{"title":"做一个好的千禧一代穆斯林的方向:爪哇伊斯兰化中的国家和命名政治","authors":"Askuri Askuri, J. Kuipers","doi":"10.18326/IJIMS.V9I1.31-55","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Traditionally, Javanese names pretend to be social classifications (priyayi class, santri class, abangan class, lower class, noble class, etc.) and as a marker of time or condition when they were born. In the last 30 years, however, the naming tradition has been increasingly abandoned by a new generation of parents in Java by taking on new names that have never existed in Javanese treasury of names: its linguistic variation is wider and has a future-oriented meaning for their children. Does the shift of meaning in naming have a close connection with Islamization in Java, since this change involves a large number of Arabic names which are one of the Islamic registers in this country? With a naming approach that processed almost one million names from Bantul, this research proves clearly about the indirect role of the state in the growth of Islamic orientation of new generation of parents in Java. They want to connect the future of their children with Islam. Millennial Muslims generation has been indirectly shaped by this new generation of parents through naming, in which new world that parents want to build for their children is linked to Islam through the Arabic names that have the orientation to become a good Muslim in the millennial era. Secara tradisional, nama-nama Jawa bisa menjadi penanda klasifikasi sosial (kelas priyayi, kelas santri, kelas abangan, kelas bawah, kelas bangsawan, dan lain-lain), sekaligus sebagai penanda waktu atau kondisi ketika mereka dilahirkan. Namun, dalam 30 tahun terakhir, tradisi penamaan tersebut semakin ditinggalkan oleh generasi baru orang tua di Jawa dengan menggunakan nama-nama baru yang tidak pernah ada dalam perbendaharaan nama Jawa: variasi linguistiknya lebih luas dan memiliki makna berorientasi masa depan. Apakah pergeseran makna dalam penamaan memiliki hubungan yang dekat dengan Islamisasi di Jawa, mengingat perubahan ini melibatkan sejumlah besar nama Arab yang merupakan salah satu register keislaman di negeri ini? Dengan pendekatan penamaan yang memproses hampir sejuta nama penduduk di Kabupaten Bantul, penelitian ini membuktikan dengan jelas tentang peran negara secara tidak langsung dalam pertumbuhan orientasi keislaman generasi baru orangtua di Jawa. Mereka ingin menghubungkan masa depan anak-anak mereka dengan Islam. Generasi Muslim milenial telah secara tidak langsung dibentuk oleh generasi baru orang tua ini melalui penamaan, di mana dunia baru yang mereka inginkan untuk anak-anak mereka terkait dengan Islam melalui nama-nama Arab yang memiliki orientasi untuk menjadi Muslim yang baik di era milenial.","PeriodicalId":42170,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.6000,"publicationDate":"2019-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"9","resultStr":"{\"title\":\"An orientation to be a good millennial Muslims: state and the politics of naming in islamizing Java\",\"authors\":\"Askuri Askuri, J. Kuipers\",\"doi\":\"10.18326/IJIMS.V9I1.31-55\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Traditionally, Javanese names pretend to be social classifications (priyayi class, santri class, abangan class, lower class, noble class, etc.) and as a marker of time or condition when they were born. In the last 30 years, however, the naming tradition has been increasingly abandoned by a new generation of parents in Java by taking on new names that have never existed in Javanese treasury of names: its linguistic variation is wider and has a future-oriented meaning for their children. Does the shift of meaning in naming have a close connection with Islamization in Java, since this change involves a large number of Arabic names which are one of the Islamic registers in this country? With a naming approach that processed almost one million names from Bantul, this research proves clearly about the indirect role of the state in the growth of Islamic orientation of new generation of parents in Java. They want to connect the future of their children with Islam. Millennial Muslims generation has been indirectly shaped by this new generation of parents through naming, in which new world that parents want to build for their children is linked to Islam through the Arabic names that have the orientation to become a good Muslim in the millennial era. Secara tradisional, nama-nama Jawa bisa menjadi penanda klasifikasi sosial (kelas priyayi, kelas santri, kelas abangan, kelas bawah, kelas bangsawan, dan lain-lain), sekaligus sebagai penanda waktu atau kondisi ketika mereka dilahirkan. Namun, dalam 30 tahun terakhir, tradisi penamaan tersebut semakin ditinggalkan oleh generasi baru orang tua di Jawa dengan menggunakan nama-nama baru yang tidak pernah ada dalam perbendaharaan nama Jawa: variasi linguistiknya lebih luas dan memiliki makna berorientasi masa depan. Apakah pergeseran makna dalam penamaan memiliki hubungan yang dekat dengan Islamisasi di Jawa, mengingat perubahan ini melibatkan sejumlah besar nama Arab yang merupakan salah satu register keislaman di negeri ini? Dengan pendekatan penamaan yang memproses hampir sejuta nama penduduk di Kabupaten Bantul, penelitian ini membuktikan dengan jelas tentang peran negara secara tidak langsung dalam pertumbuhan orientasi keislaman generasi baru orangtua di Jawa. Mereka ingin menghubungkan masa depan anak-anak mereka dengan Islam. Generasi Muslim milenial telah secara tidak langsung dibentuk oleh generasi baru orang tua ini melalui penamaan, di mana dunia baru yang mereka inginkan untuk anak-anak mereka terkait dengan Islam melalui nama-nama Arab yang memiliki orientasi untuk menjadi Muslim yang baik di era milenial.