Forum Generasi Muda Lintas Agama (FORGIMALA) di Kabupaten Lampung telah memberi kontribusi untuk menjaga perdamaian lintas agama di Kecamatan Seputih Raman. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan dan menganalisis aksi-aksi insidental yang sudah dilakukan oleh FORGIMALA Seputih Raman semenjak dibentuk dalam mewujudkan moderasi beragama dan menjaga relasi damai lintas agama. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Dalam tulisan ini ditmukan bahwa ada parktik sosial yang dikembangkan dan dilakukan secara bersama-sama yang dapat mengembangkan model moderasi beragama di daerah Seputih Raman. Forum ini tidak lagi hanya terlihat pada moment atau event tertentu tetapi menjadi komunitas yang memiliki kemampuan dan kapasitas dalam upaya pengembangan perdamaian lintas agama yang berkesinambungan
{"title":"Peran Formigala Dalam Pengembangan Moderasi Beragama di Seputih Raman","authors":"Alfred Ruben Gordon Ta’ek","doi":"10.34307/mjsaa.v3i2.141","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i2.141","url":null,"abstract":"Forum Generasi Muda Lintas Agama (FORGIMALA) di Kabupaten Lampung telah memberi kontribusi untuk menjaga perdamaian lintas agama di Kecamatan Seputih Raman. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan dan menganalisis aksi-aksi insidental yang sudah dilakukan oleh FORGIMALA Seputih Raman semenjak dibentuk dalam mewujudkan moderasi beragama dan menjaga relasi damai lintas agama. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Dalam tulisan ini ditmukan bahwa ada parktik sosial yang dikembangkan dan dilakukan secara bersama-sama yang dapat mengembangkan model moderasi beragama di daerah Seputih Raman. Forum ini tidak lagi hanya terlihat pada moment atau event tertentu tetapi menjadi komunitas yang memiliki kemampuan dan kapasitas dalam upaya pengembangan perdamaian lintas agama yang berkesinambungan","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":" 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139140754","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
In the middle of a pluralistic society, the Indonesian Church exists and develops. The civilization is made up of several tribes, faiths, ethnicities, and nations. Diversity is frequently a source of conflict in the lives of Indonesians. Hate speech in the name of religion, ethnicity, or creed, as well as other acts of intolerance, have become serious issues that must be addressed at this time. Indonesia, which prides itself on its variety, confronts a significant task in moving forward and growing as an independent nation. Tolerance is the attitude and way of living that is required in a plural society. Tolerance is the spirit and energy of variety. Christians, as an intrinsic component of a plural society, must be present to contribute to campaigns and the development of tolerance practice. Tolerance must be established on the teachings and example of the Lord Jesus Christ's life. Tolerance, as taught by the Lord Jesus Christ, must be a way of thinking, speaking, and doing for every believer in a plural society. The Church of God is obligated to apply the Lord Jesus' attitude of life, teachings, and tolerance practices. Tolerance requires lessons such as loving all people as yourself, respecting the teachings of other people's religions and beliefs, and cultivating a forgiving mindset.
