{"title":"KENDANGAN PINATUT DALAM SAJIAN KLENENGAN","authors":"Sigit Setyawan","doi":"10.33153/GLR.V16I1.2341","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"ABSTRAK Kendangan pinatut adalah aktivitas yang harus dilakukan pengendang untuk menghidupkan sajian gending pada sajian pertunjukan karawitan mandiri gaya Surakarta atau lazim disebut klenengan. Untuk alasan tersebut maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengeksplanasi kendangan pinatut dengan cara mentransfer konsep musikal karawitan yang masih berada dalam ruang oral menjadi kajian ilmiah - keilmuan karawitan - menurut sudut pandang para praktisi karawitan. Maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi Alfred Schut. Schutz memandang manusia sebagai “self elucidation” atau “penjelasan atau uraian diri” yang dalam pelaksanaan penelitian lebih banyak menggali: apa yang mereka katakan, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka tafsirkan tentang dunia mereka(Walsh dan Wals, 1967). Pendekatan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah emic fenomenologi. Apa yang ingin dilukiskan dari suatu kebudayaan harus atau sebaiknya ditentukan secara emic, yakni mengikuti pandangan pemilik kebudayaannya (Ahimsa dalam Waridi, 2005: 34). Selain mencari data berdasarkan pustaka, penelitian ini menitik beratkan pada metode wawancara secara mendalam dari para praktisi karawitan kemudian dikomparasikan dengan data-data audio rekaman klenengan dan peristiwa klenengan secara langsung. Kendangan pinatut merupakan kendangan yang disajikan tanpa mengikuti konvensi serta sistematika kendangan yang telah disepakati oleh para pelaku karawitan. Kendangan pinatut disajikan berdasarkan faktor-faktor pembentuknya/ pemicunya, sehingga menghasilkan kesan rasa yang sesuai dan pantas. Kendangan pinatut hadir karena ada faktor pembentuknya yaitu lagu, berikut variasinya yaitu kalimat lagu, ritme, cakepan dan garap balungan. Kata kunci: karawitan, klenengan, kendangan, pinatut. ABSTRACT Pinatut is an activity that has to be carried out by pengendang (the kendang player) to turn on the traditional gending in the Surakarta style of independent musical performances or commonly called klenengan. This study explains the pinatut kendangan by transferring karawitan concepts that are still in the oral space into scientific studies - karawitan science - according to the karawitan practitioners’ point of view. The approach used in this research is the phenomenology of Alfred Schut. Schutz views humans as “self-elucidation” or “explanation or self-description” which in the research explores more about: what they say, what they think, what they interpret about their world (Walsh and Wals, 1967). Another approach used in this study is emic phenomenology. What you want to describe from a culture must or should be determined emotionally. It is supposed to follow the owner’s view of the culture (Ahimsa in Waridi, 2005: 34). The data is based on literature, besides, this study focuses on in-depth interview methods from karawitan practitioners then compared with audio recordings of klenengan and incidental live events. kendangan pinatut is kendangan that is presented without following the convention and systematics of kendangan agreed by the musicians. Kendangan Pinatut is presented based on their forming / triggering factors, so that it produces an appropriate sense of taste. Kendangan Pinatut emerges because of the constructing factors include the song and its variations namely the song’s sentence, rhythm, cakepan, and garap balungan. Keywords: karawitan, klenengan, kendangan, pinatut.","PeriodicalId":33299,"journal":{"name":"Gelar Jurnal Seni Budaya","volume":"1 5","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-01-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Gelar Jurnal Seni Budaya","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.33153/GLR.V16I1.2341","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
摘要
