Vāstu秩序作为分析爪哇寺庙建筑的一个替代概念

Q1 Arts and Humanities SPAFA Journal Pub Date : 2022-01-01 DOI:10.26721/spafajournal.hw783q0010
Aditya Bayu Perdana, K. Kurniawan
{"title":"Vāstu秩序作为分析爪哇寺庙建筑的一个替代概念","authors":"Aditya Bayu Perdana, K. Kurniawan","doi":"10.26721/spafajournal.hw783q0010","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"This paper focuses on the architectural order of ancient Javanese temples. Contemporary writings often use a tripartite order to conceptualize Javanese temple architecture, which divide the edifice into three parts consisting of head, body, and feet. However, the overgeneralized nature of the order does not accurately represent the complexities of Javanese temples which contain diverse architectural elements. This has made discussion of Javanese temple architectural traits somewhat limited and undetailed. Further, the textual basis of this order is questionable. The concept has not been found in authentic Old Javanese source and only attested in modern sources as a conjecture. To support more nuanced discussion of Javanese temple architecture, the author proposes an alternative architecture order, dubbed the “vāstu order”. This order is created using an architectural-historical research method in analyzing historical architectural treatise and samples of Javanese temple. Samples are limited to Hindu temples from the Mataram era (8-11th centuries). Comparison that the authors have conducted find that the elevation of all samples can visually divided into seven parts of the vāstu order: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, and stūpi. However, further inspection (using the temple’s head as an example) shows that each part has an unusual or even unprecedented architectural elaboration from the supposed Indian protype. This observation contributes to the notion that Javanese temples shows a complex amalgamation of various Indian architectural elements into a distinct creative form. This study demonstrates that a conceptual shift from the conventional tripartite order into a more refined vāstu order permitted more detailed observations in various architectural elements of Javanese temples. Applying and testing the vāstu order to other temples would perhaps yield a more robust architectural order that is useful in revealing the nature of Javanese temple architecture and its position within the web of cultural exchange between India and Southeast Asia. Tulisan ini berfokus pada tatanan (order) arsitektural candi Jawa. Tulisan kontemporer kerap menelaah arsitektur candi menggunakan tatanan triparti, yang membagi tampak candi ke dalam tiga bagian: badan, kepala, dan kaki. Meski umum digunakan, tatanan sederhana ini tidak merefleksikan secara akurat kompleksitas candi yang memiliki banyak elemen arsitektural. Akibatnya, upaya untuk menjabarkan ciri arsitektural candi cenderung terbatas dan tidak rinci. Dasar tekstual dari tatanan triparti juga dapat dipertanyakan. Konsep ini hanya ditemukan pada sumber modern dalam bentuk dugaan, dan belum ditemukan dalam sumber Jawa Kuno asli. Dalam rangka mendukung diskusi candi yang lebih rinci dan berbobot, penulis mengusulkan sebuah sistem tatanan baru, yang penulis sebut sebagai “tatanan vāstu.” Tatanan ini disusun menggunakan metode riset arsitektural-historis untuk menganalisis sastra arsitektural dan sampel candi. Sampel terbatas pada candi Hindu dari era Mataram Kuno (abad 8-11 M). Perbandingan yang penulis lakukan menunjukkan bahwa semua sampel candi dapat dibagi secara visual ke dalam tujuh bagian yang dimiliki tatanan vāstu: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, dan stūpi. Namun begitu, pemeriksaan lebih jauh (menggunakan kepala candi sebagai contoh) menunjukkan bahwa tiap bagian memiliki elaborasi arsitektural yang cukup berbeda dengan elemen India yang diduga sebagai purwarupa. Pengamatan ini memperkuat pendapat bahwa arsitektur candi Jawa menunjukkan percampuran kompleks berbagai elemen arsitektural India menjadi suatu gubahan tersendiri. Kajian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan sistem tatanan berbasis vāstu, alih-alih tripartit konvensional, memungkinkan penjabaran elemen arsitektur candi secara