印度尼西亚生物柴油燃料生命周期评审

Kiman Siregar
{"title":"印度尼西亚生物柴油燃料生命周期评审","authors":"Kiman Siregar","doi":"10.17969/RTP.V7I2.2648","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstrak. Saat ini permasalahan lingkungan menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam produksi biodiesel. Meskipun sumber energi ini (biodiesel) dianggap sebagai karbon netral, namun dalam rangkaian proses produksinya masih menghasilkan berbagai gas berbahaya ke lingkungan. Negara-negara Eropa dan Amerika mengklaim bahwa produksi biodiesel dari minyak kelapa sawit memberikan kontribusi emisi karbon ke atmosfer sepanjang jalur produksinya. Selain itu, US EPA-NODA dan EU RED menyatakan bahwa biodiesel dari minyak kelapa sawit hanya dapat mengurangi emisi GWP 17%  dan 19% dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil. Mengingat bahwa persyaratan minimum US adalah 20% dan EU adalah 35%, maka minyak kelapa sawit dari Indonesia mengalami kesulitan untuk memasuki pasar global. Pendekatan ilmiah harus dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi masalah ini. Tinjauan dari berbagai literatur menyebutkan bahwa keberlanjutan produksi biodiesel dari kelapa sawit lebih baik dibandingkan jarak pagar, bahkan apabila dibandingkan dengan bahan baku yang lain seperti lobak. Tinjauan dari berbagai literatur menyebutkan bahwa nilai karbon yang dapat diserap oleh hutan primer lebih tinggi dari hutan sekunder dan dari perkebunan kelapa sawit. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa dunia menyebutkan bahwa Indonesia sebagai penyebab pemanasan global, meskipun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan berdasarkan data terakhir di Indonesia. Dari kondisi ril di Indonesia diperoleh nilai GRK sebelum produksi stabil yaitu 2.575,47 kg-CO2eq./ton-minyak biodiesel (BDF) untuk minyak kelapa sawit dan 3.057,74 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak jarak pagar. Ketika produksi sudah stabil diperoleh nilai GRK sebesar 1.511,96 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak kelapa sawit and 380,52 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak jarak pagar. Jika kita bandingkan dengan minyak solar, maka nilai emisi CO2eq. dapat diturunkan  49,27 % untuk biodiesel dari minyak kelapa sawit dan 88,45 % untuk biodiesel dari minyak jarak pagar. Review of Life Cycle Assesment of Biodiesel in Indonesia Abstract. Currently, environmental consideration becomes the most important issue in biodiesel production. Eventhough source of energy is considered as carbon neutral, the production path may release various environmentally hazardous gasses. European and American countries claim that production of biodiesel from palm oil contributes carbon emission to the atmosphere along its production path. Furthermore, US EPA-NODA and EU RED stated that palm oil based biodiesel can only reduce emission of GWP by 17 % and 19 % compared to fossil-fuel based. Considering on the minimum requirement is 20 % for US and 35 % for EU, CPO from Indonesia experiences difficulties to enter the global market. Scientific approach should be undertaken by Indonesia to address this issue. Summary of the literature mentions that the sustainability of biodiesel from palm oil is better than Jatropha curcas, compared to other sources of raw materials, such as rapeseed. Summary of the literature mentions that the value of carbon that can be absorbed by primary forest is higher than secondary forest and palm oil plantation. This is the reason why world claims Indonesia on global warming issues although further research is still needed based on the latest data. From the real condition in Indonesia, in which