BANNER-LIKE仪式传统的传统:

N. Nur, M. Jailani
{"title":"BANNER-LIKE仪式传统的传统:","authors":"N. Nur, M. Jailani","doi":"10.18592/KHAZANAH.V18I2.3920","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"The goals of this study is to learn more deeply and comprehensively about Bepapai. The Bepapai is a hereditary tradition that lasted until this modern era in Banjar Kuala Tungkal Tribe of Jambi Province, especially for the prospective bride before the wedding ceremony. This article uses the phenomenological qualitative research approach. The collecting data methods used the indept interviews, observation and documentation. The research found that the “Bepapai” tradition is one of the ceremonies to prevent problems for the people of the Banjar Kuala-Tungkal Tribe especially for the prospective bride and groom who are getting married. Bepapai is interpreted as a bridal bath which aims to be a means to protect oneself from psychological problems and disorders, both from outside and inside a person. In other words, the people of Banjar Kuala Tungkal Tribe of Jambi Province believe that the Bepapai tradition or bridal bathing is a means to ward off disease, both physical and mental illness, and as an antidote from evil deeds. In essence, the Bepapai ritual is a bridal shower ceremony to get rid of problems and calamities and is a symbol as a room for oneself, both physically and mentally. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam & komprehensif ritual Bepapai yang merupakan tradisi turun temurun berlangsung sampai era modern ini pada masyarakat Suku Banjar Kuala Tungkal Provinsi Jambi, terutama bagi calon mempelai mengantin menjelang acara pernikahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa tradisi “Bepapai” merupakan salah satu upacara tolak bala masyarakat Suku Banjar Kuala-Tungkal  dikhususkan untuk calon pengantin yang akan menikah. Bepapai dimaknai mandi-mandi pengantin bertujuan menjadi sarana untuk membentingi diri dari masalah dan gangguan kejiwaan, baik gangguan yang datang dari luar maupun dalam diri seseorang. Dengan kata lain, bagi masyarakat Suku Banjar Kuala Tungkal Provinsi Jambi berkeyakinan dan percaya bahwa tradisi Bepapai atau mandi-mandi pengantin merupakan sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit lahir atau batin serta sebagai  penangkal dari perbuatan-perbuatan jahat. Pada hakikatnya ritual Bepapai adalah upacara mandi-mandi pengantin untuk menghilangkan petaka, bala dan musibah yang merupakan simbol sebagai pernyataan tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. ","PeriodicalId":33033,"journal":{"name":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"TRADISI RITUAL BEPAPAI SUKU BANJAR: MANDI TOLAK BALA CALON PENGANTIN SUKU BANJAR KUALA-TUNGKAL PROVINSI JAMBI, INDONESIA\",\"authors\":\"N. Nur, M. Jailani\",\"doi\":\"10.18592/KHAZANAH.V18I2.3920\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"The goals of this study is to learn more deeply and comprehensively about Bepapai. The Bepapai is a hereditary tradition that lasted until this modern era in Banjar Kuala Tungkal Tribe of Jambi Province, especially for the prospective bride before the wedding ceremony. This article uses the phenomenological qualitative research approach. The collecting data methods used the indept interviews, observation and documentation. The research found that the “Bepapai” tradition is one of the ceremonies to prevent problems for the people of the Banjar Kuala-Tungkal Tribe especially for the prospective bride and groom who are getting married. Bepapai is interpreted as a bridal bath which aims to be a means to protect oneself from psychological problems and disorders, both from outside and inside a person. In other words, the people of Banjar Kuala Tungkal Tribe of Jambi Province believe that the Bepapai tradition or bridal bathing is a means to ward off disease, both physical and mental illness, and as an antidote from evil deeds. In essence, the Bepapai ritual is a bridal shower ceremony to get rid of problems and calamities and is a symbol as a room for oneself, both physically and mentally. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam & komprehensif ritual Bepapai yang merupakan tradisi turun temurun berlangsung sampai era modern ini pada masyarakat Suku Banjar Kuala Tungkal Provinsi Jambi, terutama bagi calon mempelai mengantin menjelang acara pernikahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa tradisi “Bepapai” merupakan salah satu upacara tolak bala masyarakat Suku Banjar Kuala-Tungkal  dikhususkan untuk calon pengantin yang akan menikah. Bepapai dimaknai mandi-mandi pengantin bertujuan menjadi sarana untuk membentingi diri dari masalah dan gangguan kejiwaan, baik gangguan yang datang dari luar maupun dalam diri seseorang. Dengan kata lain, bagi masyarakat Suku Banjar Kuala Tungkal Provinsi Jambi berkeyakinan dan percaya bahwa tradisi Bepapai atau mandi-mandi pengantin merupakan sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit lahir atau batin serta sebagai  penangkal dari perbuatan-perbuatan jahat. Pada hakikatnya ritual Bepapai adalah upacara mandi-mandi pengantin untuk menghilangkan petaka, bala dan musibah yang merupakan simbol sebagai pernyataan tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. \",\"PeriodicalId\":33033,\"journal\":{\"name\":\"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-12-31\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18592/KHAZANAH.V18I2.3920\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Khazanah Jurnal Studi Islam dan Humaniora","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18592/KHAZANAH.V18I2.3920","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2

