{"title":"al- fatiha的观点是:比较古兰经马吉德·安-努尔和爱资哈尔的解释","authors":"Arivaie Rahman","doi":"10.30821/JCIMS.V2I1.1742","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"<p><strong>Abstrak: </strong>Artikel ini mendiskusikan tentang penafsiran surah al-Fâtihah menurut mufasir Indonesia, Hasbi ash-Shiddieqy dengan karyanya tafsir <em>al-Qur’anul Majid an-Nur</em> dan Hamka dengan karyanya tafsir <em>al-Azhar</em>. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-analisis-komparatif. Penafsiran terhadap surah al-Fâtihah dapat diklasifikasikan mejadi dua komponen penting: komponen eksternal dan komponen internal. Komponen eksternal membicarakan tentang unsur-unsur luar surah al-Fâti<span style=\"text-decoration: underline;\">h</span>ah, yaitu tentang penamaan surah, tempat dan periode turunnya surah, jumlah ayat dalam satu surah, <em>fadhilah</em> surah, <em>asbâb al-nuzûl</em>, lafal <em>ta‘awudz</em> dan <em>âmîn</em>. Sedangkan komponen internal merupakan unsur dalam surah al-Fâtihah, yaitu tauhid, janji dan ancaman, ibadah, jalan memperoleh kebahagiaan, dan kisah umat terdahulu. Hasil penelaahan terhadap kedua tafsir tersebut ditemui titik-titik perbedaan, namun perbedaan itu tidak prinsipil tetapi menarik untuk diungkap, misalnya Hasbi meyakini bahwa <em>basmallâh</em> merupakan ayat tersendiri yang terpisah dari surah al-Fâtihah. Hal ini berbeda dengan Hamka dan kebanyakan ahli tafsir yang umumnya menganggap <em>basmallâh</em> merupakan ayat pertama dari surah al-Fâtihah. <strong></strong><br /><strong> </strong><br /><strong>Abstract: Perspectives of Nusantara’s <em>Mufassirs</em> on al-Fâtihah: Comparing <em>Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur</em> and <em>Tafsir al-Azhar</em>. </strong>Using descriptive-analytical-comparative approach, this article discusses the interpretations of surah al-Fâtihah according to Hasbi ash-Shiddieqy’s masterpiece <em>Tafsir</em> <em>al-Qur’an al-Majîd al-Nûr</em> and Hamka’s <em>T</em><em>afsir</em> <em>al-Azhar</em>. The interpretation of surah al-Fâtihah can be classified into two important components: external components and internal components. The external components speak about the external elements of the surah <em>al-Fâti<span style=\"text-decoration: underline;\">h</span>ah</em>, namely: the naming of surah, places and periods of revelation of the surah, its number of verses, <em>asbâb al-nuzûl, </em>pronunciation <em>ta‘awudz </em>and <em>âmîn. </em>While the internal component is the messages contained surah <em>al-Fâti<span style=\"text-decoration: underline;\">h</span>ah,</em> namely: monotheism, promises and threaths, worship, the way of gaining happiness, and story of the past. The study found that the two authors differ at some points, although not principel ones. For example, Hasbi believes that <em>basmallâh </em>is a separate verse from surah <em>al-Fâti<span style=\"text-decoration: underline;\">h</span>ah, </em>while Hamka, as do most commentators, considers <em>basmallâh</em> as the first verse of surah al-Fâti<span style=\"text-decoration: underline;\">h</span>ah.</p><p><br /><strong>Kata Kunci: </strong>quran, mufasir, Nusantara, HAMKA, M. Hasbi<strong> </strong>ash-Shiddieqy</p>","PeriodicalId":52954,"journal":{"name":"Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2018-08-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"AL-FÂTIHAH DALAM PERSPEKTIF MUFASIR NUSANTARA: Membandingkan Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur dan Tafsir al-Azhar\",\"authors\":\"Arivaie Rahman\",\"doi\":\"10.30821/JCIMS.V2I1.1742\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"<p><strong>Abstrak: </strong>Artikel ini mendiskusikan tentang penafsiran surah al-Fâtihah menurut mufasir Indonesia, Hasbi ash-Shiddieqy dengan karyanya tafsir <em>al-Qur’anul Majid an-Nur</em> dan Hamka dengan karyanya tafsir <em>al-Azhar</em>. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-analisis-komparatif. Penafsiran terhadap surah al-Fâtihah dapat diklasifikasikan mejadi dua komponen penting: komponen eksternal dan komponen internal. Komponen eksternal membicarakan tentang unsur-unsur luar surah al-Fâti<span style=\\\"text-decoration: underline;\\\">h</span>ah, yaitu tentang penamaan surah, tempat dan periode turunnya surah, jumlah ayat dalam satu surah, <em>fadhilah</em> surah, <em>asbâb al-nuzûl</em>, lafal <em>ta‘awudz</em> dan <em>âmîn</em>. Sedangkan komponen internal merupakan unsur dalam surah al-Fâtihah, yaitu tauhid, janji dan ancaman, ibadah, jalan memperoleh kebahagiaan, dan kisah umat terdahulu. Hasil penelaahan terhadap kedua tafsir tersebut ditemui titik-titik perbedaan, namun perbedaan itu tidak prinsipil tetapi menarik untuk diungkap, misalnya Hasbi meyakini bahwa <em>basmallâh</em> merupakan ayat tersendiri yang terpisah dari surah al-Fâtihah. Hal ini berbeda dengan Hamka dan kebanyakan ahli tafsir yang umumnya menganggap <em>basmallâh</em> merupakan ayat pertama dari surah al-Fâtihah. <strong></strong><br /><strong> </strong><br /><strong>Abstract: Perspectives of Nusantara’s <em>Mufassirs</em> on al-Fâtihah: Comparing <em>Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur</em> and <em>Tafsir al-Azhar</em>. </strong>Using descriptive-analytical-comparative approach, this article discusses the interpretations of surah al-Fâtihah according to Hasbi ash-Shiddieqy’s masterpiece <em>Tafsir</em> <em>al-Qur’an al-Majîd al-Nûr</em> and Hamka’s <em>T</em><em>afsir</em> <em>al-Azhar</em>. The interpretation of surah al-Fâtihah can be classified into two important components: external components and internal components. The external components speak about the external elements of the surah <em>al-Fâti<span style=\\\"text-decoration: underline;\\\">h</span>ah</em>, namely: the naming of surah, places and periods of revelation of the surah, its number of verses, <em>asbâb al-nuzûl, </em>pronunciation <em>ta‘awudz </em>and <em>âmîn. </em>While the internal component is the messages contained surah <em>al-Fâti<span style=\\\"text-decoration: underline;\\\">h</span>ah,</em> namely: monotheism, promises and threaths, worship, the way of gaining happiness, and story of the past. The study found that the two authors differ at some points, although not principel ones. For example, Hasbi believes that <em>basmallâh </em>is a separate verse from surah <em>al-Fâti<span style=\\\"text-decoration: underline;\\\">h</span>ah, </em>while Hamka, as do most commentators, considers <em>basmallâh</em> as the first verse of surah al-Fâti<span style=\\\"text-decoration: underline;\\\">h</span>ah.</p><p><br /><strong>Kata Kunci: </strong>quran, mufasir, Nusantara, HAMKA, M. Hasbi<strong> </strong>ash-Shiddieqy</p>\",\"PeriodicalId\":52954,\"journal\":{\"name\":\"Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies\",\"volume\":\" \",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2018-08-21\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30821/JCIMS.V2I1.1742\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Journal of Contemporary Islam and Muslim Societies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30821/JCIMS.V2I1.1742","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
AL-FÂTIHAH DALAM PERSPEKTIF MUFASIR NUSANTARA: Membandingkan Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur dan Tafsir al-Azhar
Abstrak: Artikel ini mendiskusikan tentang penafsiran surah al-Fâtihah menurut mufasir Indonesia, Hasbi ash-Shiddieqy dengan karyanya tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur dan Hamka dengan karyanya tafsir al-Azhar. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-analisis-komparatif. Penafsiran terhadap surah al-Fâtihah dapat diklasifikasikan mejadi dua komponen penting: komponen eksternal dan komponen internal. Komponen eksternal membicarakan tentang unsur-unsur luar surah al-Fâtihah, yaitu tentang penamaan surah, tempat dan periode turunnya surah, jumlah ayat dalam satu surah, fadhilah surah, asbâb al-nuzûl, lafal ta‘awudz dan âmîn. Sedangkan komponen internal merupakan unsur dalam surah al-Fâtihah, yaitu tauhid, janji dan ancaman, ibadah, jalan memperoleh kebahagiaan, dan kisah umat terdahulu. Hasil penelaahan terhadap kedua tafsir tersebut ditemui titik-titik perbedaan, namun perbedaan itu tidak prinsipil tetapi menarik untuk diungkap, misalnya Hasbi meyakini bahwa basmallâh merupakan ayat tersendiri yang terpisah dari surah al-Fâtihah. Hal ini berbeda dengan Hamka dan kebanyakan ahli tafsir yang umumnya menganggap basmallâh merupakan ayat pertama dari surah al-Fâtihah. Abstract: Perspectives of Nusantara’s Mufassirs on al-Fâtihah: Comparing Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nur and Tafsir al-Azhar. Using descriptive-analytical-comparative approach, this article discusses the interpretations of surah al-Fâtihah according to Hasbi ash-Shiddieqy’s masterpiece Tafsiral-Qur’an al-Majîd al-Nûr and Hamka’s Tafsiral-Azhar. The interpretation of surah al-Fâtihah can be classified into two important components: external components and internal components. The external components speak about the external elements of the surah al-Fâtihah, namely: the naming of surah, places and periods of revelation of the surah, its number of verses, asbâb al-nuzûl, pronunciation ta‘awudz and âmîn. While the internal component is the messages contained surah al-Fâtihah, namely: monotheism, promises and threaths, worship, the way of gaining happiness, and story of the past. The study found that the two authors differ at some points, although not principel ones. For example, Hasbi believes that basmallâh is a separate verse from surah al-Fâtihah, while Hamka, as do most commentators, considers basmallâh as the first verse of surah al-Fâtihah.
Kata Kunci: quran, mufasir, Nusantara, HAMKA, M. Hasbiash-Shiddieqy