{"title":"PENGAJARAN YESUS TENTANG TOLERANSI DALAM MASYARAKAT MAJEMUK","authors":"Yohanes Mandala, Ezra Tari","doi":"10.34307/mjsaa.v3i2.155","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i2.155","url":null,"abstract":"In the middle of a pluralistic society, the Indonesian Church exists and develops. The civilization is made up of several tribes, faiths, ethnicities, and nations. Diversity is frequently a source of conflict in the lives of Indonesians. Hate speech in the name of religion, ethnicity, or creed, as well as other acts of intolerance, have become serious issues that must be addressed at this time. Indonesia, which prides itself on its variety, confronts a significant task in moving forward and growing as an independent nation. Tolerance is the attitude and way of living that is required in a plural society. Tolerance is the spirit and energy of variety. Christians, as an intrinsic component of a plural society, must be present to contribute to campaigns and the development of tolerance practice. Tolerance must be established on the teachings and example of the Lord Jesus Christ's life. Tolerance, as taught by the Lord Jesus Christ, must be a way of thinking, speaking, and doing for every believer in a plural society. The Church of God is obligated to apply the Lord Jesus' attitude of life, teachings, and tolerance practices. Tolerance requires lessons such as loving all people as yourself, respecting the teachings of other people's religions and beliefs, and cultivating a forgiving mindset.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":" 11","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139138447","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Moderasi beragama merupakan kunci dalam menjelaskan cara hidup beragama yang benar dan kewajiban menghargai agama lain. Ini berbicara tentang apa yang dilakukan demi memanusiakan manusia dan menolak kekerasan. Ini penting untuk dipahami dan dilakukan oleh semua umat. Hakikat, signifikansi, dan praktik moderasi beragama dipakai untuk membentuk karakter moderat. Dengan karakter moderat, kehidupan dipenuhi dengan kondisi yang hidup rukun, damai, dan harmonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan upaya membentuk karakter moderat berbasis moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan yang dipakai adalah pendidikan interreligius karena ini merupakan pendidikan lintas agama yang tidak monolog, melainkan dialog. Pendidikan interreligius dilakukan secara konstan agar maksimal. Metode penelitiannya adalah kualitatif dengan jenis penelitian studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pendidikan interreligius menghadirkan habituasi tentang makna moderasi beragama bagi kehidupan yang tidak ekstrem, serta membentuk karakter yang baik di tengah-tengah kehidupan, yaitu karakter moderat. Dalam hal ini, karakter moderat adalah bagian yang perlu dimiliki untuk semua orang dengan segala jenis usia.
{"title":"Membentuk Karakter Moderat Berbasis Moderasi Beragama","authors":"Otniel Aurelius Nole, Serdianus Serdianus","doi":"10.34307/mjsaa.v3i2.140","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i2.140","url":null,"abstract":"Moderasi beragama merupakan kunci dalam menjelaskan cara hidup beragama yang benar dan kewajiban menghargai agama lain. Ini berbicara tentang apa yang dilakukan demi memanusiakan manusia dan menolak kekerasan. Ini penting untuk dipahami dan dilakukan oleh semua umat. Hakikat, signifikansi, dan praktik moderasi beragama dipakai untuk membentuk karakter moderat. Dengan karakter moderat, kehidupan dipenuhi dengan kondisi yang hidup rukun, damai, dan harmonis. Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan upaya membentuk karakter moderat berbasis moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan yang dipakai adalah pendidikan interreligius karena ini merupakan pendidikan lintas agama yang tidak monolog, melainkan dialog. Pendidikan interreligius dilakukan secara konstan agar maksimal. Metode penelitiannya adalah kualitatif dengan jenis penelitian studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pendidikan interreligius menghadirkan habituasi tentang makna moderasi beragama bagi kehidupan yang tidak ekstrem, serta membentuk karakter yang baik di tengah-tengah kehidupan, yaitu karakter moderat. Dalam hal ini, karakter moderat adalah bagian yang perlu dimiliki untuk semua orang dengan segala jenis usia.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":"2 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139184373","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya sikap dan praktik beragama yang ekstim. Hal ini berdampak pada banyaknya konflik antar agama dalam masyarakat multikultural. Merespon hal itu, dibutuhkan peran dari masyarakat untuk mencegah konflik agama dengan cara hidup moderat dalam beragama. Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan praktik beragama yang seimbang. Artikel ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada hasil kajian literatur. Artikel ini bertujuan untuk menawarkan pentingnya hospitalitas Kristiani yang telah diteladankan Yesus dalam Yohanes 4:1-30 dalam mewujudkan moderasi beragama di tengah masyarakat multikultural. Melalui metode deskriptif berbasis literatur, penulis menunjukkan hospitalitas Kristiani, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus dalam narasi Yohanes 4:1-30. Hal ini merupakan sebuah sikap moderat dalam beragama ditengah disrupsi sosial-religi orang Yahudi dan Samaria. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah hospitalitas dalam sikap moderat merupakan integritas iman orang Kristen, bukan hanya sekedar doktrin yang dirancang untuk mewujudkan hukum kasih tetapi sebagai perwujudan dari kasih itu sendiri.