\",\"PeriodicalId\":42170,\"journal\":{\"name\":\"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.6000,\"publicationDate\":\"2019-05-24\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"9\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18326/IJIMS.V9I1.31-55\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"0\",\"JCRName\":\"RELIGION\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18326/IJIMS.V9I1.31-55","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"0","JCRName":"RELIGION","Score":null,"Total":0}
引用次数: 9
摘要
传统上,爪哇人的名字假装是社会分类(priyayi阶级,santri阶级,abangan阶级,下层阶级,贵族阶级等),并作为他们出生时的时间或条件的标志。然而,在过去的30年里,爪哇的新一代父母越来越多地放弃了命名传统,他们取了爪哇名字库中从未存在过的新名字:它的语言变化更广泛,对他们的孩子有面向未来的意义。命名意义的转变是否与爪哇的伊斯兰化有密切的联系,因为这种变化涉及到大量的阿拉伯名字,而这些名字是这个国家的伊斯兰登记册之一?这项研究采用了一种命名方法,处理了近100万个班图尔人的名字,清楚地证明了国家在爪哇新一代父母的伊斯兰倾向成长过程中所起的间接作用。他们想把自己孩子的未来与伊斯兰教联系起来。千禧一代的穆斯林通过命名间接地受到了新一代父母的塑造,父母希望为孩子建立的新世界通过阿拉伯语的名字与伊斯兰联系在一起,这些阿拉伯语的名字具有在千禧时代成为好穆斯林的方向。Secara传统,nama-nama爪哇bisa menjadi penanda klasifikasi社会(kelas priyayi, kelas santri, kelas abangan, kelas bawah, kelas bangsawan, dan lain-lain), sekaligus sebagai penanda waktu atau kondisi ketika mereka dilahirkan。Namun, dalam 30, tahun terakhir, tradisi penamaan和tersebut but semakin diningingalkan olangenerasbaru orang tua di爪哇,dengan menggunakan nama-nama baru yang tidak pernah ada dalam perbendaharaan nama爪哇:varaslinguistiknya lebih luas danmeiliki makna berorientasmasa depan。我想说的是,如果我是阿拉伯人,我就会成为伊斯兰教的一员,我就会成为伊斯兰教的一员,我就会成为伊斯兰教的一员。在印尼,印尼的猩猩和爪哇的猩猩是有区别的,印尼的猩猩和爪哇的猩猩是有区别的,印尼的猩猩和爪哇的猩猩是有区别的。Mereka ingin menghubungkan masa depan anak-anak Mereka dengan Islam。Generasi穆斯林milenial telah secara有些langsung dibentuk oleh pokalchuk Generasi巴鲁猩猩图阿ini melalui penamaan, di法力杜尼娅巴鲁杨mereka inginkan为她anak-anak mereka terkait dengan伊斯兰melalui nama-nama阿拉伯杨memiliki orientasi为她menjadi穆斯林杨baik di milenial时代。
An orientation to be a good millennial Muslims: state and the politics of naming in islamizing Java
Traditionally, Javanese names pretend to be social classifications (priyayi class, santri class, abangan class, lower class, noble class, etc.) and as a marker of time or condition when they were born. In the last 30 years, however, the naming tradition has been increasingly abandoned by a new generation of parents in Java by taking on new names that have never existed in Javanese treasury of names: its linguistic variation is wider and has a future-oriented meaning for their children. Does the shift of meaning in naming have a close connection with Islamization in Java, since this change involves a large number of Arabic names which are one of the Islamic registers in this country? With a naming approach that processed almost one million names from Bantul, this research proves clearly about the indirect role of the state in the growth of Islamic orientation of new generation of parents in Java. They want to connect the future of their children with Islam. Millennial Muslims generation has been indirectly shaped by this new generation of parents through naming, in which new world that parents want to build for their children is linked to Islam through the Arabic names that have the orientation to become a good Muslim in the millennial era. Secara tradisional, nama-nama Jawa bisa menjadi penanda klasifikasi sosial (kelas priyayi, kelas santri, kelas abangan, kelas bawah, kelas bangsawan, dan lain-lain), sekaligus sebagai penanda waktu atau kondisi ketika mereka dilahirkan. Namun, dalam 30 tahun terakhir, tradisi penamaan tersebut semakin ditinggalkan oleh generasi baru orang tua di Jawa dengan menggunakan nama-nama baru yang tidak pernah ada dalam perbendaharaan nama Jawa: variasi linguistiknya lebih luas dan memiliki makna berorientasi masa depan. Apakah pergeseran makna dalam penamaan memiliki hubungan yang dekat dengan Islamisasi di Jawa, mengingat perubahan ini melibatkan sejumlah besar nama Arab yang merupakan salah satu register keislaman di negeri ini? Dengan pendekatan penamaan yang memproses hampir sejuta nama penduduk di Kabupaten Bantul, penelitian ini membuktikan dengan jelas tentang peran negara secara tidak langsung dalam pertumbuhan orientasi keislaman generasi baru orangtua di Jawa. Mereka ingin menghubungkan masa depan anak-anak mereka dengan Islam. Generasi Muslim milenial telah secara tidak langsung dibentuk oleh generasi baru orang tua ini melalui penamaan, di mana dunia baru yang mereka inginkan untuk anak-anak mereka terkait dengan Islam melalui nama-nama Arab yang memiliki orientasi untuk menjadi Muslim yang baik di era milenial.
期刊介绍:
Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS): This journal should coverage Islam both as a textual tradition with its own historical integrity and as a social reality which was dynamic and constantly changing. The journal also aims at bridging the gap between the textual and contextual approaches to Islamic Studies; and solving the dichotomy between ‘orthodox’ and ‘heterodox’ Islam. So, the journal invites the intersection of several disciplines and scholars. In other words, its contributors borrowed from a range of disciplines, including the humanities and social sciences.