{"title":"印尼民族发展的重建:南苏拉威西省布卢昆巴县Ammatoa Kajang Indigenous社区村庄发展的新范式","authors":"Sampean Sampean, S. Sjaf","doi":"10.7454/MJS.V25I2.12357","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Pelaksanaan ethnodevelopment di Amerika Latin ditemukan permasalahan mendasar . P ertama , praktik ethnodevelopment bersifat korporatisme, negara mengontrol masyarakat adat melalui kebijakan pengembangan etnis. kedua, dominasi elite lokal dalam praktik pembangunan melayani kepentingan Bank Dunia. Temuan ini digunakan untuk mengonseptualisasikan kembali ethnodevelopment dari paradoks rekognisi dalam pengimplementasian UU Desa di komunitas adat Ammatoa Kajang. Paradoks rekognisi disebabkan karena kontradiksi antara nilai pasang dengan praktik-praktik pembangunan. Tulisan ini disusun berdasarkan penelitin yang menggunakan metode kualitatif berupa studi kasus. Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dan Fokus Group Discussion terhadap anggota dan tokoh adat komunitas adat Ammatoa yang memahami seluk beluk pembangunan desa, budaya, komunitas . Tulisan ini menunjukkan suatu paradigma baru dari ethnodevelopment untuk menjalankan pembangunan di komunitas adat melalui indiginisasi pemikiran dan pembangunan adat yang mengarusutamakan tradisi, pengetahuan lokal, kearifan lokal, dan kebutuhan komunitas adat. Paradigma baru pembangunan desa ini digunakan untuk mengatasi paradoks rekognisi dalam pengimplementasian UU Desa. Strategi pelaksanaan Ethnodevelopmen dimulai dengan revitalisasi dan rekonstruksi rekognisi, emansipasi komunitas adat, rekonstruksi pengetahuan rekognisi dan kearifan lokal untuk merancang desa membangun, serta revitalisasi kelembagaan adat dan budaya untuk mewujudkan desa membangun tanpa pertumbuhan.","PeriodicalId":31129,"journal":{"name":"Masyarakat Jurnal Sosiologi","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-02-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"4","resultStr":"{\"title\":\"The Reconstruction of Ethnodevelopment in Indonesia: A New Paradigm of Village Development in the Ammatoa Kajang Indigeneous Community, Bulukumba Regency, South Sulawesi\",\"authors\":\"Sampean Sampean, S. Sjaf\",\"doi\":\"10.7454/MJS.V25I2.12357\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Pelaksanaan ethnodevelopment di Amerika Latin ditemukan permasalahan mendasar . P ertama , praktik ethnodevelopment bersifat korporatisme, negara mengontrol masyarakat adat melalui kebijakan pengembangan etnis. kedua, dominasi elite lokal dalam praktik pembangunan melayani kepentingan Bank Dunia. Temuan ini digunakan untuk mengonseptualisasikan kembali ethnodevelopment dari paradoks rekognisi dalam pengimplementasian UU Desa di komunitas adat Ammatoa Kajang. Paradoks rekognisi disebabkan karena kontradiksi antara nilai pasang dengan praktik-praktik pembangunan. Tulisan ini disusun berdasarkan penelitin yang menggunakan metode kualitatif berupa studi kasus. Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dan Fokus Group Discussion terhadap anggota dan tokoh adat komunitas adat Ammatoa yang memahami seluk beluk pembangunan desa, budaya, komunitas . Tulisan ini menunjukkan suatu paradigma baru dari ethnodevelopment untuk menjalankan pembangunan di komunitas adat melalui indiginisasi pemikiran dan pembangunan adat yang mengarusutamakan tradisi, pengetahuan lokal, kearifan lokal, dan kebutuhan komunitas adat. Paradigma baru pembangunan desa ini digunakan untuk mengatasi paradoks rekognisi dalam pengimplementasian UU Desa. Strategi pelaksanaan Ethnodevelopmen dimulai dengan revitalisasi dan rekonstruksi rekognisi, emansipasi komunitas adat, rekonstruksi pengetahuan rekognisi dan kearifan lokal untuk merancang desa membangun, serta revitalisasi kelembagaan adat dan budaya untuk mewujudkan desa membangun tanpa pertumbuhan.\",\"PeriodicalId\":31129,\"journal\":{\"name\":\"Masyarakat Jurnal Sosiologi\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-02-05\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"4\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Masyarakat Jurnal Sosiologi\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.7454/MJS.V25I2.12357\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Masyarakat Jurnal Sosiologi","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.7454/MJS.V25I2.12357","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
The Reconstruction of Ethnodevelopment in Indonesia: A New Paradigm of Village Development in the Ammatoa Kajang Indigeneous Community, Bulukumba Regency, South Sulawesi
Pelaksanaan ethnodevelopment di Amerika Latin ditemukan permasalahan mendasar . P ertama , praktik ethnodevelopment bersifat korporatisme, negara mengontrol masyarakat adat melalui kebijakan pengembangan etnis. kedua, dominasi elite lokal dalam praktik pembangunan melayani kepentingan Bank Dunia. Temuan ini digunakan untuk mengonseptualisasikan kembali ethnodevelopment dari paradoks rekognisi dalam pengimplementasian UU Desa di komunitas adat Ammatoa Kajang. Paradoks rekognisi disebabkan karena kontradiksi antara nilai pasang dengan praktik-praktik pembangunan. Tulisan ini disusun berdasarkan penelitin yang menggunakan metode kualitatif berupa studi kasus. Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dan Fokus Group Discussion terhadap anggota dan tokoh adat komunitas adat Ammatoa yang memahami seluk beluk pembangunan desa, budaya, komunitas . Tulisan ini menunjukkan suatu paradigma baru dari ethnodevelopment untuk menjalankan pembangunan di komunitas adat melalui indiginisasi pemikiran dan pembangunan adat yang mengarusutamakan tradisi, pengetahuan lokal, kearifan lokal, dan kebutuhan komunitas adat. Paradigma baru pembangunan desa ini digunakan untuk mengatasi paradoks rekognisi dalam pengimplementasian UU Desa. Strategi pelaksanaan Ethnodevelopmen dimulai dengan revitalisasi dan rekonstruksi rekognisi, emansipasi komunitas adat, rekonstruksi pengetahuan rekognisi dan kearifan lokal untuk merancang desa membangun, serta revitalisasi kelembagaan adat dan budaya untuk mewujudkan desa membangun tanpa pertumbuhan.