三宝垄地区 Wonorejo Pustu、Pringapus 保健中心的社区文化对孕产妇就诊的看法

S. Rahayu
{"title":"三宝垄地区 Wonorejo Pustu、Pringapus 保健中心的社区文化对孕产妇就诊的看法","authors":"S. Rahayu","doi":"10.35473/proheallth.v5i2.2314","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pregnancy sevicess can be interpreted as a form of health service provided to pregnant women and their fetuses. This examination is carried out by professionals according to established standards, with a minimum of 6 visits during pregnancy. Community life involves rules that include norms and views of life, as well as being a guide in regulating behavior in group life. Cultural factors that still apply in some areas can be a cause of complications in pregnant women, childbirth and the postpartum period. The culture and norms prevailing in society have an impact on a mother's decision to have a pregnancy check-up with a health professional. The type of research in this article is descriptive analytic research supported by qualitative research to complement quantitative data with a cross sectional approach. The results of this study indicate that people's cultural perceptions are not the main factor in the low number of visits by pregnant women at Pustu Wonorejo, Pringapus Health Center, Semarang Regency. This is also in accordance with the results of interviews with patients (pregnant women), and husbands/families of pregnant women. Characteristics of respondents who provided services for visiting pregnant women at Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency aged 25-35 years (50.0%) with community cultural perceptions of visiting pregnant women (90.6%) who are diligent in having their pregnancies checked. The bivariate analysis showed that there was no significant relationship (p value 0.05) between people's cultural perceptions of pregnant women's visits at Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency. ABSTRAK                 Pemeriksaan kehamilan dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh tenaga medis profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dengan minimal 6 kali kunjungan selama masa kehamilan. Kehidupan masyarakat melibatkan aturan-aturan yang mencakup norma-norma dan pandangan hidup, serta menjadi pedoman dalam mengatur perilaku dalam kehidupan berkelompok. Faktor budaya yang masih berlaku di beberapa daerah dapat menjadi penyebab komplikasi pada ibu hamil, persalinan, dan masa nifas. Budaya dan norma yang berlaku dalam masyarakat memiliki dampak pada keputusan seorang ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dengan tenaga kesehatan. Jenis penelitian pada artikel ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang didukung penelitian kualitatif untuk melengkapi data kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi budaya masyarakat bukan termasuk faktor utama dari rendahnya kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang. Hal ini pula sesuai dengan hasil wawancara dengan pasien (ibu hamil), dan suami/keluarga dari ibu hamil. Karakteristik responden yang memberikan pelayanan kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang berumur 25-35 tahun (50,0%) dengan persepsi budaya masyarakat terhadap kunjungan ibu hamil (90,6%) yang merupakan masyaraktnya rajin memeriksakan kehamilannya. Pada analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan (nilai p 0,05) antara persepsi budaya masyarakat terhadap kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang.","PeriodicalId":319742,"journal":{"name":"Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Persepsi Budaya Masyarakat Terhadap Kunjungan Ibu Hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang\",\"authors\":\"S. Rahayu\",\"doi\":\"10.35473/proheallth.v5i2.2314\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pregnancy sevicess can be interpreted as a form of health service provided to pregnant women and their fetuses. This examination is carried out by professionals according to established standards, with a minimum of 6 visits during pregnancy. Community life involves rules that include norms and views of life, as well as being a guide in regulating behavior in group life. Cultural factors that still apply in some areas can be a cause of complications in pregnant women, childbirth and the postpartum period. The culture and norms prevailing in society have an impact on a mother's decision to have a pregnancy check-up with a health professional. The type of research in this article is descriptive analytic research supported by qualitative research to complement quantitative data with a cross sectional approach. The results of this study indicate that people's cultural perceptions are not the main factor in the low number of visits by pregnant women at Pustu Wonorejo, Pringapus Health Center, Semarang Regency. This is also in accordance with the results of interviews with patients (pregnant women), and husbands/families of pregnant women. Characteristics of respondents who provided services for visiting pregnant women at Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency aged 25-35 years (50.0%) with community cultural perceptions of visiting pregnant women (90.6%) who are diligent in having their pregnancies checked. The bivariate analysis showed that there was no significant relationship (p value 0.05) between people's cultural perceptions of pregnant women's visits at Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency. ABSTRAK                 Pemeriksaan kehamilan dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh tenaga medis profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dengan minimal 6 kali kunjungan selama masa kehamilan. Kehidupan masyarakat melibatkan aturan-aturan yang mencakup norma-norma dan pandangan hidup, serta menjadi pedoman dalam mengatur perilaku dalam kehidupan berkelompok. Faktor budaya yang masih berlaku di beberapa daerah dapat menjadi penyebab komplikasi pada ibu hamil, persalinan, dan masa nifas. Budaya dan norma yang berlaku dalam masyarakat memiliki dampak pada keputusan seorang ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dengan tenaga kesehatan. Jenis penelitian pada artikel ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang didukung penelitian kualitatif untuk melengkapi data kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi budaya masyarakat bukan termasuk faktor utama dari rendahnya kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang. Hal ini pula sesuai dengan hasil wawancara dengan pasien (ibu hamil), dan suami/keluarga dari ibu hamil. Karakteristik responden yang memberikan pelayanan kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang berumur 25-35 tahun (50,0%) dengan persepsi budaya masyarakat terhadap kunjungan ibu hamil (90,6%) yang merupakan masyaraktnya rajin memeriksakan kehamilannya. Pada analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan (nilai p 0,05) antara persepsi budaya masyarakat terhadap kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang.