Ni Putu Novi Aritayanthi, Hapsari Mahatmi, N. S. Dharmawan
{"title":"西苏拉威西省普通话污染胶囊中Sapi的血清流行率和布鲁氏菌病危险因素","authors":"Ni Putu Novi Aritayanthi, Hapsari Mahatmi, N. S. Dharmawan","doi":"10.24843/bulvet.2023.v15.i05.p36","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seroprevalensi brucellosis pada sapi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengetahui peta penyebarannya, serta mengetahui faktor risiko yang berasosiasi terhadap kejadian dan penyebaran brucellosis di di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel serum sapi yang dipelihara oleh peternak di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, lalu diperiksa menggunakan uji Rose Bengal Test (RBT) yang dikonfirmasi dengan uji Complement Fixation Test (CFT). Faktor resiko kejadian brucellosis pada sapi dipelajari dengan menganalisis hubungan kejadian brucellosis pada sapi dan beberapa data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebar ke pemilik sapi. Berdasarkan hasil uji RBT dan CFT yang dilakukan, ditemukan 15,17% (22/145) serum terdeteksi brucellosis. Dengan demikian, seroprevalensi brucellosis pada sapi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat adalah 15,17% secara point prevalence. Kejadian brucellosis tersebut menyebar di 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Balanipa dengan prevalensi 18,75%; Campalagian 7,5%; Luyo 25,53%; Mapilli 50%, Mapilli Barat 100% dan Polewali 25% sesuai dengan perhitungan jumlah sampel positif yang dibagi dengan total sampel pada setiap kecamatan yang diambil sampelnya. Faktor risiko yang berasosiasi terhadap kejadian brucellosis di Kabupaten Polewali Mandar yang utama adalah status keguguran yang memiliki odds-ratio (OR) sebesar 1220, lalu lintas ternak memiliki OR sebesar 17,333, dan penggunaan air minum untuk ternak memiliki OR sebesar 9.343. Faktor resiko lainnya adalah teknik perkawinan dan jenis kelamin memiliki OR: 8.022 dan 4.053. Sebagai saran dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan pengujian dan pemotongan bersyarat serta langkah vaksinasi untuk pencegahan dan pengendalian brucellosis. Sedangkan untuk tindakan kontrol dan pengendalian brucellosis di wilayah terinfeksi, perlu upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan, investigasi terhadap kasus keguguran pada sapi dengan konfirmasi laboratorium, pengawasan terhadap lalu lintas ternak, dan pelaksanaan surveilans serologi secara berkala. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui seroprevalensi, penyebaran, dan faktor resiko brucellosis di semua kabupaten di Sulawesi Barat.","PeriodicalId":30995,"journal":{"name":"Buletin Veteriner Udayana","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2023-07-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Seroprevalensi dan Faktor Risiko Brucelosis pada Sapi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat\",\"authors\":\"Ni Putu Novi Aritayanthi, Hapsari Mahatmi, N. S. Dharmawan\",\"doi\":\"10.24843/bulvet.2023.v15.i05.p36\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seroprevalensi brucellosis pada sapi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengetahui peta penyebarannya, serta mengetahui faktor risiko yang berasosiasi terhadap kejadian dan penyebaran brucellosis di di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel serum sapi yang dipelihara oleh peternak di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, lalu diperiksa menggunakan uji Rose Bengal Test (RBT) yang dikonfirmasi dengan uji Complement Fixation Test (CFT). Faktor resiko kejadian brucellosis pada sapi dipelajari dengan menganalisis hubungan kejadian brucellosis pada sapi dan beberapa data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebar ke pemilik sapi. Berdasarkan hasil uji RBT dan CFT yang dilakukan, ditemukan 15,17% (22/145) serum terdeteksi brucellosis. Dengan demikian, seroprevalensi brucellosis pada sapi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat adalah 15,17% secara point prevalence. Kejadian brucellosis tersebut menyebar di 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Balanipa dengan prevalensi 18,75%; Campalagian 7,5%; Luyo 25,53%; Mapilli 50%, Mapilli Barat 100% dan Polewali 25% sesuai dengan perhitungan jumlah sampel positif yang dibagi dengan total sampel pada setiap kecamatan yang diambil sampelnya. Faktor risiko yang berasosiasi terhadap kejadian brucellosis di Kabupaten Polewali Mandar yang utama adalah status keguguran