在新时代,公共事务的转型和挑战

M. Noor
{"title":"在新时代,公共事务的转型和挑战","authors":"M. Noor","doi":"10.56444/mia.v17i2.1779","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract At first, many people considered it irrational when people isolated themselves at home, the government prohibited people from gathering, the streets were closed, the industry stopped operating, schools used online media, to public services that were simultaneously carried out online and in reality this condition occurred in all Country.This condition raised questions about how long people have to live in insecurity and uncertainty. To answer this, the World Health Organization (WHO) promoted a condition was called the new normal with various protocols that need to be carried out in every activity in the community as long as the threat of a pandemic continues.The phenomenon of the new normal (New Normal) eventually gave birth to the need for new public services. This meant that the transition period towards there was a moment to transform and reset old public services to new ones. Under theseconditions,  the  transformation  must  be  carried  out  quickly  in  order  to  solve problem based on public services.Face-to-face services were transformed into online or online services and force service  providers  to  change  the  mindset  that  digitalization  of  services  was a solution in service acceleration and simplification.The community has been a huge impact when they have to limit themselves from traveling / doing activities outside the house, not gathering, not going to school and not being able to work for a living as usual. Many community activities outside the home or crowding were limited by large-scale restriction policies (PSBB) including economic activities that are at risk of transmitting the corona virus.Keywords: New Normal, Transformation, Challenge, Public AffairsAbstakPada awalnya bayak orang menganggap tidak rasional ketika orang-orang mengisolasi diri di rumah, pemerintah melarang orang berkumpul, jalanan ditutup, industri berhenti beroperasi, sekolah menggunakan media daring, hingga pelayanan publik yang secara serentak dilakukan secara online dan secara realitas kondisi ini terjadi di semua Negara.Kondisi  ini  memunculkan  pertanyaan  tentang  sampai  kapan  masyarakat  harus hidup    dalam    ketidakamanan    dan    ketidakpastian.    Untuk  menjawab    hal tersebut, World   Health   Organization (WHO)  mempromosikan   kondisi   yang dinamai  kenormalan baru (new normal) dengan berbagai protokol yang perlu dijalankan dalam setiap aktivitas di tengah masyarakat selama masih berlangsungnya ancaman pandemi.Fenomena kenormalan baru (New Normal) pada akhirnya melahirkan kebutuhan akan pelayanan publik yang baru. Artinya, masa transisi menuju ke sana adalah momen melakukan transformasi dan me-reset pelayanan publik lama menuju yang baru.  Dalam  kondisi  seperti  ini,  transformasi  harus  dilakukan  dengan  cepat, sehingga jalan satu-satunya adalah dengan menjalankan pelayanan publik berbasis masalah (problem base).Pelayanan  tatap  muka  bertransformasi  menjadi  layanan  online atau  daring dan memaksa penyelenggara pelayanan untuk mengubah mindset bahwa digitalisasi layanan merupakan solusi dalam akselerasi dan penyederhanaan pelayanan.Dampak begitu besar dirasakan oleh masyarakat ketika harus membatasi diri untuk tidak berpergian/beraktifitas keluar rumah, tidak berkumpul, tidak bersekolah dan tidak dapat bekerja mencari nafkah seperti biasanya. Banyak aktivitas masyarakat diluar rumah atau berkerumun dibatasi oleh kebijakan pembatasan berskala besar (PSBB) termasuk kegiatan perekonomian yang beresiko menularkan virus corona.Kata Kunci : New Normal, Tranformasi, Tantangan, Urusan Publik ","PeriodicalId":126843,"journal":{"name":"MIMBAR ADMINISTRASI FISIP UNTAG Semarang","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"5","resultStr":"{\"title\":\"TRANSFORMASI DAN TANTANGAN DALAM URUSAN PUBLIK DI ERA NEW NORMAL\",\"authors\":\"M. Noor\",\"doi\":\"10.56444/mia.v17i2.1779\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract At first, many people considered it irrational when people isolated themselves at home, the government prohibited people from gathering, the streets were closed, the industry stopped operating, schools used online media, to public services that were simultaneously carried out online and in reality this condition occurred in all Country.This condition raised questions about how long people have to live in insecurity and uncertainty. To answer this, the World Health Organization (WHO) promoted a condition was called