Ianatut Thoifah, M. Yusuf, Muhammad Heriyudanta, Asyraf Isyraqi Bin Jamil, Dinil Abrar Sulthani
{"title":"印尼学生古兰经阅读能力的分类:教育机构的作用","authors":"Ianatut Thoifah, M. Yusuf, Muhammad Heriyudanta, Asyraf Isyraqi Bin Jamil, Dinil Abrar Sulthani","doi":"10.21154/cendekia.v19i2.3027","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This research aims to classify the students' ability to read al-Qur'an in educational institutions. They play an essential role in improving their ability. It applied a qualitative descriptive method. Furthermore, the respondents were 1391 from 37 junior and senior high schools in Indonesia. The data then were analyzed using the Miles Huberman model with data condensation. The results showed that the classification of the ability to read al-Qur'an was divided into six indicators is 1) introducing hijaiyah letters; 2) sifatul huruf; 3) makharijul huruf; 4) tajwid; 5) tartil, and 6) the adab of reading al-Qur'an. The role of institutions in improving the competence of reading al-Qur'an based on existing indicators has different levels. Formal institutions contributed15%, and non-formal institutions 16%. Informal institutions play more roles than other institutions. It was 26%. Thus, the development and strengthening of education based on a particular curriculum for learning the Qur'an is essential to align the standards of students' ability to read al-Qur'an. Hence, each educational institution can strengthen its role in managing the learning of al-Qur'an better. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan kemampuan membaca al-Qur'an peserta didik melalui peran lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Jumlah responden adalah 1.391 dari 37 SMP dan SMA di Indonesia. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan model Miles Huberman dengan kondensasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi kemampuan membaca al-Qur'an terbagi menjadi enam indikator, yaitu 1) mengenalkan hijaiyah huruf; 2) sifatul huruf; 3) makharijul huruf; 4) tajwid; 5) tartil, dan 6) adab membaca al-Qur'an. Sedangkan peran lembaga dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur'an berdasarkan indikator yang ada memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Lembaga formal memiliki peran 15%, lembaga non-formal sebesar 16%, dan lembaga informal memberikan peran lebih dibandingkan lembaga lain yaitu sebesar 26%. Dengan demikian, pengembangan dan penguatan pendidikan berbasis kurikulum tertentu untuk pembelajaran Al-Qur'an sangat diperlukan untuk menyelaraskan standar kemampuan membaca Al-Qur'an peserta didik, sehingga setiap lembaga pendidikan dapat memperkuat perannya dalam mengelola pembelajaran al-Qur'an dengan lebih baik.","PeriodicalId":165060,"journal":{"name":"Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan","volume":"73 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"3","resultStr":"{\"title\":\"Classification of Indonesian Students’ Ability to Read Al-Qur'an: The Role of Educational Institutions\",\"authors\":\"Ianatut Thoifah, M. Yusuf, Muhammad Heriyudanta, Asyraf Isyraqi Bin Jamil, Dinil Abrar Sulthani\",\"doi\":\"10.21154/cendekia.v19i2.3027\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This research aims to classify the students' ability to read al-Qur'an in educational institutions. They play an essential role in improving their ability. It applied a qualitative descriptive method. Furthermore, the respondents were 1391 from 37 junior and senior high schools in Indonesia. The data then were analyzed using the Miles Huberman model with data condensation. The results showed that the classification of the ability to read al-Qur'an was divided into six indicators is 1) introducing hijaiyah letters; 2) sifatul huruf; 3) makharijul huruf; 4) tajwid; 5) tartil, and 6) the adab of reading al-Qur'an. The role of institutions in improving the competence of reading al-Qur'an based on existing indicators has different levels. Formal institutions contributed15%, and non-formal institutions 16%. Informal institutions play more roles than other institutions. It was 26%. Thus, the development and strengthening of education based on a particular curriculum for learning the Qur'an is essential to align the standards of students' ability to read al-Qur'an. Hence, each educational institution can strengthen its role in managing the learning of al-Qur'an better. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan kemampuan membaca al-Qur'an peserta didik melalui peran lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Jumlah responden adalah 1.391 dari 37 SMP dan SMA di Indonesia. