidarity and the Division of labour: An Overview\",\"authors\":\"Khairulyadi Khairulyadi, Siti Ikramatoun, K. Nisa\",\"doi\":\"10.22373/jsai.v3i2.1792\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article aims to review Durkheim's concepts of division of labour and social solidarity, especially how social solidarity developed through the division of labour and how the interplay between the two gives rise to the functionality of the social system. This study, too, explains the relevance of such concepts to studying contemporary society. This study concludes that some underlying shortcomings need addressing without denying Durkheim's attempt to provide a sound methodological and theoretical foundation for sociology as a discipline. Durkheim's contention that the Division of labour forms social solidarity is deterministic and subscribes to the law of rigidity. Individuals' occupational function is seen as a determinant and therefore has nothing to do with human free will and individuals' subjectivity to meaning. It is a sort of reductionism because it eliminates the entire propensity of human nature. It reduces the conditions of society to that of the organism of a living being. As a result, it is tough to replicate Durkheim's solidarity model to explain the complex nature of current urban societies. \\nAbstrak \\nArtikel ini bertujuan untuk mendiskusikan konsep Durkheim tentang pembagian kerja dan solidaritas sosial, terutama bagaimana solidaritas sosial berkembang melalui pembagian kerja dan bagaimana interaksi antara keduanya memunculkan fungsi sistem sosial. Artikel ini juga menjelaskan relevansi konsep-konsep tersebut untuk mempelajari masyarakat kontemporer. Kajian ini menyimpulkan bahwa dalam konsep tersebut terdapat beberapa kekurangan mendasar perlu diatasi tanpa menyangkal fakta bahwa Durkheim telah memberikan landasan metodologis dan teoretis yang kuat untuk sosiologi sebagai suatu disiplin. Pendapat Durkheim bahwa pembagian kerja membentuk solidaritas sosial adalah deterministik dan menganut hukum kekakuan. Fungsi pekerjaan individu dipandang sebagai penentu dan karena itu tidak ada hubungannya dengan kehendak bebas manusia dan subjektivitas individu terhadap makna. Ini adalah semacam reduksionisme karena menghilangkan seluruh kecenderungan sifat manusia. Ia mereduksi kondisi masyarakat menjadi kondisi organisme makhluk hidup. Akibatnya, sulit untuk mengadaptasi model solidaritas Durkheim untuk menjelaskan sifat kompleks masyarakat perkotaan saat ini.\",\"PeriodicalId\":433836,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)\",\"volume\":\"6 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-07-06\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.22373/jsai.v3i2.1792\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.22373/jsai.v3i2.1792","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本文旨在回顾迪尔凯姆的劳动分工和社会团结的概念,特别是社会团结如何通过劳动分工发展,以及两者之间的相互作用如何产生社会系统的功能。这项研究也解释了这些概念与研究当代社会的相关性。本研究的结论是,一些潜在的缺陷需要解决,但不否认迪尔凯姆试图为社会学作为一门学科提供健全的方法论和理论基础。迪尔凯姆关于劳动分工形成社会团结的论点是决定性的,并且赞同刚性法则。个人的职业功能被视为一个决定因素,因此与人的自由意志和个人对意义的主体性无关。这是一种简化论,因为它消除了人性的整个倾向。它把社会的条件降为有生命的有机体的条件。因此,很难复制迪尔凯姆的团结模型来解释当前城市社会的复杂性。[摘要]迪尔凯姆(Durkheim)的词源为“泛社会”,词源为“泛社会”,词源为“泛社会”,词源为“泛社会”。Artikel ini juga menjelaskan relevansi konsep-konsep tersebut untuk mempelajari masyarakat kontemporer。Kajian ini menyimpulkan bahwa dalam konsep于terdapat beberapa kekurangan mendasar perlu diatasi tanpa menyangkal fakta bahwa迪尔凯姆telah memberikan landasan metodologis丹夸特teoretis杨为她sosiologi sebagai suatu disiplin。涂尔干说:“社会的力量是决定性的,我们的力量是决定性的。”真菌pekerjaan个体dipandang sebagai penentu dan karena itu tidak ada hubungannya dengan kehendak bebas manusia dan subjjektivitas个体terhadap makna。[3]中国农业大学学报(自然科学版)。我是mereduksi kondisi masyarakat menjadi kondisi organisme makhluk hidup。迪尔凯姆(Durkheim), untuk menjelaskan sifat kompleks masyarakat perkotaan saat ini。
Durkheim's Social Solidarity and the Division of labour: An Overview
This article aims to review Durkheim's concepts of division of labour and social solidarity, especially how social solidarity developed through the division of labour and how the interplay between the two gives rise to the functionality of the social system. This study, too, explains the relevance of such concepts to studying contemporary society. This study concludes that some underlying shortcomings need addressing without denying Durkheim's attempt to provide a sound methodological and theoretical foundation for sociology as a discipline. Durkheim's contention that the Division of labour forms social solidarity is deterministic and subscribes to the law of rigidity. Individuals' occupational function is seen as a determinant and therefore has nothing to do with human free will and individuals' subjectivity to meaning. It is a sort of reductionism because it eliminates the entire propensity of human nature. It reduces the conditions of society to that of the organism of a living being. As a result, it is tough to replicate Durkheim's solidarity model to explain the complex nature of current urban societies.
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan konsep Durkheim tentang pembagian kerja dan solidaritas sosial, terutama bagaimana solidaritas sosial berkembang melalui pembagian kerja dan bagaimana interaksi antara keduanya memunculkan fungsi sistem sosial. Artikel ini juga menjelaskan relevansi konsep-konsep tersebut untuk mempelajari masyarakat kontemporer. Kajian ini menyimpulkan bahwa dalam konsep tersebut terdapat beberapa kekurangan mendasar perlu diatasi tanpa menyangkal fakta bahwa Durkheim telah memberikan landasan metodologis dan teoretis yang kuat untuk sosiologi sebagai suatu disiplin. Pendapat Durkheim bahwa pembagian kerja membentuk solidaritas sosial adalah deterministik dan menganut hukum kekakuan. Fungsi pekerjaan individu dipandang sebagai penentu dan karena itu tidak ada hubungannya dengan kehendak bebas manusia dan subjektivitas individu terhadap makna. Ini adalah semacam reduksionisme karena menghilangkan seluruh kecenderungan sifat manusia. Ia mereduksi kondisi masyarakat menjadi kondisi organisme makhluk hidup. Akibatnya, sulit untuk mengadaptasi model solidaritas Durkheim untuk menjelaskan sifat kompleks masyarakat perkotaan saat ini.