GHG value before stable productivity is 2 575.47 kg-CO2eq./ton-Biodiesel fuel(BDF) for oil palm and 3 057.74 kg-CO2eq./ton-BDF for Jatropha curcas. When the productivity has reached stability, the GHG value is  1 511.96 kg-CO2eq./ton-BDF for oil palm and 380.52 kg-CO2eq./ton-BDF for Jatropha curcas. If we compared to diesel fuel, CO2eq. emission is reduced up to 49.27 % and 88.45 % for BDF-CPO and BDF-CJCO, respectively.","PeriodicalId":55725,"journal":{"name":"Rona Teknik Pertanian","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2014-10-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"Tinjauan Penilaian Siklus Hidup Bahan Bakar Biodiesel di Indonesia\",\"authors\":\"Kiman Siregar\",\"doi\":\"10.17969/RTP.V7I2.2648\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstrak. Saat ini permasalahan lingkungan menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam produksi biodiesel. Meskipun sumber energi ini (biodiesel) dianggap sebagai karbon netral, namun dalam rangkaian proses produksinya masih menghasilkan berbagai gas berbahaya ke lingkungan. Negara-negara Eropa dan Amerika mengklaim bahwa produksi biodiesel dari minyak kelapa sawit memberikan kontribusi emisi karbon ke atmosfer sepanjang jalur produksinya. Selain itu, US EPA-NODA dan EU RED menyatakan bahwa biodiesel dari minyak kelapa sawit hanya dapat mengurangi emisi GWP 17%  dan 19% dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil. Mengingat bahwa persyaratan minimum US adalah 20% dan EU adalah 35%, maka minyak kelapa sawit dari Indonesia mengalami kesulitan untuk memasuki pasar global. Pendekatan ilmiah harus dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi masalah ini. Tinjauan dari berbagai literatur menyebutkan bahwa keberlanjutan produksi biodiesel dari kelapa sawit lebih baik dibandingkan jarak pagar, bahkan apabila dibandingkan dengan bahan baku yang lain seperti lobak. Tinjauan dari berbagai literatur menyebutkan bahwa nilai karbon yang dapat diserap oleh hutan primer lebih tinggi dari hutan sekunder dan dari perkebunan kelapa sawit. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa dunia menyebutkan bahwa Indonesia sebagai penyebab pemanasan global, meskipun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan berdasarkan data terakhir di Indonesia. Dari kondisi ril di Indonesia diperoleh nilai GRK sebelum produksi stabil yaitu 2.575,47 kg-CO2eq./ton-minyak biodiesel (BDF) untuk minyak kelapa sawit dan 3.057,74 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak jarak pagar. Ketika produksi sudah stabil diperoleh nilai GRK sebesar 1.511,96 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak kelapa sawit and 380,52 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak jarak pagar. Jika kita bandingkan dengan minyak solar, maka nilai emisi CO2eq. dapat diturunkan  49,27 % untuk biodiesel dari minyak kelapa sawit dan 88,45 % untuk biodiesel dari minyak jarak pagar. Review of Life Cycle Assesment of Biodiesel in Indonesia Abstract. Currently, environmental consideration becomes the most important issue in biodiesel production. Eventhough source of energy is considered as carbon neutral, the production path may release various environmentally hazardous gasses. European and American countries claim that production of biodiesel from palm oil contributes carbon emission to the atmosphere along its production path. Furthermore, US EPA-NODA and EU RED stated that palm oil based biodiesel can only reduce emission of GWP by 17 % and 19 % compared to fossil-fuel based. Considering on the minimum requirement is 20 % for US and 35 % for EU, CPO from Indonesia experiences difficulties to