{"title":"URGENSI HOSPITALITAS KRISTIANI DALAM MEWUJUDKAN MODERASI BERAGAMA DITENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL","authors":"Setblon Tembang","doi":"10.34307/mjsaa.v3i2.138","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i2.138","url":null,"abstract":"Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya sikap dan praktik beragama yang ekstim. Hal ini berdampak pada banyaknya konflik antar agama dalam masyarakat multikultural. Merespon hal itu, dibutuhkan peran dari masyarakat untuk mencegah konflik agama dengan cara hidup moderat dalam beragama. Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan praktik beragama yang seimbang. Artikel ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada hasil kajian literatur. Artikel ini bertujuan untuk menawarkan pentingnya hospitalitas Kristiani yang telah diteladankan Yesus dalam Yohanes 4:1-30 dalam mewujudkan moderasi beragama di tengah masyarakat multikultural. Melalui metode deskriptif berbasis literatur, penulis menunjukkan hospitalitas Kristiani, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus dalam narasi Yohanes 4:1-30. Hal ini merupakan sebuah sikap moderat dalam beragama ditengah disrupsi sosial-religi orang Yahudi dan Samaria. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah hospitalitas dalam sikap moderat merupakan integritas iman orang Kristen, bukan hanya sekedar doktrin yang dirancang untuk mewujudkan hukum kasih tetapi sebagai perwujudan dari kasih itu sendiri.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":"53 1-2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139184520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Identitas kaum muda mempengaruhi bagaimana mereka bertindak menghadapi beragam tantangan perkembangan yang ada dalam diri dan dari luar. Pemahaman ini perlu dipegang sekaligus diteliti lebih lanjut dalam dialog antara tradisi dan konteks. Artikel ini mencoba meninjaunya dengan menggunakan refleksi teologis yang beracuan pada Start-up sebagai studi kasusnya dan direfleksikan ke situasi kaum muda. Pada prosesnya, refleksi teologis ini dilakukan menggunakan metode penelitian pustaka terhadap buku dan jurnal yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dialog tradisi dan konteks bisa menginspirasi terbangunnya pelayanan kaum muda yang komprehensif dan relevan dengan pergumulan identitas kaum muda.
{"title":"REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP PEMAKNAAN IDENTITAS KAUM MUDA DALAM START-UP DI DRAMA KOREA","authors":"Paulus Eko Kristianto","doi":"10.34307/mjsaa.v3i1.136","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i1.136","url":null,"abstract":"Identitas kaum muda mempengaruhi bagaimana mereka bertindak menghadapi beragam tantangan perkembangan yang ada dalam diri dan dari luar. Pemahaman ini perlu dipegang sekaligus diteliti lebih lanjut dalam dialog antara tradisi dan konteks. Artikel ini mencoba meninjaunya dengan menggunakan refleksi teologis yang beracuan pada Start-up sebagai studi kasusnya dan direfleksikan ke situasi kaum muda. Pada prosesnya, refleksi teologis ini dilakukan menggunakan metode penelitian pustaka terhadap buku dan jurnal yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dialog tradisi dan konteks bisa menginspirasi terbangunnya pelayanan kaum muda yang komprehensif dan relevan dengan pergumulan identitas kaum muda.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":"4 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139367973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tulisan ini menerangkan tentang makna dari ritual nyaki dirit, yaitu manusia mengakui adanya Kekuasaan di luar dirinya. Melalui ritual nyaki dirit ini pula, adanya kesadaran dari manusia akan Penciptanya. Selain itu, ritual ini juga memberikan makna akan suatu harapan, doa dan sukacita baik dari keluarga yang mengundang ritual ini maupun dari tamu yang diundang. Melalui ritual ini, harapannya orang-orang yang diundang dapat mendukung atau memberkati buah kandungan ibu agar selamat, kuat, dan sehat bagi ibu dan bayinya. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian sosial deskriptif dengan alur analisis melalui model analisis interaktif yang meliput pengumpulan data, kondensasi data, penampilan data, dan penarikan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kekristenan melalui pandangan teologi Rahim perlu menyatakan dukungan dan preservasinya terhadap ritual ini. Pada akhirnya manusia yang rapuh akan tetap berserah kepada Tuhan dalam menyambut kehidupan melalui doa-doa bagi terbentuknya kehidupan baru yang ada dalam Rahim seorang perempuan. Penyerahan tersebut dilakukan secara kolektif melalui ritual nyaki dirit.
