{"title":"发展要求:在insankamil手册年的原则","authors":"Ahmad Hanani, Nurhkolis Hamidi","doi":"10.14421/jpai.2019.161-03","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This article examines the relation and position of human beings in the context of \"educational mysticism\". This study is important to do using the literature approach to descriptive conceptual research to see the position of man as a creature of God specifically created by God and for certain purposes. Humans according to mysticism are creatures of God that are specially created (\"copy\") by God and for the purpose of His tajalli (tanazul) and because humans have the potential of the lut because of certain temptations he can glide to a low level, if he wants to return to his fitrah, then he should make a certain effort (mujahadah and riyadlah) in order to climb (taraqi) again \"unite\" with Him throughthe fourstages of tajalli. That tajalli, both in the process of tanazul and taraqqi, should be understood figuratively and metaphorically (majazi). This situation is due to the existence of love and longing for Allah SWT, so that what is seen and felt is He alone, like someone who is hit by romance with his lover, who is loved and loved, always imagined in his eyes and heart. Thus, a compromise can be made between the concept of Sufism al-Shafi, namely Sufism which combines Sufic vision with a vision of philosophy and Sunni Sufism, namely Sufism which assumes itself to the Koran and Al-Hadist. \nKeywords: Mysticism, Education, Sprituality, Insan Kamil, Tanazul dan Taraqqi. \nAbstrak \nArtikel ini mengkaji relasi dan kedudukan manusia dalam konteks “tasawuf pendidikan”. Kajian ini penting dilakukan dengan menggunakan pendekatan literature research-konseptual deskriptif untuk melihat kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang dicipta secara khusus oleh Tuhan dan untuk tujuan tertentu. Manusia menurut tasawuf adalah makhluk Tuhan yang dicipta secara khusus (“copi”) oleh Tuhan dan untuk tujuan tajalli-Nya (tanazul) dan karena manusia mempunyai potensi lahut yang karena berbagai godaan tertentu dia bisa meluncur ke tingkat yang rendah, apabila dia ingin kembali ke fitrahnya, maka hendaknya melakukan upaya tertentu (mujahadah dan riyadlah) agar bisa mendaki (taraqi) kembali “bersatu” dengan-Nya melalui empat tahap tajalli. Bahwa tajalli, baik dalam proses tanazul dan taraqqi itu, hendaknya dipahami secara figuratif dan metoforis(majazi). Dengan demikian, maka bisa dilakukan kompromis antara konsep tasawuf al-shafi, yaitu tasawuf yang memadukan antara visi sufistik dengan visi filsafat dan tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang mengasaskan diri kepada Al-Quran dan Al-Hadist. \nKata kunci: Tasawuf, Pendidikan, Spritualitas, Insan Kamil, Tanazul dan Taraqqi.","PeriodicalId":32492,"journal":{"name":"Jurnal Pendidikan Agama Islam","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-06-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"TASAWUF PENDIDIKAN: DARI SPIRITUALITAS MANUSIA MENUJU INSAN KAMIL\",\"authors\":\"Ahmad Hanani, Nurhkolis Hamidi\",\"doi\":\"10.14421/jpai.2019.161-03\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This article examines the relation and position of human beings in the context of \\\"educational mysticism\\\". This study is important to do using the literature approach to descriptive conceptual research to see the position of man as a creature of God specifically created by God and for certain purposes. Humans according to mysticism are creatures of God that are specially created (\\\"copy\\\") by God and for the purpose of His tajalli (tanazul) and because humans have the potential of the lut because of certain temptations he can glide to a low level, if he wants to return to his fitrah, then he should make a certain effort (mujahadah and riyadlah) in order to climb (taraqi) again \\\"unite\\\" with Him throughthe fourstages of tajalli. That tajalli, both in the process of tanazul and taraqqi, should be understood figuratively and metaphorically (majazi). This situation is due to the existence of love and longing for Allah SWT, so that what is seen and felt is He alone, like someone who is hit by romance with his lover, who is loved and loved, always imagined in his eyes and heart. Thus, a compromise can be made between the concept of Sufism al-Shafi, namely Sufism which combines Sufic vision with a vision of philosophy and Sunni Sufism, namely Sufism which assumes itself to the Koran and