{"title":"基于托拉贾当地智慧的 Pangngan 传统是宗教温和的一种手段","authors":"Alvary Exan Rerung","doi":"10.47655/dialog.v46i2.870","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak Penelitian ini berbicara tentang penguatan moderasi beragama berbasis kearifan lokal sebagai respon kampanye Kementerian Agama Republik Indonesia tentang moderasi beragama yang telah berlangsung sejak 2019. Moderasi beragama bertujuan untuk mencegah sikap, pemahaman, dan tindakan yang eksterm dari setiap agama, seperti intoleransi, kekerasan, ujaran kebencian hingga terorisme. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan etnografi, dengan mekanisme pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian serta penulisan kesimpulan, dan verifikasi. Hasil kajian etnografi tersebut menghasilkan unsur toleransi yang terkandung di dalam tradisi pangngan, antara lain: Pertama, tradisi pangngan mengedepankan sikap toleransi. Sikap tersebut merupakan sebuah hospitalitas yang menghilangkan sekat-sekat sosial, seperti perbedaan agama dan golongan yang ada. Kedua, tradisi pangngan menghilangkan rasa curiga terhadap yang diberi atau menerima pangngan walaupun berbeda agama atau golongan. Hilangnya rasa curiga yang terbentuk pada relasi tradisi pangngan menjadikan hubungan antara satu dengan yang lain menjadi harmonis. Kedua unsur teologis inilah yang kemudian menjadikan tradisi pangngan sebagai salah satu sarana moderasi beragama berbasis kearifan lokal di Toraja. Abstract This research sheds light on strengthening religious moderation based on local wisdom in response to the Ministry of Religious affairs of the Republic of Indonesia’s campaign on religious moderation since 2019. Religious moderation is aimed to prevent extreme attitudes, mislead understandings of religious teachings, such as intolerance, violence, hate speech, and terrorism. This is a descriptive qualitative research based on ethnographic approach. Data were collected through literature review, observation, and in-depth interviews. These were analyzed through data reduction, categorization, conclusions, and verification. This study found that pangngan tradition shows attitude of tolerance. This attitude was shown in a form of hospitality that removed social barriers, such as religious and social-class differences. In addition, the tradition enabled to minimize suspicion. Suspicion was dismissed through food sharing. These two elements of pangngan tradition has been evidence of religious moderation based on local wisdom in Toraja.","PeriodicalId":505314,"journal":{"name":"Dialog","volume":"119 52","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Tradisi Pangngan Sebagai Sarana Moderasi Beragama Berbasis Kearifan Lokal di Toraja\",\"authors\":\"Alvary Exan Rerung\",\"doi\":\"10.47655/dialog.v46i2.870\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstrak Penelitian ini berbicara tentang penguatan moderasi beragama berbasis kearifan lokal sebagai respon kampanye Kementerian Agama Republik Indonesia tentang moderasi beragama yang telah berlangsung sejak 2019. Moderasi beragama bertujuan untuk mencegah sikap, pemahaman, dan tindakan yang eksterm dari setiap agama, seperti intoleransi, kekerasan, ujaran kebencian hingga terorisme. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan etnografi, dengan mekanisme pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian serta penulisan kesimpulan, dan verifikasi. Hasil kajian etnografi tersebut menghasilkan unsur toleransi yang terkandung di dalam tradisi pangngan, antara lain: Pertama, tradisi pangngan mengedepankan sikap toleransi. Sikap tersebut merupakan sebuah hospitalitas yang menghilangkan sekat-sekat sosial, seperti perbedaan agama dan golongan yang ada. Kedua, tradisi pangngan menghilangkan rasa curiga terhadap yang diberi atau menerima pangngan walaupun berbeda agama atau golongan. Hilangnya rasa curiga yang terbentuk pada relasi tradisi pangngan menjadikan hubungan antara satu dengan yang lain menjadi harmonis. Kedua unsur teologis inilah yang kemudian menjadikan tradisi pangngan sebagai salah satu sarana moderasi beragama berbasis kearifan lokal di Toraja. Abstract This research sheds light on strengthening religious moderation based on local wisdom in response to the Ministry of Religious affairs of the Republic of Indonesia’s campaign on religious moderation since 2019. Religious moderation is aimed to prevent extreme attitudes, mislead understandings of religious teachings, such as intolerance, violence, hate speech, and terrorism. This is a descriptive qualitative research based on ethnographic approach. Data were collected through literature review, observation, and in-depth interviews. These were analyzed through data reduction, categorization, conclusions, and verification. This study found that pangngan tradition shows attitude of tolerance. This attitude was shown in a form of hospitality that removed social barriers, such as religious and social-class differences. In addition, the tradition enabled to minimize suspicion. Suspicion was dismissed through food sharing. These two elements of pangngan tradition has been evidence of religious moderation based on local wisdom in Toraja.\",\"PeriodicalId\":505314,\"journal\":{\"name\":\"Dialog\",\"volume\":\"119 52\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-12-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Dialog\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.47655/dialog.v46i2.870\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Dialog","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.47655/dialog.v46i2.870","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Tradisi Pangngan Sebagai Sarana Moderasi Beragama Berbasis Kearifan Lokal di Toraja
Abstrak Penelitian ini berbicara tentang penguatan moderasi beragama berbasis kearifan lokal sebagai respon kampanye Kementerian Agama Republik Indonesia tentang moderasi beragama yang telah berlangsung sejak 2019. Moderasi beragama bertujuan untuk mencegah sikap, pemahaman, dan tindakan yang eksterm dari setiap agama, seperti intoleransi, kekerasan, ujaran kebencian hingga terorisme. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan etnografi, dengan mekanisme pengumpulan data menggunakan studi pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian serta penulisan kesimpulan, dan verifikasi. Hasil kajian etnografi tersebut menghasilkan unsur toleransi yang terkandung di dalam tradisi pangngan, antara lain: Pertama, tradisi pangngan mengedepankan sikap toleransi. Sikap tersebut merupakan sebuah hospitalitas yang menghilangkan sekat-sekat sosial, seperti perbedaan agama dan golongan yang ada. Kedua, tradisi pangngan menghilangkan rasa curiga terhadap yang diberi atau menerima pangngan walaupun berbeda agama atau golongan. Hilangnya rasa curiga yang terbentuk pada relasi tradisi pangngan menjadikan hubungan antara satu dengan yang lain menjadi harmonis. Kedua unsur teologis inilah yang kemudian menjadikan tradisi pangngan sebagai salah satu sarana moderasi beragama berbasis kearifan lokal di Toraja. Abstract This research sheds light on strengthening religious moderation based on local wisdom in response to the Ministry of Religious affairs of the Republic of Indonesia’s campaign on religious moderation since 2019. Religious moderation is aimed to prevent extreme attitudes, mislead understandings of religious teachings, such as intolerance, violence, hate speech, and terrorism. This is a descriptive qualitative research based on ethnographic approach. Data were collected through literature review, observation, and in-depth interviews. These were analyzed through data reduction, categorization, conclusions, and verification. This study found that pangngan tradition shows attitude of tolerance. This attitude was shown in a form of hospitality that removed social barriers, such as religious and social-class differences. In addition, the tradition enabled to minimize suspicion. Suspicion was dismissed through food sharing. These two elements of pangngan tradition has been evidence of religious moderation based on local wisdom in Toraja.