{"title":"AGAMA和MASSA安全","authors":"M. D. Ghony","doi":"10.18860/el.v4i3.5166","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Tulisan· ini membahas secara sosiologis fenomena terjadinya berbagai kekerasan massa. Selanjutnya akan difokuskan pada agama sebagai salah satu variabel penting yang perlu juga dilihat dalam setiap peristiwa kekerasan terjadi. Meskipun kekerasan bukan semata-mata dipicu oleh agama, tapi seringkali agama dimanfaatkan untuk memberi legitimasi. Anggapan seperti ini segera mengundang diskursus karena merefleksikan kenyataan paradoks dengan misi yang diemban oleh agama. Karena itu dalam konteks ini, agaknya perlu dipertegas tempat sosiologis, sehingga dengan mudah dapat dideskripsikan kaitan agama dengan kekerasan. Dalam hal ini, tata nilai dan moral dapat dijadikan pandangan hidup bagi masyarakat manusia, tetapi di pihak lain agama juga kadang-kadang dapat menjadi pemicu konflik yang pada urutannya dapat menimbulkan kekerasan atau pun perselisihan yang meluas. Meskipun dalam batas tertentu, perselisihan itu sendiri mempunyai nilai positif dan negatif. Teori konflik dalam sosiologi keagamaan cenderung mementingkan peran self interest dalam perilaku manusia termasuk perilaku yang bersifat religius. Karena itu, dengan optimalisasi peran agama, kekerasan clan konflik dalam masyarakat dengan sendirinya dapat tereliminir atau diperkecil bahkan ditiadakan. This paper discusses sociologically the phenomenon of mass violence. It will then focus on religion as one of the important variables that need to be seen in any violent incident. Although violence is not solely triggered by religion, it is often used to legitimize religion. This kind of opinion immediately invites discourse because it reflects the reality of paradox with the mission carried by religion. Hence in this context, it seems necessary to emphasize the sociological place, so that it can easily be described as a religious link to violence. In this case, values and morals can be used as a worldview for human society, but on the other hand religion can sometimes be a trigger of conflict that in a sequence may lead to widespread violence or dispute. Although in some respects, the dispute itself has a positive and negative value. Conflict theory in religious sociology tends to emphasize the role of self-interest in human behavior, including religious behavior. Therefore, by optimizing the role of religion, violence and conflicts within society can in itself be eliminated or minimized and even eliminated.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"4 1","pages":"11-17"},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-06-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"AGAMA DAN KEKERASAN MASSA\",\"authors\":\"M. D. Ghony\",\"doi\":\"10.18860/el.v4i3.5166\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Tulisan· ini membahas secara sosiologis fenomena terjadinya berbagai kekerasan massa. Selanjutnya akan difokuskan pada agama sebagai salah satu variabel penting yang perlu juga dilihat dalam setiap peristiwa kekerasan terjadi. Meskipun kekerasan bukan semata-mata dipicu oleh agama, tapi seringkali agama dimanfaatkan untuk memberi legitimasi. Anggapan seperti ini segera mengundang diskursus karena merefleksikan kenyataan paradoks dengan misi yang diemban oleh agama. Karena itu dalam konteks ini, agaknya perlu dipertegas tempat sosiologis, sehingga dengan mudah dapat dideskripsikan kaitan agama dengan kekerasan. Dalam hal ini, tata nilai dan moral dapat dijadikan pandangan hidup bagi masyarakat manusia, tetapi di pihak lain agama juga kadang-kadang dapat menjadi pemicu konflik yang pada urutannya dapat menimbulkan kekerasan atau pun perselisihan yang meluas. Meskipun dalam batas tertentu, perselisihan itu sendiri mempunyai nilai positif dan negatif. Teori konflik dalam sosiologi keagamaan cenderung mementingkan peran self interest dalam perilaku manusia termasuk perilaku yang bersifat religius. Karena itu, dengan optimalisasi peran agama, kekerasan clan konflik dalam masyarakat dengan sendirinya dapat tereliminir atau diperkecil bahkan ditiadakan. This paper discusses sociologically the phenomenon of mass violence. It will then focus on religion as one of the important variables that need to be seen in any violent incident. Although violence is not solely triggered by religion, it is often used to legitimize religion. This kind of opinion immediately invites discourse because it reflects the reality of paradox with the mission carried by religion. Hence in this context, it seems necessary to emphasize the sociological place, so that it can easily be described as a religious link to violence. In this case, values and morals can be used as a worldview for human society, but on the other hand religion can sometimes be a trigger of conflict that in a sequence may lead to widespread violence or dispute. Although in some respects, the dispute itself has a positive and negative value. Conflict theory in religious sociology tends to emphasize the role of self-interest in human behavior, including religious behavior. Therefore, by optimizing the role of religion, violence and conflicts within society can in itself be eliminated or minimized and even eliminated.\",\"PeriodicalId\":31198,\"journal\":{\"name\":\"El Harakah\",\"volume\":\"4 1\",\"pages\":\"11-17\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-06-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"El Harakah\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.18860/el.v4i3.5166\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"El Harakah","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.18860/el.v4i3.5166","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Tulisan· ini membahas secara sosiologis fenomena terjadinya berbagai kekerasan massa. Selanjutnya akan difokuskan pada agama sebagai salah satu variabel penting yang perlu juga dilihat dalam setiap peristiwa kekerasan terjadi. Meskipun kekerasan bukan semata-mata dipicu oleh agama, tapi seringkali agama dimanfaatkan untuk memberi legitimasi. Anggapan seperti ini segera mengundang diskursus karena merefleksikan kenyataan paradoks dengan misi yang diemban oleh agama. Karena itu dalam konteks ini, agaknya perlu dipertegas tempat sosiologis, sehingga dengan mudah dapat dideskripsikan kaitan agama dengan kekerasan. Dalam hal ini, tata nilai dan moral dapat dijadikan pandangan hidup bagi masyarakat manusia, tetapi di pihak lain agama juga kadang-kadang dapat menjadi pemicu konflik yang pada urutannya dapat menimbulkan kekerasan atau pun perselisihan yang meluas. Meskipun dalam batas tertentu, perselisihan itu sendiri mempunyai nilai positif dan negatif. Teori konflik dalam sosiologi keagamaan cenderung mementingkan peran self interest dalam perilaku manusia termasuk perilaku yang bersifat religius. Karena itu, dengan optimalisasi peran agama, kekerasan clan konflik dalam masyarakat dengan sendirinya dapat tereliminir atau diperkecil bahkan ditiadakan. This paper discusses sociologically the phenomenon of mass violence. It will then focus on religion as one of the important variables that need to be seen in any violent incident. Although violence is not solely triggered by religion, it is often used to legitimize religion. This kind of opinion immediately invites discourse because it reflects the reality of paradox with the mission carried by religion. Hence in this context, it seems necessary to emphasize the sociological place, so that it can easily be described as a religious link to violence. In this case, values and morals can be used as a worldview for human society, but on the other hand religion can sometimes be a trigger of conflict that in a sequence may lead to widespread violence or dispute. Although in some respects, the dispute itself has a positive and negative value. Conflict theory in religious sociology tends to emphasize the role of self-interest in human behavior, including religious behavior. Therefore, by optimizing the role of religion, violence and conflicts within society can in itself be eliminated or minimized and even eliminated.