\",\"PeriodicalId\":319742,\"journal\":{\"name\":\"Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-07-27\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.35473/proheallth.v5i2.2314\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Pro Health Jurnal Ilmiah Kesehatan","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.35473/proheallth.v5i2.2314","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

孕期检查可以解释为向孕妇及其胎儿提供的一种保健服务。这种检查由专业人员按照既定标准进行,在怀孕期间至少进行 6 次检查。社区生活涉及包括生活规范和观点在内的规则,也是规范群体生活行为的指南。某些地区仍然存在的文化因素可能会导致孕妇、分娩和产后并发症。社会中普遍存在的文化和规范会影响母亲是否决定接受医疗专业人员的孕期检查。本文的研究类型是描述性分析研究,辅以定性研究,以横截面方法补充定量数据。研究结果表明,人们的文化观念并不是导致三宝垄地区普林加普斯保健中心(Pustu Wonorejo)孕妇就诊率低的主要因素。这也与对患者(孕妇)和孕妇丈夫/家属的访谈结果相符。在三宝垄地区 Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus 提供孕妇探视服务的受访者中,年龄在 25-35 岁之间(50.0%)的受访者对探视孕妇的社区文化认知度较高(90.6%),她们会勤于进行孕期检查。双变量分析表明,在 Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency,人们对孕妇就诊的文化观念之间没有明显的关系(P 值为 0.05)。孕期检查可定义为向孕妇及其胎儿提供的一种保健服务。这种检查由专业医务人员按照既定标准进行,在怀孕期间至少进行 6 次检查。社区生活涉及包括生活规范和观点在内的规则,并成为规范群体生活行为的准则。在某些地区仍然盛行的文化因素可能会导致孕妇、分娩和产后并发症。社会的主流文化和规范会影响到母亲是否决定接受卫生工作者的孕期检查。本文的研究类型是描述性分析研究,辅以定性研究,以横截面方法补充定量数据。研究结果表明,在三宝垄地区的 Pustu Wonorejo、Puskesmas Pringapus,社区文化观念并不是导致孕产妇就诊率低的主要因素。这也与对患者(孕妇)和孕妇丈夫/家属的访谈结果一致。在 Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency 提供产科访视服务的受访者的特征是 25-35 岁(50.0%),对产科访视有文化观念(90.6%),是一个勤于检查怀孕情况的群体。双变量分析表明,在 Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency,孕妇探视的文化观念之间没有显著关系(P 值为 0.05)。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
Persepsi Budaya Masyarakat Terhadap Kunjungan Ibu Hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang
Pregnancy sevicess can be interpreted as a form of health service provided to pregnant women and their fetuses. This examination is carried out by professionals according to established standards, with a minimum of 6 visits during pregnancy. Community life involves rules that include norms and views of life, as well as being a guide in regulating behavior in group life. Cultural factors that still apply in some areas can be a cause of complications in pregnant women, childbirth and the postpartum period. The culture and norms prevailing in society have an impact on a mother's decision to have a pregnancy check-up with a health professional. The type of research in this article is descriptive analytic research supported by qualitative research to complement quantitative data with a cross sectional approach. The results of this study indicate that people's cultural perceptions are not the main factor in the low number of visits by pregnant women at Pustu Wonorejo, Pringapus Health Center, Semarang Regency. This is also in accordance with the results of interviews with patients (pregnant women), and husbands/families of pregnant women. Characteristics of respondents who provided services for visiting pregnant women at Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency aged 25-35 years (50.0%) with community cultural perceptions of visiting pregnant women (90.6%) who are diligent in having their pregnancies checked. The bivariate analysis showed that there was no significant relationship (p value 0.05) between people's cultural perceptions of pregnant women's visits at Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Semarang Regency. ABSTRAK                 Pemeriksaan kehamilan dapat diartikan sebagai bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil dan janinnya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh tenaga medis profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dengan minimal 6 kali kunjungan selama masa kehamilan. Kehidupan masyarakat melibatkan aturan-aturan yang mencakup norma-norma dan pandangan hidup, serta menjadi pedoman dalam mengatur perilaku dalam kehidupan berkelompok. Faktor budaya yang masih berlaku di beberapa daerah dapat menjadi penyebab komplikasi pada ibu hamil, persalinan, dan masa nifas. Budaya dan norma yang berlaku dalam masyarakat memiliki dampak pada keputusan seorang ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan dengan tenaga kesehatan. Jenis penelitian pada artikel ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang didukung penelitian kualitatif untuk melengkapi data kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi budaya masyarakat bukan termasuk faktor utama dari rendahnya kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang. Hal ini pula sesuai dengan hasil wawancara dengan pasien (ibu hamil), dan suami/keluarga dari ibu hamil. Karakteristik responden yang memberikan pelayanan kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang berumur 25-35 tahun (50,0%) dengan persepsi budaya masyarakat terhadap kunjungan ibu hamil (90,6%) yang merupakan masyaraktnya rajin memeriksakan kehamilannya. Pada analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan secara signifikan (nilai p 0,05) antara persepsi budaya masyarakat terhadap kunjungan ibu hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
期刊最新文献
Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Disorder pada Pekerja Pemecah Batu di Leyangan, Ungaran Timur Studi Korelasi Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Menopause di Desa Jetak Kecamatan Getasan Prevalensi dan Risk Assessment Kejadian Hipertensi pada Petani Wanita di Desa Sumowono Analisis Hygiene dan Sanitasi Peralatan pada Pedagang Penjual Makanan Jajanan di Pasar Tradisional di Kabupaten Semarang Persepsi Budaya Masyarakat Terhadap Kunjungan Ibu Hamil di Pustu Wonorejo Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1