{"title":"Teologi Rahim Dalam Memori Kolektif Ritual Nyaki Dirit Selama Pandemi Covid-19","authors":"Desi Natalia, D. Panuntun","doi":"10.34307/mjsaa.v3i1.125","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i1.125","url":null,"abstract":"Tulisan ini menerangkan tentang makna dari ritual nyaki dirit, yaitu manusia mengakui adanya Kekuasaan di luar dirinya. Melalui ritual nyaki dirit ini pula, adanya kesadaran dari manusia akan Penciptanya. Selain itu, ritual ini juga memberikan makna akan suatu harapan, doa dan sukacita baik dari keluarga yang mengundang ritual ini maupun dari tamu yang diundang. Melalui ritual ini, harapannya orang-orang yang diundang dapat mendukung atau memberkati buah kandungan ibu agar selamat, kuat, dan sehat bagi ibu dan bayinya. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian sosial deskriptif dengan alur analisis melalui model analisis interaktif yang meliput pengumpulan data, kondensasi data, penampilan data, dan penarikan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kekristenan melalui pandangan teologi Rahim perlu menyatakan dukungan dan preservasinya terhadap ritual ini. Pada akhirnya manusia yang rapuh akan tetap berserah kepada Tuhan dalam menyambut kehidupan melalui doa-doa bagi terbentuknya kehidupan baru yang ada dalam Rahim seorang perempuan. Penyerahan tersebut dilakukan secara kolektif melalui ritual nyaki dirit.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139369480","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pariwisata memberi dampak yang cukup besar bagi masyarakat Karanganyar, sebagaimana air terjun Jumog yang telah menciptakan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Berjo. Di lain sisi, pertumbuhan ini di sektor pariwisata ini juga menimbulkan persoalan ekologis, sosiologis bahkan teologis yang menyebabkan beberapa warga lokal tidak dapat menikmati hasil dari wisata air terjun Jumog namun justru mendapatkan dampak dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh investor. Penelitian ini hendak mengkaji persoalan air terjun Jumog dari perspektif kewirausahaan lestari yang berbasis pada tiga hal mendasar, yakni keadilan, kesejahteraan dan keberlanjutan. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang memanfaatkan studi pustaka atas literatur utama dari pemikiran Emanuel Gerrit Singgih mengenai teologi ekologi dan Yahya Wijaya tentang konsep kewirausahaan lestari yang berdimensi Profitabilitas, Solidaritas dan Keberlanjutan. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa untuk meningkatkan dan memajukan pengelolaan objek wisata air terjun Jumog diperlukan upaya mengubah yang angker menjadi yang sinengker dengan membangun teologi panenteisme yang diinternalisasi melalui ritual bersih desa, merawat kearifan lokal seperti nilai kegotong-royongan dan ajaran tribrata dari RM Said serta perlunya memberdayakan masyarakat desa Berjo melalui pelatihan-pelatihan yang dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan objek wisata air terjun Jumog.
{"title":"Membangun Surga Yang Hilang","authors":"Purnomo Kristiawan","doi":"10.34307/mjsaa.v3i1.127","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i1.127","url":null,"abstract":"Pariwisata memberi dampak yang cukup besar bagi masyarakat Karanganyar, sebagaimana air terjun Jumog yang telah menciptakan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Berjo. Di lain sisi, pertumbuhan ini di sektor pariwisata ini juga menimbulkan persoalan ekologis, sosiologis bahkan teologis yang menyebabkan beberapa warga lokal tidak dapat menikmati hasil dari wisata air terjun Jumog namun justru mendapatkan dampak dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh investor. Penelitian ini hendak mengkaji persoalan air terjun Jumog dari perspektif kewirausahaan lestari yang berbasis pada tiga hal mendasar, yakni keadilan, kesejahteraan dan keberlanjutan. Tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang memanfaatkan studi pustaka atas literatur utama