lebih rinci. Menerapkan dan menguji kesahihan tatanan vāstu pada candi lain ke depannya mungkin dapat menghasilkan order arsitektur baru yang lebih bermanfaat untuk menelaah arsitektur candi Jawa serta kedudukannya dalam jaring pertukaran budaya antar India dan Asia Tenggara.","PeriodicalId":36552,"journal":{"name":"SPAFA Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"The Vāstu Order as an Alternative Concept for Analysing Javanese Temple Architecture | Tatanan Vāstu sebagai Konsep Alternatif untuk Menelaah Arsitektur Candi Jawa\",\"authors\":\"Aditya Bayu Perdana, K. Kurniawan\",\"doi\":\"10.26721/spafajournal.hw783q0010\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"This paper focuses on the architectural order of ancient Javanese temples. Contemporary writings often use a tripartite order to conceptualize Javanese temple architecture, which divide the edifice into three parts consisting of head, body, and feet. However, the overgeneralized nature of the order does not accurately represent the complexities of Javanese temples which contain diverse architectural elements. This has made discussion of Javanese temple architectural traits somewhat limited and undetailed. Further, the textual basis of this order is questionable. The concept has not been found in authentic Old Javanese source and only attested in modern sources as a conjecture. To support more nuanced discussion of Javanese temple architecture, the author proposes an alternative architecture order, dubbed the “vāstu order”. This order is created using an architectural-historical research method in analyzing historical architectural treatise and samples of Javanese temple. Samples are limited to Hindu temples from the Mataram era (8-11th centuries). Comparison that the authors have conducted find that the elevation of all samples can visually divided into seven parts of the vāstu order: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, and stūpi. However, further inspection (using the temple’s head as an example) shows that each part has an unusual or even unprecedented architectural elaboration from the supposed Indian protype. This observation contributes to the notion that Javanese temples shows a complex amalgamation of various Indian architectural elements into a distinct creative form. This study demonstrates that a conceptual shift from the conventional tripartite order into a more refined vāstu order permitted more detailed observations in various architectural elements of Javanese temples. Applying and testing the vāstu order to other temples would perhaps yield a more robust architectural order that is useful in revealing the nature of Javanese temple architecture and its position within the web of cultural exchange between India and Southeast Asia. Tulisan ini berfokus pada tatanan (order) arsitektural candi Jawa. Tulisan kontemporer kerap menelaah arsitektur candi menggunakan tatanan triparti, yang membagi tampak candi ke dalam tiga bagian: badan, kepala, dan kaki. Meski umum digunakan, tatanan sederhana ini tidak merefleksikan secara akurat kompleksitas candi yang memiliki banyak elemen arsitektural. Akibatnya, upaya untuk menjabarkan ciri arsitektural candi cenderung terbatas dan tidak rinci. Dasar tekstual dari tatanan triparti juga dapat dipertanyakan. Konsep ini hanya ditemukan pada sumber modern dalam bentuk dugaan, dan belum ditemukan dalam sumber Jawa Kuno asli. Dalam rangka mendukung diskusi candi yang lebih rinci dan berbobot, penulis mengusulkan sebuah sistem tatanan baru, yang penulis sebut sebagai “tatanan vāstu.” Tatanan ini disusun menggunakan metode riset arsitektural-historis untuk menganalisis sastra arsitektural dan sampel candi. Sampel terbatas pada candi Hindu dari era Mataram Kuno (abad 8-11 M). Perbandingan yang penulis lakukan menunjukkan bahwa semua sampel candi dapat dibagi secara visual ke dalam tujuh bagian yang dimiliki tatanan vāstu: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, dan stūpi. Namun begitu, pemeriksaan lebih jauh (menggunakan kepala candi sebagai contoh) menunjukkan bahwa tiap bagian memiliki elaborasi arsitektural yang cukup berbeda dengan elemen India yang diduga sebagai