Fajriannoor Fanani, Yoma Bagus Pamungkas, Natalia Sari Pujiastuti
{"title":"利用达内西语义模型分析印尼社交媒体上妖魔化阿塔图尔克形象的内容","authors":"Fajriannoor Fanani, Yoma Bagus Pamungkas, Natalia Sari Pujiastuti","doi":"10.26623/jdsb.v25i4.8890","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Banyak konten media sosial berbahasa Indonesia yang sangat buruk dalam menggambarkan profil dari Ataturk. Tokoh ini tidak hanya digambarkan bersebarangan dengan Islam namun juga memiliki ajal yang penuh dengan azab. Menariknya hal yang berkebalikan terjadi pada masyarakat Turki itu sendiri. Disana tokoh Ataturk sangat dipuja dan tempatkan secara terhormat sebagai pendiri sekaligus penyelamat bangsa Turki dari penjajahan barat. Hal ini akhirnya menimbulkan suatu pertanyaan penelitian menarik mengenai bagaimanakah semiotika dari konten demonisasi Ataturk yang ada di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model semiotika Danesi dan menemukan bahwa terdapat tiga narasi utama. Pertama Ataturk dinarasikan sebagai tokoh yang sangat buruk karena membubarkan Kekhalifahan Utsmaniyah. Kedua, Ataturk mengalami azab saat kematiannya (sakratul maut) hingga saat ia dikuburkan sampai saat ini. Ketiga, Ataturk adalah antitesa dari tokoh-tokoh Islamis seperti Presiden Erdogan. Keempat, Ataturk adalah penjelmaan dari Firaun pada masa modern. Selain itu konten-konten yang diteliti juga mempropagasikan mitos mengenai ideologi khilafah yang dapat di jabarkan dalam tiga poin. Pertama, keyakinan bahwa khilafah wajib di dirikan. Kedua, keyakinan bahwa khilafah adalah jalan keluar bagi semua permasalah umat. Ketiga, keyakinan bahwa upaya mendirikan kekhalifahan adalah upaya yang realistis.","PeriodicalId":55774,"journal":{"name":"Jurnal Dinamika Sosial Budaya","volume":"187 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2024-03-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Analisis Konten Demonisasi Tokoh Ataturk di Media Sosial Indonesia Menggunakan Model Semiotika Danesi\",\"authors\":\"Fajriannoor Fanani, Yoma Bagus Pamungkas, Natalia Sari Pujiastuti\",\"doi\":\"10.26623/jdsb.v25i4.8890\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Banyak konten media sosial berbahasa Indonesia yang sangat buruk dalam menggambarkan profil dari Ataturk. Tokoh ini tidak hanya digambarkan bersebarangan dengan Islam namun juga memiliki ajal yang penuh dengan azab. Menariknya hal yang berkebalikan terjadi pada masyarakat Turki itu sendiri. Disana tokoh Ataturk sangat dipuja dan tempatkan secara terhormat sebagai pendiri sekaligus penyelamat bangsa Turki dari penjajahan barat. Hal ini akhirnya menimbulkan suatu pertanyaan penelitian menarik mengenai bagaimanakah semiotika dari konten demonisasi Ataturk yang ada di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model semiotika Danesi dan menemukan bahwa terdapat tiga narasi utama. Pertama Ataturk dinarasikan sebagai tokoh yang sangat buruk karena membubarkan Kekhalifahan Utsmaniyah. Kedua, Ataturk mengalami azab saat kematiannya (sakratul maut) hingga saat ia dikuburkan sampai saat ini. Ketiga, Ataturk adalah antitesa dari tokoh-tokoh Islamis seperti Presiden Erdogan. Keempat, Ataturk adalah penjelmaan dari Firaun pada masa modern. Selain itu konten-konten yang diteliti juga mempropagasikan mitos mengenai ideologi khilafah yang dapat di jabarkan dalam tiga poin. Pertama, keyakinan bahwa khilafah wajib di dirikan. Kedua, keyakinan bahwa khilafah adalah jalan keluar bagi semua permasalah umat. Ketiga, keyakinan bahwa upaya mendirikan kekhalifahan adalah upaya yang realistis.\",\"PeriodicalId\":55774,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Dinamika Sosial Budaya\",\"volume\":\"187 3\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2024-03-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Dinamika Sosial Budaya\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.26623/jdsb.v25i4.8890\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Dinamika Sosial Budaya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26623/jdsb.v25i4.8890","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Analisis Konten Demonisasi Tokoh Ataturk di Media Sosial Indonesia Menggunakan Model Semiotika Danesi
Banyak konten media sosial berbahasa Indonesia yang sangat buruk dalam menggambarkan profil dari Ataturk. Tokoh ini tidak hanya digambarkan bersebarangan dengan Islam namun juga memiliki ajal yang penuh dengan azab. Menariknya hal yang berkebalikan terjadi pada masyarakat Turki itu sendiri. Disana tokoh Ataturk sangat dipuja dan tempatkan secara terhormat sebagai pendiri sekaligus penyelamat bangsa Turki dari penjajahan barat. Hal ini akhirnya menimbulkan suatu pertanyaan penelitian menarik mengenai bagaimanakah semiotika dari konten demonisasi Ataturk yang ada di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model semiotika Danesi dan menemukan bahwa terdapat tiga narasi utama. Pertama Ataturk dinarasikan sebagai tokoh yang sangat buruk karena membubarkan Kekhalifahan Utsmaniyah. Kedua, Ataturk mengalami azab saat kematiannya (sakratul maut) hingga saat ia dikuburkan sampai saat ini. Ketiga, Ataturk adalah antitesa dari tokoh-tokoh Islamis seperti Presiden Erdogan. Keempat, Ataturk adalah penjelmaan dari Firaun pada masa modern. Selain itu konten-konten yang diteliti juga mempropagasikan mitos mengenai ideologi khilafah yang dapat di jabarkan dalam tiga poin. Pertama, keyakinan bahwa khilafah wajib di dirikan. Kedua, keyakinan bahwa khilafah adalah jalan keluar bagi semua permasalah umat. Ketiga, keyakinan bahwa upaya mendirikan kekhalifahan adalah upaya yang realistis.