{"title":"VARIASI PERHIASAN KEPALA ARCA PARWATI KOLEKSI MUSEUM NASIONAL DI INDONESIA [THE VARIETY OF HEADDRESSES OF THE PARVATI STATUE COLLECTION OF THE NATIONAL MUSEUM IN INDONESIA]","authors":"Waridah Muthiah, A. Sachari, P. Setiawan","doi":"10.24832/nw.v15i2.461","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pemujaan terhadap Parwati mendapatkan tempat yang penting pada era Hindu-Buddha di nusantara, sehubungan dengan kedudukan Parwati sebagai śakti dari dewa tertinggi dalam Śiwaisme, Dewa Śiwa. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan arca-arca dewi dan arca perwujudan ratu, yang beberapa di antaranya menjadi koleksi Museum Nasional di Indonesia. Akan tetapi, asal waktu dan identitas tokoh pada kebanyakan arca ini belum dapat diidentifikasi. Mahkota atau hiasan kepala sebagai bagian dari atribut (lakṣana) arca dapat digunakan sebagai sumber informasi melalui kajian terhadap gaya atau langgam estetika. Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami variasi mahkota arca Parwati yang berasal dari era Majapahit, khususnya abad ke-14 M dan 15 M, berdasarkan identifikasi gaya seni dan kecenderungan penggambaran pada masa tersebut. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif-komparatif dengan pendekatan ikonografi dan morfologi estetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua kecenderungan penggambaran mahkota Parwati. Patung dari Kediri dan Blitar cenderung menggambarkan mahkota Parwati dengan bentuk yang mendekati langgam Klasik Awal (Jawa Tengah), dengan menampilkan mahkota semata-mata sesuai kanon Manasara, seperti jatāmakuta, kesabandha, dan kuntala. Kecenderungan kedua menampilkan Parwati mengenakan kirīṭamakuta, yang merupakan atribut Wisnu, dan penyejajaran sifat dan kedudukannya sebagai sosok pemelihara.The worship of Parvati has an important place in the Hindu-Buddhist era in the Indonesian archipelago, with regard to Parvati's position as the spouse of the supreme god in Shivaism, Shiva. This is indicated by the presence of goddess statues and statues of the embodiment of a queen, which some are in the collections of the National Museum in Indonesia. However, the chronology and identity of the National Museum statues collection have not been distinguished. Information on both aspects of a statue can be achieved by means of the study of style or aesthetic of a crown or headdress as a feature of lakṣana (statue attribute). This research is an attempt to understand the varieties of the crowns of the Parwati statue from the Majapahit era, especially the 14th and 15th centuries, based on the identification of the art style and depiction tendencies during this period. This research was conducted using a descriptive-comparative method with approaches of iconography and aesthetic morphology. The results indicate that there are two trends in depicting Parwati’s crown. The statues from Kediri and Blitar tend to depict Parvati's crown in a form similar to those of the Early Classical (Central Javanese) style, by displaying the crown solely according to the scripture of Manasara, such as jatāmakuta, kesabandha, and kuntala. The second trend presents Parvati wearing the kirīṭamakuta, which is an attribute of Vishnu, which correlates to her nature and position as a guardian.","PeriodicalId":259009,"journal":{"name":"Naditira Widya","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Naditira Widya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24832/nw.v15i2.461","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