purwarupa. Pengamatan ini memperkuat pendapat bahwa arsitektur candi Jawa menunjukkan percampuran kompleks berbagai elemen arsitektural India menjadi suatu gubahan tersendiri. Kajian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan sistem tatanan berbasis vāstu, alih-alih tripartit konvensional, memungkinkan penjabaran elemen arsitektur candi secara lebih rinci. Menerapkan dan menguji kesahihan tatanan vāstu pada candi lain ke depannya mungkin dapat menghasilkan order arsitektur baru yang lebih bermanfaat untuk menelaah arsitektur candi Jawa serta kedudukannya dalam jaring pertukaran budaya antar India dan Asia Tenggara.\",\"PeriodicalId\":36552,\"journal\":{\"name\":\"SPAFA Journal\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-01-01\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"SPAFA Journal\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.26721/spafajournal.hw783q0010\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"Q1\",\"JCRName\":\"Arts and Humanities\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"SPAFA Journal","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.26721/spafajournal.hw783q0010","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"Q1","JCRName":"Arts and Humanities","Score":null,"Total":0}
引用次数: 1

摘要

本文主要研究爪哇古代寺庙的建筑秩序。当代著作经常使用三位一体的顺序来概念化爪哇寺庙建筑,将建筑物分为头,身体和脚三部分。然而,这种过于概括的性质并不能准确地反映爪哇寺庙的复杂性,因为爪哇寺庙包含了多种建筑元素。这使得对爪哇寺庙建筑特征的讨论有些局限和不详细。此外,这一命令的文本基础值得怀疑。这个概念没有在真实的古爪哇语来源中找到,只有在现代来源中作为猜想得到证实。为了支持对爪哇寺庙建筑进行更细致入微的讨论,作者提出了另一种建筑顺序,称为“vāstu顺序”。这个顺序是用建筑历史研究的方法来分析历史建筑论文和爪哇寺庙的样本。样本仅限于马塔兰时代(8-11世纪)的印度教寺庙。作者进行的比较发现,所有样本的海拔可以直观地分为vāstu顺序的七个部分:upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara和stūpi。然而,进一步的检查(以寺庙的头部为例)表明,每个部分都有一个不同寻常的,甚至是前所未有的建筑精致,从所谓的印度原型。这一观察有助于爪哇寺庙表现出各种印度建筑元素的复杂融合,形成一种独特的创造性形式。这项研究表明,从传统的三方秩序到更精细的vāstu秩序的概念转变,允许对爪哇寺庙的各种建筑元素进行更详细的观察。将vāstu秩序应用和测试到其他寺庙中,可能会产生一个更强大的建筑秩序,这有助于揭示爪哇寺庙建筑的本质及其在印度和东南亚之间的文化交流网络中的地位。图里桑尼berfocus帕达塔塔南(秩序)建筑candi爪哇。图里桑kontemporer kerap menelaah arsitekturr candi menggunakan tatanan triparti,杨membagi tampak candi ke dalam tiga bagian: badan, kepala, dan kaki。Meski umum digunakan, tatanan sederhana ini tidak merefleksikan secara akurat kompleksitas candi yang memiliki banyak元素建筑。秋叶宫,秋叶宫,秋叶宫,秋叶宫,秋叶宫,秋叶宫,秋叶宫,秋叶宫,秋叶宫。Dasar tekstual dari tatanan triparti juga dapat dipertanyakan。Konsep ini handya ditemukan padadsumber现代dalam bentuk dugaan, dan belum ditemukan dalam sumber java Kuno asli。Dalam rangka mendukung diskusi candi yang lebih rincii dan berbobot, penulis mengusulkan sebuah system tatanan baru, yang penulis sebut sebagai " tatanan vāstu。"Tatanan ini disusun mongunakan的方法是对建筑文化历史的研究。Sampel terbatas pada candi Hindu dari era Mataram Kuno (abad 8-11 M). Perbandingan yang penulis lakukan menunjukkan bahwa semua Sampel candi dapat dibagi secara visual ke dalam tujuh bagian yang dimiliki tatanan vāstu: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, dan stūpi。Namun begitu, peremeriksaan lebih jauh (menggunakan kepala candi sebagai contoh) menunjukkan bahwa tiap bagian memiliki精心设计的建筑yang cuup berbeda dengan elements印度yang diduga sebagai purwarupa。Pengamatan ini memperkuat pendapat bahwa arsitektur candi java menunjukkan percampuran kompleks berbagai elements arsitual India menjadi suatu gubahan tersendiri。Kajian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan系统tatanan berbasis vāstu, alih-alih三方分析,menungkinkan penjabaran元素arsitekturr candi secara lebih rinchi。不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹不丹
本文章由计算机程序翻译,如有差异,请以英文原文为准。
查看原文
分享 分享
微信好友 朋友圈 QQ好友 复制链接
本刊更多论文
The Vāstu Order as an Alternative Concept for Analysing Javanese Temple Architecture | Tatanan Vāstu sebagai Konsep Alternatif untuk Menelaah Arsitektur Candi Jawa