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan model Miles Huberman dengan kondensasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi kemampuan membaca al-Qur'an terbagi menjadi enam indikator, yaitu 1) mengenalkan hijaiyah huruf; 2) sifatul huruf; 3) makharijul huruf; 4) tajwid; 5) tartil, dan 6) adab membaca al-Qur'an. Sedangkan peran lembaga dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur'an berdasarkan indikator yang ada memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Lembaga formal memiliki peran 15%, lembaga non-formal sebesar 16%, dan lembaga informal memberikan peran lebih dibandingkan lembaga lain yaitu sebesar 26%. Dengan demikian, pengembangan dan penguatan pendidikan berbasis kurikulum tertentu untuk pembelajaran Al-Qur'an sangat diperlukan untuk menyelaraskan standar kemampuan membaca Al-Qur'an peserta didik, sehingga setiap lembaga pendidikan dapat memperkuat perannya dalam mengelola pembelajaran al-Qur'an dengan lebih baik.\",\"PeriodicalId\":165060,\"journal\":{\"name\":\"Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan\",\"volume\":\"73 1\",\"pages\":\"0\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-12-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"3\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21154/cendekia.v19i2.3027\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21154/cendekia.v19i2.3027","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 3
摘要
本研究旨在对教育机构学生的《古兰经》阅读能力进行分类。他们在提高他们的能力方面起着至关重要的作用。本研究采用定性描述方法。此外,受访者来自印度尼西亚37所初中和高中的1391人。然后用迈尔斯·休伯曼的数据冷凝模型对数据进行分析。结果表明,对《古兰经》阅读能力的分类分为6个指标:1)引入hijaiyah字母;2)静坐伤害;3) makharijul huruf;4) tajwid;5)诵读《古兰经》。从现有指标来看,机构对提高古兰经阅读能力的作用存在不同程度的差异。正式机构贡献了15%,非正式机构贡献了16%。非正式制度比其他制度发挥更大的作用。是26%。因此,发展和加强以特定的《古兰经》课程为基础的教育,对于调整学生阅读《古兰经》的能力标准至关重要。因此,各教育机构可以更好地加强其在管理古兰经学习中的作用。《古兰经》的翻译是:Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan kemampuan membaca。《古兰经》Penelitian ini mongunakan方法描述定性。Jumlah的回复是adalah 1391 dari 37smp dan SMA di Indonesia。数据简洁,但kemudian分析,孟古纳坎模型,迈尔斯,休伯曼,登根,康登萨斯数据。Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi kemampuan membaca al- quuran terbagi menjadi enam指标,yitit1) mengenalkan hijaiyah huruf;2)静坐伤害;3) makharijul huruf;4) tajwid;我的《古兰经》。Sedangkan peran lembaga dalam meningkatkan kompetensi membaca al- quuran berdasarkan指标yang ada memoriliki tingkatan yang berbeda-beda。兰巴加正式会员占15%,兰巴加非正式会员占16%,兰巴加非正式会员占26%。企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅,企鹅。
Classification of Indonesian Students’ Ability to Read Al-Qur'an: The Role of Educational Institutions
This research aims to classify the students' ability to read al-Qur'an in educational institutions. They play an essential role in improving their ability. It applied a qualitative descriptive method. Furthermore, the respondents were 1391 from 37 junior and senior high schools in Indonesia. The data then were analyzed using the Miles Huberman model with data condensation. The results showed that the classification of the ability to read al-Qur'an was divided into six indicators is 1) introducing hijaiyah letters; 2) sifatul huruf; 3) makharijul huruf; 4) tajwid; 5) tartil, and 6) the adab of reading al-Qur'an. The role of institutions in improving the competence of reading al-Qur'an based on existing indicators has different levels. Formal institutions contributed15%, and non-formal institutions 16%. Informal institutions play more roles than other institutions. It was 26%. Thus, the development and strengthening of education based on a particular curriculum for learning the Qur'an is essential to align the standards of students' ability to read al-Qur'an. Hence, each educational institution can strengthen its role in managing the learning of al-Qur'an better. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan kemampuan membaca al-Qur'an peserta didik melalui peran lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Jumlah responden adalah 1.391 dari 37 SMP dan SMA di Indonesia. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan model Miles Huberman dengan kondensasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi kemampuan membaca al-Qur'an terbagi menjadi enam indikator, yaitu 1) mengenalkan hijaiyah huruf; 2) sifatul huruf; 3) makharijul huruf; 4) tajwid; 5) tartil, dan 6) adab membaca al-Qur'an. Sedangkan peran lembaga dalam meningkatkan kompetensi membaca al-Qur'an berdasarkan indikator yang ada memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Lembaga formal memiliki peran 15%, lembaga non-formal sebesar 16%, dan lembaga informal memberikan peran lebih dibandingkan lembaga lain yaitu sebesar 26%. Dengan demikian, pengembangan dan penguatan pendidikan berbasis kurikulum tertentu untuk pembelajaran Al-Qur'an sangat diperlukan untuk menyelaraskan standar kemampuan membaca Al-Qur'an peserta didik, sehingga setiap lembaga pendidikan dapat memperkuat perannya dalam mengelola pembelajaran al-Qur'an dengan lebih baik.