对帕瓦得到时代重要的地方崇拜Hindu-Buddha在群岛,与帕瓦ś地位中的最高神的仙人掌Śiwaisme,神Śiwa。女神的雕像和女王的雕像也证明了这一点,其中一些已经成为印尼国家博物馆的收藏。然而,这些偶像的起源和身份尚未确定。王冠或作为属性的一部分(虫胶头饰ṣana)偶像可以用作对风格或审美langgam通过研究信息来源。根据对当时艺术风格和意象趋势的识别,研究是为了了解来自马贾帕希特时代的不同王冠雕塑,尤其是公元14世纪和15世纪。研究采用的是比较描述性和美学的方法。研究表明,对帕瓦蒂王冠的描述有两种趋势。Kediri和布利塔往往描述的雕像王冠帕瓦早期经典的形状接近langgam(爪哇中部),显示着皇冠仅仅根据Manasara正典,比如jatāmakuta kesabandha,昆塔拉。第二个倾向显示帕瓦穿基尔īṭamakuta,是毗瑟奴,属性和激励措施的性质和地位维持身材。帕瓦蒂的崇拜在印尼群岛的印度教时代有一个重要的位置,帕瓦蒂的位置作为Shivaism至高无上的上帝的spouse,湿婆。这是由印度尼西亚国家博物馆收藏的女王的巨大雕像和雕像所固有的。《时间与身份》还没有出版。两者aspects of a雕像上信息能被意味着《study of style)或achieved aesthetic of a皇冠还是美国headdress a feature of虫胶ṣana(雕像attribute)。这项研究呼吁理解《时代杂志》中女性群体的变化,特别是第14和第15个世纪以来,基于在这一时期艺术风格和衰落的确定。这项研究采用的是一种描述与病理学和病理学相似的综合方法。有迹象表明,在帕瓦蒂的王冠上有两种趋势。《布利塔statues从Kediri和tend to depict帕瓦蒂' s in a form类似皇冠到那些早期古典(中央Javanese)之风格,由displaying皇冠solely弥足Manasara圣经》,美国如此jatāmakuta kesabandha,和昆塔拉。《基尔ī第二个礼物帕瓦蒂穿趋势ṭamakuta,哪种是毗湿奴的attribute的哪种correlates她自然和杆位美国百万守护神。
VARIASI PERHIASAN KEPALA ARCA PARWATI KOLEKSI MUSEUM NASIONAL DI INDONESIA [THE VARIETY OF HEADDRESSES OF THE PARVATI STATUE COLLECTION OF THE NATIONAL MUSEUM IN INDONESIA]
Pemujaan terhadap Parwati mendapatkan tempat yang penting pada era Hindu-Buddha di nusantara, sehubungan dengan kedudukan Parwati sebagai śakti dari dewa tertinggi dalam Śiwaisme, Dewa Śiwa. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan arca-arca dewi dan arca perwujudan ratu, yang beberapa di antaranya menjadi koleksi Museum Nasional di Indonesia. Akan tetapi, asal waktu dan identitas tokoh pada kebanyakan arca ini belum dapat diidentifikasi. Mahkota atau hiasan kepala sebagai bagian dari atribut (lakṣana) arca dapat digunakan sebagai sumber informasi melalui kajian terhadap gaya atau langgam estetika. Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami variasi mahkota arca Parwati yang berasal dari era Majapahit, khususnya abad ke-14 M dan 15 M, berdasarkan identifikasi gaya seni dan kecenderungan penggambaran pada masa tersebut. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif-komparatif dengan pendekatan ikonografi dan morfologi estetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua kecenderungan penggambaran mahkota Parwati. Patung dari Kediri dan Blitar cenderung menggambarkan mahkota Parwati dengan bentuk yang mendekati langgam Klasik Awal (Jawa Tengah), dengan menampilkan mahkota semata-mata sesuai kanon Manasara, seperti jatāmakuta, kesabandha, dan kuntala. Kecenderungan kedua menampilkan Parwati mengenakan kirīṭamakuta, yang merupakan atribut Wisnu, dan penyejajaran sifat dan kedudukannya sebagai sosok pemelihara.The worship of Parvati has an important place in the Hindu-Buddhist era in the Indonesian archipelago, with regard to Parvati's position as the spouse of the supreme god in Shivaism, Shiva. This is indicated by the presence of goddess statues and statues of the embodiment of a queen, which some are in the collections of the National Museum in Indonesia. However, the chronology and identity of the National Museum statues collection have not been distinguished. Information on both aspects of a statue can be achieved by means of the study of style or aesthetic of a crown or headdress as a feature of lakṣana (statue attribute). This research is an attempt to understand the varieties of the crowns of the Parwati statue from the Majapahit era, especially the 14th and 15th centuries, based on the identification of the art style and depiction tendencies during this period. This research was conducted using a descriptive-comparative method with approaches of iconography and aesthetic morphology. The results indicate that there are two trends in depicting Parwati’s crown. The statues from Kediri and Blitar tend to depict Parvati's crown in a form similar to those of the Early Classical (Central Javanese) style, by displaying the crown solely according to the scripture of Manasara, such as jatāmakuta, kesabandha, and kuntala. The second trend presents Parvati wearing the kirīṭamakuta, which is an attribute of Vishnu, which correlates to her nature and position as a guardian.