dari pemikiran Emanuel Gerrit Singgih mengenai teologi ekologi dan Yahya Wijaya tentang konsep kewirausahaan lestari yang berdimensi Profitabilitas, Solidaritas dan Keberlanjutan. Dalam tulisan ini ditemukan bahwa untuk meningkatkan dan memajukan pengelolaan objek wisata air terjun Jumog diperlukan upaya mengubah yang angker menjadi yang sinengker dengan membangun teologi panenteisme yang diinternalisasi melalui ritual bersih desa, merawat kearifan lokal seperti nilai kegotong-royongan dan ajaran tribrata dari RM Said serta perlunya memberdayakan masyarakat desa Berjo melalui pelatihan-pelatihan yang dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan objek wisata air terjun Jumog.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":"47 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139369714","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk pada masa kini, moderasi merupakan pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan. Maluku merupakan daerah percontohan dalam hal moderasi beragama. Pelaksanaan moderasi di Maluku dapat berjalan optimal karena didasarkan pada berbagai kearifan lokal yang salah satunya adalah Pela Gandong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systematic Literature Review (SLR) terhadap artikel jurnal yang terbit pada tahun 2018-2022. Dalam penelitian terdapat tiga research question yakni apakah Pela Gandong memiliki peranan dalam moderasi beragama Islam dan Kristen di Maluku? Faktor apakah yang mempengaruhi Pela Gandong dapat berperan dalam moderasi beragama Islam dan Kristen di Maluku? Bagaimana bentuk dalam moderasi beragama Islam dan Kristen di Maluku dalam Pela Gandong? Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Pela Gandong memiliki peranan dalam moderasi beragama Islam dan Kristen di Maluku. Adapun penyebab dari begitu kuat peranan Pela Gandong dalam moderasi beragama di Maluku disebabkan Pela Gandong itu sendiri sebagai ikatan persaudaraan yang sudah terbangun sejak zaman leluhur. Mengenai bentuk, Pela Gandong dalam moderasi beragama di Maluku adalah persaudaraan antar dua negeri (desa) yang dirumuskan dalam bentuk perjanjian di mana kedua pihak harus menyepakati dan tidak boleh melanggar satu sama lain.
在当今多元化社会中,温和是一个值得讨论的话题。马鲁古是宗教节制的试点地区。在马鲁古,宗教节制的实施可以达到最佳效果,因为它是以各种地方智慧为基础的,其中之一就是 "Pela Gandong"。本研究采用的方法是对2018-2022年发表的期刊论文进行系统文献综述(SLR)。在研究中,有三个研究问题,即Pela Gandong是否在马鲁古伊斯兰教和基督教宗教节制中发挥作用? Pela Gandong在马鲁古伊斯兰教和基督教宗教节制中发挥作用受哪些因素影响? Pela Gandong在马鲁古伊斯兰教和基督教宗教节制中的形式如何?本研究得出的结果是,Pela Gandong 在马鲁古伊斯兰教和基督教的宗教温和性中发挥了作用。Pela Gandong "在马鲁古宗教温和性中发挥强大作用的原因是,"Pela Gandong "本身就是自祖先时代以来建立起来的兄弟情谊的纽带。就形式而言,马鲁古宗教节制中的 "Pela Gandong "是两块土地(村庄)之间的兄弟情谊,以协议的形式制定,双方必须达成一致,不得相互侵犯。
{"title":"SYSTEMATIC LITERATURE REVIEW: FENOMENOLOGI MODERASI BERAGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI MALUKU BERDASARKAN BUDAYA PELA GANDONG","authors":"Dicky Dominggus","doi":"10.34307/mjsaa.v3i1.126","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i1.126","url":null,"abstract":"Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk pada masa kini, moderasi merupakan pembahasan yang menarik untuk diperbincangkan. Maluku merupakan daerah percontohan dalam hal moderasi beragama. Pelaksanaan moderasi di Maluku dapat berjalan optimal karena didasarkan pada berbagai kearifan lokal yang salah satunya adalah Pela Gandong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systematic Literature Review (SLR) terhadap artikel jurnal yang terbit pada tahun 2018-2022. Dalam penelitian terdapat tiga research question yakni apakah Pela Gandong memiliki peranan dalam moderasi beragama Islam dan Kristen di Maluku? Faktor apakah yang mempengaruhi Pela Gandong dapat berperan dalam moderasi beragama Islam dan Kristen di Maluku? Bagaimana bentuk dalam moderasi beragama Islam dan Kristen di Maluku dalam Pela Gandong? Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Pela Gandong memiliki peranan dalam moderasi beragama Islam dan Kristen di Maluku. Adapun penyebab dari begitu kuat peranan Pela Gandong dalam moderasi beragama di Maluku disebabkan Pela Gandong itu sendiri sebagai ikatan persaudaraan yang sudah terbangun sejak zaman leluhur. Mengenai bentuk, Pela Gandong dalam moderasi beragama di Maluku adalah persaudaraan antar dua negeri (desa) yang dirumuskan dalam bentuk perjanjian di mana kedua pihak harus menyepakati dan tidak boleh melanggar satu sama lain.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139369834","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi fakta keragaman sosial yang dialami orang Kristen (Gereja), yang secara dinamis menunjukkan sikap dan tanggapan yang berbeda-beda. Artikel penelitian ini mengeksplorasi pentingnya misi Kristen menghidupkan dialog antaragama dalam konteks kehidupan kemanusiaan sehari-hari, baik dalam hal kerjasama fundamental maupun penyelesaian masalah sosial. Pendekatan teoritik yang digunakan adalah konstruksi keberagaman agama dalam masyarakat yang semakin majemuk, serta pemahaman tentang nilai-nilai sosial dan kultural sebagai dasar interaksi manusia. Penelitian ini menyoroti perlunya merekonstruksi pemahaman Gereja terhadap pluralitas agama dengan merujuk pada panduan Alkitab yang mengakui keberadaan orang beragama lain dan pemahaman tentang karya penyelamatan Allah yang melibatkan banyak tradisi dan cara. Namun, masih terdapat tantangan dalam sikap dan pemahaman orang Kristen terhadap agama-agama lain, seperti sikap eksklusif, superior, dan pemahaman transaksional legalistik yang menghambat dialog yang produktif. Selain itu, masalah toleransi, keadilan, migrasi, globalisasi, dan keberlanjutan pembangunan juga menjadi perhatian dalam konteks misi Kristen. Hasil penelitian ini berkontribusi dalam menggambarkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi dalam konteks misi Kristen saat ini, serta memberikan landasan bagi pengembangan pendekatan dan praktik yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan responsif terhadap dinamika sosial dan lingkungan.
{"title":"PARADIGMA MISI KRISTEN DALAM ERA PLURAL,","authors":"Rannu Sanderan, Feky Markus, Polina Ulpa, Rati Datukayang, Nelchy Boboy, Albir Resua","doi":"10.34307/mjsaa.v3i1.135","DOIUrl":"https://doi.org/10.34307/mjsaa.v3i1.135","url":null,"abstract":"Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi fakta keragaman sosial yang dialami orang Kristen (Gereja), yang secara dinamis menunjukkan sikap dan tanggapan yang berbeda-beda. Artikel penelitian ini mengeksplorasi pentingnya misi Kristen menghidupkan dialog antaragama dalam konteks kehidupan kemanusiaan sehari-hari, baik dalam hal kerjasama fundamental maupun penyelesaian masalah sosial. Pendekatan teoritik yang digunakan adalah konstruksi keberagaman agama dalam masyarakat yang semakin majemuk, serta pemahaman tentang nilai-nilai sosial dan kultural sebagai dasar interaksi manusia. Penelitian ini menyoroti perlunya merekonstruksi pemahaman Gereja terhadap pluralitas agama dengan merujuk pada panduan Alkitab yang mengakui keberadaan orang beragama lain dan pemahaman tentang karya penyelamatan Allah yang melibatkan banyak tradisi dan cara. Namun, masih terdapat tantangan dalam sikap dan pemahaman orang Kristen terhadap agama-agama lain, seperti sikap eksklusif, superior, dan pemahaman transaksional legalistik yang menghambat dialog yang produktif. Selain itu, masalah toleransi, keadilan, migrasi, globalisasi, dan keberlanjutan pembangunan juga menjadi perhatian dalam konteks misi Kristen. Hasil penelitian ini berkontribusi dalam menggambarkan kompleksitas dan tantangan yang dihadapi dalam konteks misi Kristen saat ini, serta memberikan landasan bagi pengembangan pendekatan dan praktik yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan responsif terhadap dinamika sosial dan lingkungan.","PeriodicalId":509266,"journal":{"name":"Melo: Jurnal Studi Agama-agama","volume":"51 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139369916","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}