yang memiliki odds-ratio (OR) sebesar 1220, lalu lintas ternak memiliki OR sebesar 17,333, dan penggunaan air minum untuk ternak memiliki OR sebesar 9.343. Faktor resiko lainnya adalah teknik perkawinan dan jenis kelamin memiliki OR: 8.022 dan 4.053. Sebagai saran dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan pengujian dan pemotongan bersyarat serta langkah vaksinasi untuk pencegahan dan pengendalian brucellosis. Sedangkan untuk tindakan kontrol dan pengendalian brucellosis di wilayah terinfeksi, perlu upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan, investigasi terhadap kasus keguguran pada sapi dengan konfirmasi laboratorium, pengawasan terhadap lalu lintas ternak, dan pelaksanaan surveilans serologi secara berkala. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui seroprevalensi, penyebaran, dan faktor resiko brucellosis di semua kabupaten di Sulawesi Barat.\",\"PeriodicalId\":30995,\"journal\":{\"name\":\"Buletin Veteriner Udayana\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2023-07-23\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Buletin Veteriner Udayana\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i05.p36\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Buletin Veteriner Udayana","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.24843/bulvet.2023.v15.i05.p36","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
本研究的目的是了解西苏拉威西区波卡卢里·曼达尔区奶牛的残忍发病率,了解感染地图,了解西方苏拉威西区波维亚里·曼达尔区发生的事件和感染的风险因素。这项研究是通过在西苏拉威西的波瓦里·曼达尔区农民饲养的奶牛血清样本进行研究,并通过完整修复测试(CFT)确认的玫瑰野测试(RBT)进行检查。人们通过分析牛结核病发病率的关系以及分配给牛的问卷中获得的一些数据来研究其患病风险。根据对RBT和CFT进行的测试,发现了1517%(22/145)检测到的血清brucel结核。因此,西苏拉威西区波卡瓦利·曼达尔区奶牛的恶性发病率为1517%。疫情的爆发发生在6(6)地区,即巴兰帕基街道,患病率为18.75%;Campalagian 7.5%;Luyo 25,53%;Mapilli 50%, Mapilli west 100%和Polewali 25%符合样本总样本除以总样本数量的计算。Polewali Mandar摄政中发生恶性恶性疫情的风险因素主要是其流产状态为1220欧元(或)、牲畜流量为17.333不等,以及对牲畜使用或9343不等的饮用水。另一个危险因素是结婚技术和性别:8,022和4053。作为这项研究的建议,有必要进行有条件的测试和削减,并为预防和控制结核病采取疫苗接种措施。至于感染地区的控制和控制疾病,需要努力提高公众对环境健康的认识,通过实验室确认对牛流产的调查,对牛交通的监控,以及定期进行环境监控。需要进行进一步的研究,以确定西苏拉威西所有地区的恶性循环、感染和风险因素。
Seroprevalensi dan Faktor Risiko Brucelosis pada Sapi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seroprevalensi brucellosis pada sapi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, mengetahui peta penyebarannya, serta mengetahui faktor risiko yang berasosiasi terhadap kejadian dan penyebaran brucellosis di di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel serum sapi yang dipelihara oleh peternak di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, lalu diperiksa menggunakan uji Rose Bengal Test (RBT) yang dikonfirmasi dengan uji Complement Fixation Test (CFT). Faktor resiko kejadian brucellosis pada sapi dipelajari dengan menganalisis hubungan kejadian brucellosis pada sapi dan beberapa data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebar ke pemilik sapi. Berdasarkan hasil uji RBT dan CFT yang dilakukan, ditemukan 15,17% (22/145) serum terdeteksi brucellosis. Dengan demikian, seroprevalensi brucellosis pada sapi di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat adalah 15,17% secara point prevalence. Kejadian brucellosis tersebut menyebar di 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Balanipa dengan prevalensi 18,75%; Campalagian 7,5%; Luyo 25,53%; Mapilli 50%, Mapilli Barat 100% dan Polewali 25% sesuai dengan perhitungan jumlah sampel positif yang dibagi dengan total sampel pada setiap kecamatan yang diambil sampelnya. Faktor risiko yang berasosiasi terhadap kejadian brucellosis di Kabupaten Polewali Mandar yang utama adalah status keguguran yang memiliki odds-ratio (OR) sebesar 1220, lalu lintas ternak memiliki OR sebesar 17,333, dan penggunaan air minum untuk ternak memiliki OR sebesar 9.343. Faktor resiko lainnya adalah teknik perkawinan dan jenis kelamin memiliki OR: 8.022 dan 4.053. Sebagai saran dari hasil penelitian ini adalah perlu dilakukan pengujian dan pemotongan bersyarat serta langkah vaksinasi untuk pencegahan dan pengendalian brucellosis. Sedangkan untuk tindakan kontrol dan pengendalian brucellosis di wilayah terinfeksi, perlu upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan, investigasi terhadap kasus keguguran pada sapi dengan konfirmasi laboratorium, pengawasan terhadap lalu lintas ternak, dan pelaksanaan surveilans serologi secara berkala. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui seroprevalensi, penyebaran, dan faktor resiko brucellosis di semua kabupaten di Sulawesi Barat.