Al-Hadist. \\nKeywords: Mysticism, Education, Sprituality, Insan Kamil, Tanazul dan Taraqqi. \\nAbstrak \\nArtikel ini mengkaji relasi dan kedudukan manusia dalam konteks “tasawuf pendidikan”. Kajian ini penting dilakukan dengan menggunakan pendekatan literature research-konseptual deskriptif untuk melihat kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang dicipta secara khusus oleh Tuhan dan untuk tujuan tertentu. Manusia menurut tasawuf adalah makhluk Tuhan yang dicipta secara khusus (“copi”) oleh Tuhan dan untuk tujuan tajalli-Nya (tanazul) dan karena manusia mempunyai potensi lahut yang karena berbagai godaan tertentu dia bisa meluncur ke tingkat yang rendah, apabila dia ingin kembali ke fitrahnya, maka hendaknya melakukan upaya tertentu (mujahadah dan riyadlah) agar bisa mendaki (taraqi) kembali “bersatu” dengan-Nya melalui empat tahap tajalli. Bahwa tajalli, baik dalam proses tanazul dan taraqqi itu, hendaknya dipahami secara figuratif dan metoforis(majazi). Dengan demikian, maka bisa dilakukan kompromis antara konsep tasawuf al-shafi, yaitu tasawuf yang memadukan antara visi sufistik dengan visi filsafat dan tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang mengasaskan diri kepada Al-Quran dan Al-Hadist. \\nKata kunci: Tasawuf, Pendidikan, Spritualitas, Insan Kamil, Tanazul dan Taraqqi.\",\"PeriodicalId\":32492,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Pendidikan Agama Islam\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-06-05\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Pendidikan Agama Islam\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.14421/jpai.2019.161-03\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Pendidikan Agama Islam","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.14421/jpai.2019.161-03","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
TASAWUF PENDIDIKAN: DARI SPIRITUALITAS MANUSIA MENUJU INSAN KAMIL
This article examines the relation and position of human beings in the context of "educational mysticism". This study is important to do using the literature approach to descriptive conceptual research to see the position of man as a creature of God specifically created by God and for certain purposes. Humans according to mysticism are creatures of God that are specially created ("copy") by God and for the purpose of His tajalli (tanazul) and because humans have the potential of the lut because of certain temptations he can glide to a low level, if he wants to return to his fitrah, then he should make a certain effort (mujahadah and riyadlah) in order to climb (taraqi) again "unite" with Him throughthe fourstages of tajalli. That tajalli, both in the process of tanazul and taraqqi, should be understood figuratively and metaphorically (majazi). This situation is due to the existence of love and longing for Allah SWT, so that what is seen and felt is He alone, like someone who is hit by romance with his lover, who is loved and loved, always imagined in his eyes and heart. Thus, a compromise can be made between the concept of Sufism al-Shafi, namely Sufism which combines Sufic vision with a vision of philosophy and Sunni Sufism, namely Sufism which assumes itself to the Koran and Al-Hadist.
Keywords: Mysticism, Education, Sprituality, Insan Kamil, Tanazul dan Taraqqi.
Abstrak
Artikel ini mengkaji relasi dan kedudukan manusia dalam konteks “tasawuf pendidikan”. Kajian ini penting dilakukan dengan menggunakan pendekatan literature research-konseptual deskriptif untuk melihat kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan yang dicipta secara khusus oleh Tuhan dan untuk tujuan tertentu. Manusia menurut tasawuf adalah makhluk Tuhan yang dicipta secara khusus (“copi”) oleh Tuhan dan untuk tujuan tajalli-Nya (tanazul) dan karena manusia mempunyai potensi lahut yang karena berbagai godaan tertentu dia bisa meluncur ke tingkat yang rendah, apabila dia ingin kembali ke fitrahnya, maka hendaknya melakukan upaya tertentu (mujahadah dan riyadlah) agar bisa mendaki (taraqi) kembali “bersatu” dengan-Nya melalui empat tahap tajalli. Bahwa tajalli, baik dalam proses tanazul dan taraqqi itu, hendaknya dipahami secara figuratif dan metoforis(majazi). Dengan demikian, maka bisa dilakukan kompromis antara konsep tasawuf al-shafi, yaitu tasawuf yang memadukan antara visi sufistik dengan visi filsafat dan tasawuf sunni, yaitu tasawuf yang mengasaskan diri kepada Al-Quran dan Al-Hadist.
Kata kunci: Tasawuf, Pendidikan, Spritualitas, Insan Kamil, Tanazul dan Taraqqi.