the new normal with various protocols that need to be carried out in every activity in the community as long as the threat of a pandemic continues.The phenomenon of the new normal (New Normal) eventually gave birth to the need for new public services. This meant that the transition period towards there was a moment to transform and reset old public services to new ones. Under theseconditions,  the  transformation  must  be  carried  out  quickly  in  order  to  solve problem based on public services.Face-to-face services were transformed into online or online services and force service  providers  to  change  the  mindset  that  digitalization  of  services  was a solution in service acceleration and simplification.The community has been a huge impact when they have to limit themselves from traveling / doing activities outside the house, not gathering, not going to school and not being able to work for a living as usual. Many community activities outside the home or crowding were limited by large-scale restriction policies (PSBB) including economic activities that are at risk of transmitting the corona virus.Keywords: New Normal, Transformation, Challenge, Public AffairsAbstakPada awalnya bayak orang menganggap tidak rasional ketika orang-orang mengisolasi diri di rumah, pemerintah melarang orang berkumpul, jalanan ditutup, industri berhenti beroperasi, sekolah menggunakan media daring, hingga pelayanan publik yang secara serentak dilakukan secara online dan secara realitas kondisi ini terjadi di semua Negara.Kondisi  ini  memunculkan  pertanyaan  tentang  sampai  kapan  masyarakat  harus hidup    dalam    ketidakamanan    dan    ketidakpastian.    Untuk  menjawab    hal tersebut, World   Health   Organization (WHO)  mempromosikan   kondisi   yang dinamai  kenormalan baru (new normal) dengan berbagai protokol yang perlu dijalankan dalam setiap aktivitas di tengah masyarakat selama masih berlangsungnya ancaman pandemi.Fenomena kenormalan baru (New Normal) pada akhirnya melahirkan kebutuhan akan pelayanan publik yang baru. Artinya, masa transisi menuju ke sana adalah momen melakukan transformasi dan me-reset pelayanan publik lama menuju yang baru.  Dalam  kondisi  seperti  ini,  transformasi  harus  dilakukan  dengan  cepat, sehingga jalan satu-satunya adalah dengan menjalankan pelayanan publik berbasis masalah (problem base).Pelayanan  tatap  muka  bertransformasi  menjadi  layanan  online atau  daring dan memaksa penyelenggara pelayanan untuk mengubah mindset bahwa digitalisasi layanan merupakan solusi dalam akselerasi dan penyederhanaan pelayanan.Dampak begitu besar dirasakan oleh masyarakat ketika harus membatasi diri untuk tidak berpergian/beraktifitas keluar rumah, tidak berkumpul, tidak bersekolah dan tidak dapat bekerja mencari nafkah seperti biasanya. Banyak aktivitas masyarakat diluar rumah atau berkerumun dibatasi oleh kebijakan pembatasan berskala besar (PSBB) termasuk kegiatan perekonomian yang beresiko menularkan virus corona.Kata Kunci : New Normal, Tranformasi, Tantangan, Urusan Publik \",\"PeriodicalId\":126843,\"journal\":{\"name\":\"MIMBAR ADMINISTRASI FISIP UNTAG Semarang\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-11-11\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"5\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"MIMBAR ADMINISTRASI FISIP UNTAG Semarang\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.56444/mia.v17i2.1779\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"MIMBAR ADMINISTRASI FISIP UNTAG Semarang","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.56444/mia.v17i2.1779","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 5

摘要

起初,当人们在家中自我隔离,政府禁止人们聚集,街道关闭,行业停止运营,学校使用网络媒体,公共服务同时在网上进行时,许多人认为这是不合理的,实际上这种情况在所有国家都发生过。这种情况引发了人们在不安全和不确定性中生活多久的问题。为了回答这个问题,世界卫生组织(世卫组织)提出了一种被称为新常态的条件,只要流行病的威胁继续存在,就需要在社区的每一项活动中执行各种议定书。新常态(new normal)现象最终催生了对新公共服务的需求。这意味着,过渡时期是将旧的公共服务转变为新服务的时刻。在这种情况下,必须尽快进行转型,以解决以公共服务为基础的问题。面对面服务转变为在线或在线服务,迫使服务提供商改变服务数字化是服务加速和简化的解决方案的思维方式。当他们不得不限制自己外出旅行/从事户外活动,不能聚会,不能上学,不能像往常一样工作谋生时,社区对他们产生了巨大的影响。许多家庭以外的社区活动或拥挤受到大规模限制政策(PSBB)的限制,包括有传播冠状病毒风险的经济活动。关键词:新常态、转型、挑战、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务、公共事务。Kondisi ini monunculkan pertananyaan tentang sampai kapan masyarakat harus hidup dalam ketidakamanan an ketidakpastian。Untuk menjawab terbut,世界卫生组织(世卫组织)呼吁促进新常态,加强预防疟疾,预防疟疾,预防疟疾,预防艾滋病和艾滋病大流行。新常态,新常态,新常态,新常态。雅典娜,雅典娜,雅典娜,雅典娜,雅典娜,雅典娜,雅典娜,雅典娜,雅典娜,雅典娜,雅典娜问题库(问题库),问题库(问题库)。Pelayanan tatap muka bertransformasmenjadi layanan在线上,以大胆的方式,在网上,在网上,在网上,在网上,在网上,在网上,在网上,在网上,在网上,在网上,当pak begitu besar dirasakan oleh masyarakat ketika harus membatasi diri untuk tidak berbergian /beraktifitas keluar rumah, tidak bersekolah dan tidak dapat bekerja mengari nafkah seperti biasanya。Banyak aktivitas masyarakat dilar rumah atau berkerumun dibatasi oleh kebijakan pembatasan berskala besar (PSBB) termasuk kegiatan perekonomian yang bermenarkan病毒冠状病毒。Kata Kunci:新常态,转型,tantanangan,乌克兰公众