This paper focuses on the architectural order of ancient Javanese temples. Contemporary writings often use a tripartite order to conceptualize Javanese temple architecture, which divide the edifice into three parts consisting of head, body, and feet. However, the overgeneralized nature of the order does not accurately represent the complexities of Javanese temples which contain diverse architectural elements. This has made discussion of Javanese temple architectural traits somewhat limited and undetailed. Further, the textual basis of this order is questionable. The concept has not been found in authentic Old Javanese source and only attested in modern sources as a conjecture. To support more nuanced discussion of Javanese temple architecture, the author proposes an alternative architecture order, dubbed the “vāstu order”. This order is created using an architectural-historical research method in analyzing historical architectural treatise and samples of Javanese temple. Samples are limited to Hindu temples from the Mataram era (8-11th centuries). Comparison that the authors have conducted find that the elevation of all samples can visually divided into seven parts of the vāstu order: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, and stūpi. However, further inspection (using the temple’s head as an example) shows that each part has an unusual or even unprecedented architectural elaboration from the supposed Indian protype. This observation contributes to the notion that Javanese temples shows a complex amalgamation of various Indian architectural elements into a distinct creative form. This study demonstrates that a conceptual shift from the conventional tripartite order into a more refined vāstu order permitted more detailed observations in various architectural elements of Javanese temples. Applying and testing the vāstu order to other temples would perhaps yield a more robust architectural order that is useful in revealing the nature of Javanese temple architecture and its position within the web of cultural exchange between India and Southeast Asia. Tulisan ini berfokus pada tatanan (order) arsitektural candi Jawa. Tulisan kontemporer kerap menelaah arsitektur candi menggunakan tatanan triparti, yang membagi tampak candi ke dalam tiga bagian: badan, kepala, dan kaki. Meski umum digunakan, tatanan sederhana ini tidak merefleksikan secara akurat kompleksitas candi yang memiliki banyak elemen arsitektural. Akibatnya, upaya untuk menjabarkan ciri arsitektural candi cenderung terbatas dan tidak rinci. Dasar tekstual dari tatanan triparti juga dapat dipertanyakan. Konsep ini hanya ditemukan pada sumber modern dalam bentuk dugaan, dan belum ditemukan dalam sumber Jawa Kuno asli. Dalam rangka mendukung diskusi candi yang lebih rinci dan berbobot, penulis mengusulkan sebuah sistem tatanan baru, yang penulis sebut sebagai “tatanan vāstu.” Tatanan ini disusun menggunakan metode riset arsitektural-historis untuk menganalisis sastra arsitektural dan sampel candi. Sampel terbatas pada candi Hindu dari era Mataram Kuno (abad 8-11 M). Perbandingan yang penulis lakukan menunjukkan bahwa semua sampel candi dapat dibagi secara visual ke dalam tujuh bagian yang dimiliki tatanan vāstu: upapīṭha, adhiṣṭhāna, pada, prastara, gala, śikhara, dan stūpi. Namun begitu, pemeriksaan lebih jauh (menggunakan kepala candi sebagai contoh) menunjukkan bahwa tiap bagian memiliki elaborasi arsitektural yang cukup berbeda dengan elemen India yang diduga sebagai purwarupa. Pengamatan ini memperkuat pendapat bahwa arsitektur candi Jawa menunjukkan percampuran kompleks berbagai elemen arsitektural India menjadi suatu gubahan tersendiri. Kajian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan sistem tatanan berbasis vāstu, alih-alih tripartit konvensional, memungkinkan penjabaran elemen arsitektur candi secara lebih rinci. Menerapkan dan menguji kesahihan tatanan vāstu pada candi lain ke depannya mungkin dapat menghasilkan order arsitektur baru yang lebih bermanfaat untuk menelaah arsitektur candi Jawa serta kedudukannya dalam jaring pertukaran budaya antar India dan Asia Tenggara.
求助全文
通过发布文献求助,成功后即可免费获取论文全文。 去求助
来源期刊
SPAFA Journal
SPAFA Journal Arts and Humanities-Visual Arts and Performing Arts
CiteScore
0.90
自引率
0.00%
发文量
2
审稿时长
15 weeks
期刊最新文献
Review of Ban Chiang, Northeast Thailand, Volume 2 (2A, 2B, 2C, 2D) A concise Indonesian/English guide to common terms used in excavation and archaeological research | Panduan singkat bahasa Indonesia/Inggris untuk frasa umum yang digunakan dalam ekskavasi dan penelitian arkeologi An Examination of Experiences in Archaeology of Females and LGBTQIAs in the Philippines | