“我知道我做错了,但是……”:调查学生道德推理(旷课)的因素

Aurelius Ratu, N. Rai, Eka Dian Savitri
{"title":"“我知道我做错了,但是……”:调查学生道德推理(旷课)的因素","authors":"Aurelius Ratu, N. Rai, Eka Dian Savitri","doi":"10.21831/JPK.V10I2.38257","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: This study wants to explore and examine the relationship between potential factors and the student's moral reasoning. Reasoning on moral decisions occurred when students should make a judgment of pursuing their academic goals. Several studies have tried to explain this from various perspectives. Every student was taken for granted to understand his ethical decisions in the academic process. However, the understanding showed that moral awareness has not correlated with the academic score (GPA) and gender variable. This research used quantitative method. The participants in this research were 521 students from 29 departments. The moral reasoning scale was measured by construct validity. Covariate analysis was used to generate a multivariable model. Based on the neutralization theory, the research found that the tendency to make justifications on immoral behaviour is higher for male students and is significantly done by the students at the GPA's level ranging from 2.01 to 2.5. The characteroriented learning process is essential to help students in developing their moral awareness. Lack of understanding of how moral decisions to be made indicates a gap in the academic process which is dominated cognitive aspect. Imposing sanctions without character training does not provide a solution to problems that appear to be a small issue in education but can have a significant detrimental impact when the student immerses and works in society.Keywords: socio-demographics, moral reasoning, education, students ‘SAYA TAHU APA YANG SAYA LAKUKAN ITU SALAH, TETAPI…’: INVESTIGASI FAKTOR-FAKTOR PENALARAN MORAL MAHASISWA (ABSENSI) Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan menguji hubungan antara faktor-faktor potensial dan penalaran moral siswa. Penalaran keputusan moral terjadi ketika siswa harus membuat keputusan untuk mengejar tujuan akademis mereka. Beberapa penelitian telah mencoba menjelaskan hal ini dari berbagai sudut pandang. Setiap siswa dianggap biasa untuk memahami keputusan etisnya dalam proses akademik. Namun, pemahaman tersebut menunjukkan bahwa kesadaran moral tidak berhubungan dengan variabel nilai akademik (IPK) dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 521 mahasiswa dari 29 jurusan. Skala penalaran moral diukur dengan validitas konstruk. Analisis kovariat digunakan untuk menghasilkan model multivariabel. Berdasarkan teori netralisasi, penelitian menemukan bahwa kecenderungan pembenaran atas perilaku asusila lebih tinggi pada mahasiswa laki-laki dan secara signifikan dilakukan oleh mahasiswa pada level IPK berkisar antara 2,01 sampai 2,5. Proses pembelajaran yang berorientasi pada karakter sangat penting untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan kesadaran moralnya. Kurangnya pemahaman tentang bagaimana keputusan moral akan diambil mengindikasikan adanya kesenjangan dalam proses akademik yang didominasi aspek kognitif. Pemberlakuan sanksi tanpa pelatihan karakter tidak memberikan solusi atas masalah yang tampaknya menjadi masalah kecil dalam pendidikan tetapi dapat memiliki dampak merugikan yang signifikan ketika mahasiswa membenamkan diri dan bekerja di masyarakat. Kata Kunci: sosio-demografi, penalaran moral, pendidikan, mahasiswa ","PeriodicalId":31854,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Karakter","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2020-10-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"'I KNOW WHAT I DID IS WRONG, BUT…': INVESTIGATING THE FACTORS OF STUDENTS' MORAL REASONING (ABSENTEEISM)\",\"authors\":\"Aurelius Ratu, N. Rai, Eka Dian Savitri\",\"doi\":\"10.21831/JPK.V10I2.38257\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract: This study wants to explore and examine the relationship between potential factors and the student's moral reasoning. Reasoning on moral decisions occurred when students should make a judgment of pursuing their academic goals. Several studies have tried to explain this