enter the global market. Scientific approach should be undertaken by Indonesia to address this issue. Summary of the literature mentions that the sustainability of biodiesel from palm oil is better than Jatropha curcas, compared to other sources of raw materials, such as rapeseed. Summary of the literature mentions that the value of carbon that can be absorbed by primary forest is higher than secondary forest and palm oil plantation. This is the reason why world claims Indonesia on global warming issues although further research is still needed based on the latest data. From the real condition in Indonesia, in which GHG value before stable productivity is 2 575.47 kg-CO2eq./ton-Biodiesel fuel(BDF) for oil palm and 3 057.74 kg-CO2eq./ton-BDF for Jatropha curcas. When the productivity has reached stability, the GHG value is  1 511.96 kg-CO2eq./ton-BDF for oil palm and 380.52 kg-CO2eq./ton-BDF for Jatropha curcas. If we compared to diesel fuel, CO2eq. emission is reduced up to 49.27 % and 88.45 % for BDF-CPO and BDF-CJCO, respectively.\",\"PeriodicalId\":55725,\"journal\":{\"name\":\"Rona Teknik Pertanian\",\"volume\":\"1 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2014-10-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Rona Teknik Pertanian\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.17969/RTP.V7I2.2648\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Rona Teknik Pertanian","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.17969/RTP.V7I2.2648","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2

摘要

抽象。目前,环境问题是生物柴油生产的一个非常重要的问题。虽然这种能源(生物柴油)被认为是中性的碳,但在其生产过程中,它仍然向环境中排放有害气体。欧洲和美洲国家声称,油棕生产的生物柴油有助于在它们的生产过程中向大气中排放碳。此外,美国环氧和欧盟指出,棕榈油中的生物柴油只能减少17%和19%的化石燃料排放。考虑到美国的最低要求是20%,欧盟是35%,因此来自印度尼西亚的棕榈油很难进入全球市场。印度尼西亚必须采取科学方法来解决这个问题。文献综述表明,油棕的生物柴油比围栏的距离更好,即使与其他原料如萝卜等其他原料相比。文献综述表明,被原始森林吸收的碳的价值高于次生森林和棕榈油种植园。这就是为什么世界认为印尼是全球变暖的原因,尽管根据印尼最新的数据,还需要进一步的研究。在稳定生产2,575,47 kg-CO2eq之前,印尼获得了GRK值。用于棕榈油的ton- biodiesel (BDF)和3057,74 kg-CO2eq。-吨bdf用于围栏间距油。当生产稳定时,获得GRK值1511,96 kg-CO2eq。棕榈油的吨bdf和380.52千克co2eq。-吨bdf用于围栏间距油。当你把它与柴油相比较时,它的排放量是CO2eq。可降价49.27%的油棕榈生物柴油和88.45 %的油罐生物柴油。印度尼西亚抽象生物柴油生命周期评估。最近,环保意识出现了生物柴油生产中最重要的问题。尽管能量的源头被认为是一种碳神经,但生产路径可能会释放多种环境危害气体。欧洲和美国countries声称,棕榈油联合排放的生物柴油正沿着其生产路线生产。此外,我们的新油渍和以棕榈油为基础的生物柴油只能减少17 %和19 %的温室气体排放。考虑到最低要求是我们20%,35 %的欧盟,来自印尼的CPO很难进入全球市场。英语应该读到这个问题的地址。总而言之,棕榈油中生物柴油的产量高于Jatropha curcas,它与原始材料的其他资源相匹配,因此是种子。物质的总结认为,被原始森林吸收的碳的价值高于二级森林和棕榈油的种植。这就是为什么世界要求印尼提出全球变暖问题,尽管深入研究仍需要基于最新数据。从实际情况来看,在稳定生产前的GHG值为2 . 575.47千兆co2eq。-棕榈油和3 077.74 kg-CO2eq的顿生物柴油燃料。- Jatropha curcas的ton bdf。当产品恢复稳定时,GHG值为1511,96 kg-CO2eq。-棕榈油的吨bdf和380。52千兆co2eq。- Jatropha curcas的ton bdf。如果我们依靠柴油燃料,CO2eq。emission减少到49.27 %和88.45 %的BDF-CPO和BDF-CJCO,尊重。
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
Tinjauan Penilaian Siklus Hidup Bahan Bakar Biodiesel di Indonesia
Abstrak. Saat ini permasalahan lingkungan menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam produksi biodiesel. Meskipun sumber energi ini (biodiesel) dianggap sebagai karbon netral, namun dalam rangkaian proses produksinya masih menghasilkan berbagai gas berbahaya ke lingkungan. Negara-negara Eropa dan Amerika mengklaim bahwa produksi biodiesel dari minyak kelapa sawit memberikan kontribusi emisi karbon ke atmosfer sepanjang jalur produksinya. Selain itu, US EPA-NODA dan EU RED menyatakan bahwa biodiesel dari minyak kelapa sawit hanya dapat mengurangi emisi GWP 17%  dan 19% dibandingkan dengan bahan bakar berbasis fosil. Mengingat bahwa persyaratan minimum US adalah 20% dan EU adalah 35%, maka minyak kelapa sawit dari Indonesia mengalami kesulitan untuk memasuki pasar global. Pendekatan ilmiah harus dilakukan oleh Indonesia untuk mengatasi masalah ini. Tinjauan dari berbagai literatur menyebutkan bahwa keberlanjutan produksi biodiesel dari kelapa sawit lebih baik dibandingkan jarak pagar, bahkan apabila dibandingkan dengan bahan baku yang lain seperti lobak. Tinjauan dari berbagai literatur menyebutkan bahwa nilai karbon yang dapat diserap oleh hutan primer lebih tinggi dari hutan sekunder dan dari perkebunan kelapa sawit. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa dunia menyebutkan bahwa Indonesia sebagai penyebab pemanasan global, meskipun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan berdasarkan data terakhir di Indonesia. Dari kondisi ril di Indonesia diperoleh nilai GRK sebelum produksi stabil yaitu 2.575,47 kg-CO2eq./ton-minyak biodiesel (BDF) untuk minyak kelapa sawit dan 3.057,74 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak jarak pagar. Ketika produksi sudah stabil diperoleh nilai GRK sebesar 1.511,96 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak kelapa sawit and 380,52 kg-CO2eq./ton-BDF untuk minyak jarak pagar. Jika kita bandingkan dengan minyak solar, maka nilai emisi CO2eq. dapat diturunkan  49,27 % untuk biodiesel dari minyak kelapa sawit dan 88,45 % untuk biodiesel dari minyak jarak pagar. Review of Life Cycle Assesment of Biodiesel in Indonesia Abstract. Currently, environmental consideration becomes the most important issue in biodiesel production. Eventhough source of energy is considered as carbon neutral, the production path may release various environmentally hazardous gasses. European and American countries claim that production of biodiesel from palm oil contributes carbon emission to the atmosphere along its production path. Furthermore, US EPA-NODA and EU RED stated that palm oil based biodiesel can only reduce emission of GWP by 17 % and 19 % compared to fossil-fuel based. Considering on the minimum requirement is 20 % for US and 35 % for EU, CPO from Indonesia experiences difficulties to enter the global market. Scientific approach should be undertaken by Indonesia to address this issue. Summary of the literature mentions that the sustainability of biodiesel from palm oil is better than Jatropha curcas, compared to other sources of raw materials, such as rapeseed. Summary of the literature mentions that the value of carbon that can be absorbed by primary forest is higher than secondary forest and palm oil plantation. This is the reason why world claims Indonesia on global warming issues although further research is still needed based on the latest data. From the real condition in Indonesia, in which GHG value before stable productivity is 2 575.47 kg-CO2eq./ton-Biodiesel fuel(BDF) for oil palm and 3 057.74 kg-CO2eq./ton-BDF for Jatropha curcas. When the productivity has reached stability, the GHG value is  1 511.96 kg-CO2eq./ton-BDF for oil palm and 380.52 kg-CO2eq./ton-BDF for Jatropha curcas. If we compared to diesel fuel, CO2eq. emission is reduced up to 49.27 % and 88.45 % for BDF-CPO and BDF-CJCO, respectively.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
自引率
0.00%
发文量
0
审稿时长
25 weeks
期刊最新文献
Analisis Tingkat Bahaya Erosi dan Kekritisan Lahan Gambut Kabupaten Nagan Raya Menggunakan Sistem Informasi Geografis Desain dan Uji Performansi Alat Pengering Gula Semut Untuk Meningkatkan Kualitas Produksi Industri Rumahan Analisis Perbandingan Tutupan Lahan (Land Cover) Wilayah Malang Raya Menggunakan Citra Sentinel Daya Dukung Lahan Sawah Sebagai Kemandirian Pangan Di Kecamatan Tinangkung Selatan Rancang Bangun dan Pengujian Kinerja Bucket Elevator pada Mesin Pengering Gabah Tipe Sirkulasi
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1