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
TRANSFORMASI DAN TANTANGAN DALAM URUSAN PUBLIK DI ERA NEW NORMAL
Abstract At first, many people considered it irrational when people isolated themselves at home, the government prohibited people from gathering, the streets were closed, the industry stopped operating, schools used online media, to public services that were simultaneously carried out online and in reality this condition occurred in all Country.This condition raised questions about how long people have to live in insecurity and uncertainty. To answer this, the World Health Organization (WHO) promoted a condition was called the new normal with various protocols that need to be carried out in every activity in the community as long as the threat of a pandemic continues.The phenomenon of the new normal (New Normal) eventually gave birth to the need for new public services. This meant that the transition period towards there was a moment to transform and reset old public services to new ones. Under theseconditions,  the  transformation  must  be  carried  out  quickly  in  order  to  solve problem based on public services.Face-to-face services were transformed into online or online services and force service  providers  to  change  the  mindset  that  digitalization  of  services  was a solution in service acceleration and simplification.The community has been a huge impact when they have to limit themselves from traveling / doing activities outside the house, not gathering, not going to school and not being able to work for a living as usual. Many community activities outside the home or crowding were limited by large-scale restriction policies (PSBB) including economic activities that are at risk of transmitting the corona virus.Keywords: New Normal, Transformation, Challenge, Public AffairsAbstakPada awalnya bayak orang menganggap tidak rasional ketika orang-orang mengisolasi diri di rumah, pemerintah melarang orang berkumpul, jalanan ditutup, industri berhenti beroperasi, sekolah menggunakan media daring, hingga pelayanan publik yang secara serentak dilakukan secara online dan secara realitas kondisi ini terjadi di semua Negara.Kondisi  ini  memunculkan  pertanyaan  tentang  sampai  kapan  masyarakat  harus hidup    dalam    ketidakamanan    dan    ketidakpastian.    Untuk  menjawab    hal tersebut, World   Health   Organization (WHO)  mempromosikan   kondisi   yang dinamai  kenormalan baru (new normal) dengan berbagai protokol yang perlu dijalankan dalam setiap aktivitas di tengah masyarakat selama masih berlangsungnya ancaman pandemi.Fenomena kenormalan baru (New Normal) pada akhirnya melahirkan kebutuhan akan pelayanan publik yang baru. Artinya, masa transisi menuju ke sana adalah momen melakukan transformasi dan me-reset pelayanan publik lama menuju yang baru.  Dalam  kondisi  seperti  ini,  transformasi  harus  dilakukan  dengan  cepat, sehingga jalan satu-satunya adalah dengan menjalankan pelayanan publik berbasis masalah (problem base).Pelayanan  tatap  muka  bertransformasi  menjadi  layanan  online atau  daring dan memaksa penyelenggara pelayanan untuk mengubah mindset bahwa digitalisasi layanan merupakan solusi dalam akselerasi dan penyederhanaan pelayanan.Dampak begitu besar dirasakan oleh masyarakat ketika harus membatasi diri untuk tidak berpergian/beraktifitas keluar rumah, tidak berkumpul, tidak bersekolah dan tidak dapat bekerja mencari nafkah seperti biasanya. Banyak aktivitas masyarakat diluar rumah atau berkerumun dibatasi oleh kebijakan pembatasan berskala besar (PSBB) termasuk kegiatan perekonomian yang beresiko menularkan virus corona.Kata Kunci : New Normal, Tranformasi, Tantangan, Urusan Publik 
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
Peningkatan Nilai Perusahaan: Peran Leverage, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Tax Avoidance: Peran Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Profitability Analisis Pemasaran AJB Bumiputera 1912 Kantor Wilayah Medan Analisis Penggunaan Asuransi Jiwa dalam Pembiayaan Mudharabah di BPRS Gebu Prima Medan Analisis Manajemen Klaim Jaminan Hari Tua (JHT) di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Pratama Rantau Prapat
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1