{"title":"批判科学哲学:本体论、认识论和行为学的研究","authors":"S. Unwakoly","doi":"10.23887/jfi.v5i2.42561","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pembelajaran abad 21 menekankan pada empat aspek, salah satu diantaranya adalah berpikir kritis. Dari perspektif filosofis, berpikir kritis adalah penilaian yang bertujuan untuk mengatur diri sendiri yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, serta penjelasan tentang pertimbangan bukti, konseptual, metodologis, kriteriologis, atau kontekstual yang menjadi dasarpertimbangan. Berpikir kritis memiliki sejarah yang panjang yang dimulai dari pemikiran dan pengajaran Socrates dan berkembang secara pesat pada abad pertengahan, zaman renaisans dengan berbagai teori dan perdebatan yang terus berkembang sampai saat ini. Artikel ini menyajikan tentang pandangan ontologi, epistemologi dan aksiologi dari berpikir kritis melalui studi kepustakaan (library research) yang diperoleh dari analisis dan sintesis artikel ilmiah dalam bidang sains. Pandangan ontologi terhadap berpikir kritis dalam sains difokuskan pada pengembangan kemampuan untuk menganalisis wacana secara kritis untuk mengembangkan suatu tindakan. Dalam pandangan epistemologi, berpikir kritis sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman atau sebagai alat untuk menentukan kebenaran atau ketidakbenaran berdasarkan pandangan para ilmuwan atau akademisi. Sedangkan dalam pandangan aksiologi terhadap berpikir kritis dapat dilihat dari kebermanfaatannya dalam sains. Dari ketiga pandangan di atas, dapat ditemukan area yang berbeda dalam berpikir kritis dalam sains.","PeriodicalId":344212,"journal":{"name":"Jurnal Filsafat Indonesia","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Berpikir Kritis Dalam Filsafat Ilmu: Kajian Dalam Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi\",\"authors\":\"S. Unwakoly\",\"doi\":\"10.23887/jfi.v5i2.42561\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pembelajaran abad 21 menekankan pada empat aspek, salah satu diantaranya adalah berpikir kritis. Dari perspektif filosofis, berpikir kritis adalah penilaian yang bertujuan untuk mengatur diri sendiri yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, serta penjelasan tentang pertimbangan bukti, konseptual, metodologis, kriteriologis, atau kontekstual yang menjadi dasarpertimbangan. Berpikir kritis memiliki sejarah yang panjang yang dimulai dari pemikiran dan pengajaran Socrates dan berkembang secara pesat pada abad pertengahan, zaman renaisans dengan berbagai teori dan perdebatan yang terus berkembang sampai saat ini. Artikel ini menyajikan tentang pandangan ontologi, epistemologi dan aksiologi dari berpikir kritis melalui studi kepustakaan (library research) yang diperoleh dari analisis dan sintesis artikel ilmiah dalam bidang sains. Pandangan ontologi terhadap berpikir kritis dalam sains difokuskan pada pengembangan kemampuan untuk menganalisis wacana secara kritis untuk mengembangkan suatu tindakan. Dalam pandangan epistemologi, berpikir kritis sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman atau sebagai alat untuk menentukan kebenaran atau ketidakbenaran berdasarkan pandangan para ilmuwan atau akademisi. Sedangkan dalam pandangan aksiologi terhadap berpikir kritis dapat dilihat dari kebermanfaatannya dalam sains. Dari ketiga pandangan di atas, dapat ditemukan area yang berbeda dalam berpikir kritis dalam sains.\",\"PeriodicalId\":344212,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Filsafat Indonesia\",\"volume\":\"13 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-07-04\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Filsafat Indonesia\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.42561\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Filsafat Indonesia","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.23887/jfi.v5i2.42561","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Berpikir Kritis Dalam Filsafat Ilmu: Kajian Dalam Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Pembelajaran abad 21 menekankan pada empat aspek, salah satu diantaranya adalah berpikir kritis. Dari perspektif filosofis, berpikir kritis adalah penilaian yang bertujuan untuk mengatur diri sendiri yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, serta penjelasan tentang pertimbangan bukti, konseptual, metodologis, kriteriologis, atau kontekstual yang menjadi dasarpertimbangan. Berpikir kritis memiliki sejarah yang panjang yang dimulai dari pemikiran dan pengajaran Socrates dan berkembang secara pesat pada abad pertengahan, zaman renaisans dengan berbagai teori dan perdebatan yang terus berkembang sampai saat ini. Artikel ini menyajikan tentang pandangan ontologi, epistemologi dan aksiologi dari berpikir kritis melalui studi kepustakaan (library research) yang diperoleh dari analisis dan sintesis artikel ilmiah dalam bidang sains. Pandangan ontologi terhadap berpikir kritis dalam sains difokuskan pada pengembangan kemampuan untuk menganalisis wacana secara kritis untuk mengembangkan suatu tindakan. Dalam pandangan epistemologi, berpikir kritis sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman atau sebagai alat untuk menentukan kebenaran atau ketidakbenaran berdasarkan pandangan para ilmuwan atau akademisi. Sedangkan dalam pandangan aksiologi terhadap berpikir kritis dapat dilihat dari kebermanfaatannya dalam sains. Dari ketiga pandangan di atas, dapat ditemukan area yang berbeda dalam berpikir kritis dalam sains.