摘要

本研究的目的是更深入、更全面地了解[UNK]Bepapai。在占碑省Banjar Kuala Tungkal部落,Bepapai是一种世袭传统,一直延续到现代,尤其是在婚礼前为准新娘准备的。本文采用现象学的定性研究方法。数据收集方法采用独立访谈、观察和文献资料法。研究发现,“Bepapai”传统是防止Banjar Kuala Tungkal部落人民,特别是即将结婚的准新娘和新郎出现问题的仪式之一。Bepapai被解释为新娘浴,旨在保护自己免受人内外心理问题和障碍的影响。换言之,占碑省Banjar Kuala Tungkal部落的人们认为,传统的新娘沐浴是抵御身体和精神疾病的一种手段,也是邪恶行为的解药。从本质上讲,Bepapai仪式是一种摆脱问题和灾难的新娘淋浴仪式,是身体和精神上自我空间的象征。这篇文章旨在更深入地挖掘全面的Bepapai仪式,这是占碑省基本Kuala Banjar部落社区的一种近代传统,一直延续到这个现代,尤其是对于在婚礼前结婚的候选人来说。本研究采用定性现象学方法。所使用的数据收集方法是深入访谈、观察和记录。研究结果发现,贝帕艾的传统是吉隆坡通卡尔班珠尔社区为新婚夫妇举行的拒绝仪式之一。木瓜诅咒新娘洗澡是一种自我克制的方式,无论是来自外部还是内部的意识问题和干扰。换言之,对于占碑省的SingleKualaBanjar部落的社区来说,它相信并相信教皇传统或新娘沐浴是一种治疗疾病的方法,无论是出生疾病还是疾病,也是邪恶行为的解药。事实上,教皇仪式是一种消除灾难、巴拉和灾难的新娘沐浴仪式,象征着身体和灵魂的自我净化。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
TRADISI RITUAL BEPAPAI SUKU BANJAR: MANDI TOLAK BALA CALON PENGANTIN SUKU BANJAR KUALA-TUNGKAL PROVINSI JAMBI, INDONESIA
The goals of this study is to learn more deeply and comprehensively about Bepapai. The Bepapai is a hereditary tradition that lasted until this modern era in Banjar Kuala Tungkal Tribe of Jambi Province, especially for the prospective bride before the wedding ceremony. This article uses the phenomenological qualitative research approach. The collecting data methods used the indept interviews, observation and documentation. The research found that the “Bepapai” tradition is one of the ceremonies to prevent problems for the people of the Banjar Kuala-Tungkal Tribe especially for the prospective bride and groom who are getting married. Bepapai is interpreted as a bridal bath which aims to be a means to protect oneself from psychological problems and disorders, both from outside and inside a person. In other words, the people of Banjar Kuala Tungkal Tribe of Jambi Province believe that the Bepapai tradition or bridal bathing is a means to ward off disease, both physical and mental illness, and as an antidote from evil deeds. In essence, the Bepapai ritual is a bridal shower ceremony to get rid of problems and calamities and is a symbol as a room for oneself, both physically and mentally. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam & komprehensif ritual Bepapai yang merupakan tradisi turun temurun berlangsung sampai era modern ini pada masyarakat Suku Banjar Kuala Tungkal Provinsi Jambi, terutama bagi calon mempelai mengantin menjelang acara pernikahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa tradisi “Bepapai” merupakan salah satu upacara tolak bala masyarakat Suku Banjar Kuala-Tungkal  dikhususkan untuk calon pengantin yang akan menikah. Bepapai dimaknai mandi-mandi pengantin bertujuan menjadi sarana untuk membentingi diri dari masalah dan gangguan kejiwaan, baik gangguan yang datang dari luar maupun dalam diri seseorang. Dengan kata lain, bagi masyarakat Suku Banjar Kuala Tungkal Provinsi Jambi berkeyakinan dan percaya bahwa tradisi Bepapai atau mandi-mandi pengantin merupakan sarana untuk menangkal penyakit, baik penyakit lahir atau batin serta sebagai  penangkal dari perbuatan-perbuatan jahat. Pada hakikatnya ritual Bepapai adalah upacara mandi-mandi pengantin untuk menghilangkan petaka, bala dan musibah yang merupakan simbol sebagai pernyataan tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. 
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
8 weeks
期刊最新文献
MUHAMMADIYAH YOUTH'S PROCLAMATION OF ISLAMIC CIVILIZATION IN INDONESIA THROUGH DAKWAH COMMUNICATION REDEFINING THE MEANING OF FREEDOM IN LIBERAL THEOLOGY AND LIBERATION THEOLOGY, AND ITS IMPLEMENTATION IN RELIGIOUS LIFE RELIGIOUS MODERATION IN THE CONTEXT OF ISLAMIC EDUCATION: A MULTIDISCIPLINARY PERSPECTIVE AND ITS APPLICATION IN ISLAMIC EDUCATIONAL INSTITUTIONS IN INDONESIA YUSUF AL-QARADAWI'S PERSPECTIVE ON FIQH AQALLIYAT IN A MULTICULTURAL SOCIETY RETHINKING RELIGIOUS MODERATION THROUGH THE STUDY OF INDONESIAN EXEGESIS: A STUDY OF TAFSIR AL-AZHAR BY HAMKA
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1