{"title":"建造失乐园","authors":"Purnomo Kristiawan","doi":"10.34307/mjsaa.v3i1.127","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pariwisata memberi dampak yang cukup besar bagi masyarakat Karanganyar, sebagaimana air terjun Jumog yang telah menciptakan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Berjo. Di lain sisi, pertumbuhan ini di sektor pariwisata ini juga menimbulkan persoalan ekologis, sosiologis bahkan teologis yang menyebabkan beberapa warga lokal tidak dapat menikmati hasil dari wisata air terjun Jumog namun justru mendapatkan dampak dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh investor. Penelitian ini hendak mengkaji persoalan air terjun Jumog dari perspektif kewirausahaan lestari yang berbasis pada tiga hal mendasar, yakni keadilan, kesejahteraan dan keberlanjutan. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang memanfaatkan studi pustaka atas literatur utama dari pemikiran Emanuel Gerrit Singgih mengenai teologi ekologi dan Yahya Wijaya tentang konsep kewirausahaan lestari yang berdimensi Profitabilitas, Solidaritas dan Keberlanjutan. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa untuk meningkatkan dan memajukan pengelolaan objek wisata air terjun Jumog diperlukan upaya mengubah yang angker menjadi yang sinengker dengan membangun teologi panenteisme yang diinternalisasi melalui ritual bersih desa, merawat kearifan lokal seperti nilai kegotong-royongan dan ajaran tribrata dari RM Said serta perlunya memberdayakan masyarakat desa Berjo melalui pelatihan-pelatihan yang dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan objek wisata air terjun Jumog.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":"47 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Membangun Surga Yang Hilang\",\"authors\":\"Purnomo Kristiawan\",\"doi\":\"10.34307/mjsaa.v3i1.127\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pariwisata memberi dampak yang cukup besar bagi masyarakat Karanganyar, sebagaimana air terjun Jumog yang telah menciptakan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Berjo. Di lain sisi, pertumbuhan ini di sektor pariwisata ini juga menimbulkan persoalan ekologis, sosiologis bahkan teologis yang menyebabkan beberapa warga lokal tidak dapat menikmati hasil dari wisata air terjun Jumog namun justru mendapatkan dampak dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh investor. Penelitian ini hendak mengkaji persoalan air terjun Jumog dari perspektif kewirausahaan lestari yang berbasis pada tiga hal mendasar, yakni keadilan, kesejahteraan dan keberlanjutan. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang memanfaatkan studi pustaka atas literatur utama dari pemikiran Emanuel Gerrit Singgih mengenai teologi ekologi dan Yahya Wijaya tentang konsep kewirausahaan lestari yang berdimensi Profitabilitas, Solidaritas dan Keberlanjutan. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa untuk meningkatkan dan memajukan pengelolaan objek wisata air terjun Jumog diperlukan upaya mengubah yang angker menjadi yang sinengker dengan membangun teologi panenteisme yang diinternalisasi melalui ritual bersih desa, merawat kearifan lokal seperti nilai kegotong-royongan dan ajaran tribrata dari RM Said serta perlunya memberdayakan masyarakat desa Berjo melalui pelatihan-pelatihan yang dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan objek wisata air terjun Jumog.\",\"PeriodicalId\":509266,\"journal\":{\"name\":\"Melo: Jurnal Studi Agama-agama\",\"volume\":\"47 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-06-15\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Melo: Jurnal Studi Agama-agama\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i1.127\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i1.127","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Pariwisata memberi dampak yang cukup besar bagi masyarakat Karanganyar, sebagaimana air terjun Jumog yang telah menciptakan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Berjo. Di lain sisi, pertumbuhan ini di sektor pariwisata ini juga menimbulkan persoalan ekologis, sosiologis bahkan teologis yang menyebabkan beberapa warga lokal tidak dapat menikmati hasil dari wisata air terjun Jumog namun justru mendapatkan dampak dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh investor. Penelitian ini hendak mengkaji persoalan air terjun Jumog dari perspektif kewirausahaan lestari yang berbasis pada tiga hal mendasar, yakni keadilan, kesejahteraan dan keberlanjutan. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang memanfaatkan studi pustaka atas literatur utama dari pemikiran Emanuel Gerrit Singgih mengenai teologi ekologi dan Yahya Wijaya tentang konsep kewirausahaan lestari yang berdimensi Profitabilitas, Solidaritas dan Keberlanjutan. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa untuk meningkatkan dan memajukan pengelolaan objek wisata air terjun Jumog diperlukan upaya mengubah yang angker menjadi yang sinengker dengan membangun teologi panenteisme yang diinternalisasi melalui ritual bersih desa, merawat kearifan lokal seperti nilai kegotong-royongan dan ajaran tribrata dari RM Said serta perlunya memberdayakan masyarakat desa Berjo melalui pelatihan-pelatihan yang dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan objek wisata air terjun Jumog.