from various perspectives. Every student was taken for granted to understand his ethical decisions in the academic process. However, the understanding showed that moral awareness has not correlated with the academic score (GPA) and gender variable. This research used quantitative method. The participants in this research were 521 students from 29 departments. The moral reasoning scale was measured by construct validity. Covariate analysis was used to generate a multivariable model. Based on the neutralization theory, the research found that the tendency to make justifications on immoral behaviour is higher for male students and is significantly done by the students at the GPA's level ranging from 2.01 to 2.5. The characteroriented learning process is essential to help students in developing their moral awareness. Lack of understanding of how moral decisions to be made indicates a gap in the academic process which is dominated cognitive aspect. Imposing sanctions without character training does not provide a solution to problems that appear to be a small issue in education but can have a significant detrimental impact when the student immerses and works in society.Keywords: socio-demographics, moral reasoning, education, students ‘SAYA TAHU APA YANG SAYA LAKUKAN ITU SALAH, TETAPI…’: INVESTIGASI FAKTOR-FAKTOR PENALARAN MORAL MAHASISWA (ABSENSI) Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan menguji hubungan antara faktor-faktor potensial dan penalaran moral siswa. Penalaran keputusan moral terjadi ketika siswa harus membuat keputusan untuk mengejar tujuan akademis mereka. Beberapa penelitian telah mencoba menjelaskan hal ini dari berbagai sudut pandang. Setiap siswa dianggap biasa untuk memahami keputusan etisnya dalam proses akademik. Namun, pemahaman tersebut menunjukkan bahwa kesadaran moral tidak berhubungan dengan variabel nilai akademik (IPK) dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 521 mahasiswa dari 29 jurusan. Skala penalaran moral diukur dengan validitas konstruk. Analisis kovariat digunakan untuk menghasilkan model multivariabel. Berdasarkan teori netralisasi, penelitian menemukan bahwa kecenderungan pembenaran atas perilaku asusila lebih tinggi pada mahasiswa laki-laki dan secara signifikan dilakukan oleh mahasiswa pada level IPK berkisar antara 2,01 sampai 2,5. Proses pembelajaran yang berorientasi pada karakter sangat penting untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan kesadaran moralnya. Kurangnya pemahaman tentang bagaimana keputusan moral akan diambil mengindikasikan adanya kesenjangan dalam proses akademik yang didominasi aspek kognitif. Pemberlakuan sanksi tanpa pelatihan karakter tidak memberikan solusi atas masalah yang tampaknya menjadi masalah kecil dalam pendidikan tetapi dapat memiliki dampak merugikan yang signifikan ketika mahasiswa membenamkan diri dan bekerja di masyarakat. Kata Kunci: sosio-demografi, penalaran moral, pendidikan, mahasiswa \",\"PeriodicalId\":31854,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Pendidikan Karakter\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2020-10-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Pendidikan Karakter\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.21831/JPK.V10I2.38257\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pendidikan Karakter","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21831/JPK.V10I2.38257","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0

摘要

摘要:本研究旨在探讨和检验潜在因素与学生道德推理之间的关系。当学生应该对追求自己的学术目标做出判断时,就会对道德决策进行推理。一些研究试图从不同的角度来解释这一点。每个学生都理所当然地理解自己在学术过程中的道德决定。然而,这一理解表明,道德意识与学业成绩(GPA)和性别变量无关。本研究采用定量方法。这项研究的参与者是来自29个系的521名学生。道德推理量表采用结构有效性进行测量。协变量分析用于生成多变量模型。基于中和理论,研究发现,男生对不道德行为进行辩解的倾向更高,GPA在2.01至2.5之间的学生也有这种倾向。以个性为导向的学习过程对培养学生的道德意识至关重要。缺乏对如何做出道德决策的理解表明,在认知方面占主导地位的学术过程中存在差距。在没有性格训练的情况下实施制裁并不能解决教育中看似小问题的问题,但当学生融入社会并工作时,可能会产生重大的不利影响。关键词:社会人口统计学,道德推理,教育,学生“我知道我做这件事是为了什么,TETAPI…”:调查因子-动机NALARATION MAHASISWA(ABSENSI)摘要:本研究旨在探索和测试潜在因素与学生道德之间的关系。当学生不得不决定追求他们的学术目标时,道德判断就会发生转变。一些研究试图从不同的角度来解释这一点。每个学生都被认为在学术过程中理解自己的道德决定是普遍的。然而,这种理解表明,道德意识与学术价值变量(IPK)和性别类型无关。本研究采用定量方法。参与这项研究的有来自29所大学的521名学生。道德决心量表是用结构的有效性来衡量的。协变量分析用于生成多变量模型。基于中和理论,研究发现,男生对收养行为的认可倾向更高,IPK水平的学生在2.01-2.5之间的认可倾向显著。以性格为导向的学习过程对帮助学生培养道德意识至关重要。对如何做出道德决策的了解较少表明,在由认知方面主导的学术过程中取得了进展。没有性格训练的制裁并不能解决教育中看似小问题的问题,但当学生感到无聊并在社会上工作时,可能会产生重大的不利影响。关键词:社会人口学、道德探索、教育、学生
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
'I KNOW WHAT I DID IS WRONG, BUT…': INVESTIGATING THE FACTORS OF STUDENTS' MORAL REASONING (ABSENTEEISM)
Abstract: This study wants to explore and examine the relationship between potential factors and the student's moral reasoning. Reasoning on moral decisions occurred when students should make a judgment of pursuing their academic goals. Several studies have tried to explain this from various perspectives. Every student was taken for granted to understand his ethical decisions in the academic process. However, the understanding showed that moral awareness has not correlated with the academic score (GPA) and gender variable. This research used quantitative method. The participants in this research were 521 students from 29 departments. The moral reasoning scale was measured by construct validity. Covariate analysis was used to generate a multivariable model. Based on the neutralization theory, the research found that the tendency to make justifications on immoral behaviour is higher for male students and is significantly done by the students at the GPA's level ranging from 2.01 to 2.5. The characteroriented learning process is essential to help students in developing their moral awareness. Lack of understanding of how moral decisions to be made indicates a gap in the academic process which is dominated cognitive aspect. Imposing sanctions without character training does not provide a solution to problems that appear to be a small issue in education but can have a significant detrimental impact when the student immerses and works in society.Keywords: socio-demographics, moral reasoning, education, students ‘SAYA TAHU APA YANG SAYA LAKUKAN ITU SALAH, TETAPI…’: INVESTIGASI FAKTOR-FAKTOR PENALARAN MORAL MAHASISWA (ABSENSI) Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan menguji hubungan antara faktor-faktor potensial dan penalaran moral siswa. Penalaran keputusan moral terjadi ketika siswa harus membuat keputusan untuk mengejar tujuan akademis mereka. Beberapa penelitian telah mencoba menjelaskan hal ini dari berbagai sudut pandang. Setiap siswa dianggap biasa untuk memahami keputusan etisnya dalam proses akademik. Namun, pemahaman tersebut menunjukkan bahwa kesadaran moral tidak berhubungan dengan variabel nilai akademik (IPK) dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 521 mahasiswa dari 29 jurusan. Skala penalaran moral diukur dengan validitas konstruk. Analisis kovariat digunakan untuk menghasilkan model multivariabel. Berdasarkan teori netralisasi, penelitian menemukan bahwa kecenderungan pembenaran atas perilaku asusila lebih tinggi pada mahasiswa laki-laki dan secara signifikan dilakukan oleh mahasiswa pada level IPK berkisar antara 2,01 sampai 2,5. Proses pembelajaran yang berorientasi pada karakter sangat penting untuk membantu mahasiswa dalam mengembangkan kesadaran moralnya. Kurangnya pemahaman tentang bagaimana keputusan moral akan diambil mengindikasikan adanya kesenjangan dalam proses akademik yang didominasi aspek kognitif. Pemberlakuan sanksi tanpa pelatihan karakter tidak memberikan solusi atas masalah yang tampaknya menjadi masalah kecil dalam pendidikan tetapi dapat memiliki dampak merugikan yang signifikan ketika mahasiswa membenamkan diri dan bekerja di masyarakat. Kata Kunci: sosio-demografi, penalaran moral, pendidikan, mahasiswa 
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
10
审稿时长
10 weeks
期刊最新文献
Determinan Pembentuk Karakter Peserta Didik Pada Kompetensi Keahlian TITL di Sekolah Menengah Kejuruan PENGUATAN KARAKTER GOOD CITIZENSHIP BERDASARKAN NILAI PANCASILA DAN PANCAJIWA BAGI MAHASISWA DI UNIDA GONTOR Preserving Cultural Identity: The Imperative of Prioritizing Indonesian Character Values in English Textbooks to Safeguard Against Cultural Hegemony in Language Learning PERSEPSI DAN PEMAHAMAN STRATEGI COPING GURU PAUD: ANALISIS PEMBANGUNAN KARAKTER TANGGUH ANAK USIA DINI Penguatan Nilai-nilai Karakter Melalui Novel “Orang Orang Biasa” Karya Andrea Hirata
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1