深奥的因此,需要进行研究,以指数级地开发需求驱动的车辆,以便从检疫实践的角度,将仍在口头室中的检疫音乐的概念转移到科学研究——检疫需求。因此,本研究所采用的方法是阿尔弗雷德·舒特的现象学。Schutz将人类视为“自我阐释”或“解释或自欺”,在研究中,他们更多地挖掘:他们说什么,他们想什么,他们揭示了他们的世界(Walsh和Wals,1967)。在这项研究中使用的另一种方法是化学现象学。一种文化的可取之处必须或应该通过电化学来确定,也就是说,根据其文化所有者的观点(Ahimsa in Waridi,2005:34)。除了寻找基于图书馆的数据外,本研究还侧重于从隔离实践中深入访谈的方法,然后将其与记录音频数据的客户和直接的客户活动进行比较。皮诺农场是在没有公约和检疫实施者同意的系统控制的情况下提供的车辆。菠萝种植是由其组成/触发因素提供的,从而产生适当和快速的味觉效果。皮纳塔的培养之所以存在,是因为它的组成中有一个因素,那就是歌曲、变体、歌词、节奏、外观和纽带的盐。关键词:karawitan,klenengan,坚持,坚持。[UNK][UNK]摘要[UNK]弹拨是一项必须由彭根当(肯当演奏者)进行的活动,以开启苏拉卡塔风格的传统弹拨,即通常所说的klenengan。根据卡拉维派实践者的观点,这项研究通过将仍然存在于口头空间中的卡拉维派概念转移到科学研究中——卡拉维派科学中来解释皮纳图特·肯丹根。本研究采用的方法是舒特现象学。Schutz将人类视为“自我阐释”或“解释或自我描述”,在研究中,这些解释或描述更多地探讨了:他们对自己的世界说了什么,想了什么,解释了什么(Walsh和Wals,1967)。本研究中使用的另一种方法是流行病现象学。你想从一种文化中描述什么,必须或应该在情感上决定。它应该遵循所有者对文化的看法(Ahimsa in Waridi,2005:34)。数据基于文献,此外,本研究侧重于卡拉维派从业者的深入采访方法,然后与克勒能派的录音和附带的现场活动进行比较。弹唱是在没有遵循乐手们对弹唱的惯例和系统性的情况下呈现的弹唱。Kendangan Pinatut是基于它们的形成/触发因素而呈现的,因此它产生了适当的味觉。Kendangan Pinatut的出现是由于歌曲及其变体的构成因素,即歌曲的句子、节奏、cakepan和garap balung。[UNK]关键词:卡拉维坦,克勒能坦,纪念品,皮纳塔。
ABSTRAK Kendangan pinatut adalah aktivitas yang harus dilakukan pengendang untuk menghidupkan sajian gending pada sajian pertunjukan karawitan mandiri gaya Surakarta atau lazim disebut klenengan. Untuk alasan tersebut maka diperlukan sebuah penelitian untuk mengeksplanasi kendangan pinatut dengan cara mentransfer konsep musikal karawitan yang masih berada dalam ruang oral menjadi kajian ilmiah - keilmuan karawitan - menurut sudut pandang para praktisi karawitan. Maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi Alfred Schut. Schutz memandang manusia sebagai “self elucidation” atau “penjelasan atau uraian diri” yang dalam pelaksanaan penelitian lebih banyak menggali: apa yang mereka katakan, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka tafsirkan tentang dunia mereka(Walsh dan Wals, 1967). Pendekatan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah emic fenomenologi. Apa yang ingin dilukiskan dari suatu kebudayaan harus atau sebaiknya ditentukan secara emic, yakni mengikuti pandangan pemilik kebudayaannya (Ahimsa dalam Waridi, 2005: 34). Selain mencari data berdasarkan pustaka, penelitian ini menitik beratkan pada metode wawancara secara mendalam dari para praktisi karawitan kemudian dikomparasikan dengan data-data audio rekaman klenengan dan peristiwa klenengan secara langsung. Kendangan pinatut merupakan kendangan yang disajikan tanpa mengikuti konvensi serta sistematika kendangan yang telah disepakati oleh para pelaku karawitan. Kendangan pinatut disajikan berdasarkan faktor-faktor pembentuknya/ pemicunya, sehingga menghasilkan kesan rasa yang sesuai dan pantas. Kendangan pinatut hadir karena ada faktor pembentuknya yaitu lagu, berikut variasinya yaitu kalimat lagu, ritme, cakepan dan garap balungan. Kata kunci: karawitan, klenengan, kendangan, pinatut. ABSTRACT Pinatut is an activity that has to be carried out by pengendang (the kendang player) to turn on the traditional gending in the Surakarta style of independent musical performances or commonly called klenengan. This study explains the pinatut kendangan by transferring karawitan concepts that are still in the oral space into scientific studies - karawitan science - according to the karawitan practitioners’ point of view. The approach used in this research is the phenomenology of Alfred Schut. Schutz views humans as “self-elucidation” or “explanation or self-description” which in the research explores more about: what they say, what they think, what they interpret about their world (Walsh and Wals, 1967). Another approach used in this study is emic phenomenology. What you want to describe from a culture must or should be determined emotionally. It is supposed to follow the owner’s view of the culture (Ahimsa in Waridi, 2005: 34). The data is based on literature, besides, this study focuses on in-depth interview methods from karawitan practitioners then compared with audio recordings of klenengan and incidental live events. kendangan pinatut is kendangan that is presented without following the convention and systematics of kendangan agreed by the musicians. Kendangan Pinatut is presented based on their forming / triggering factors, so that it produces an appropriate sense of taste. Kendangan Pinatut emerges because of the constructing factors include the song and its variations namely the song’s sentence, rhythm, cakepan, and garap balungan. Keywords: karawitan, klenengan, kendangan, pinatut.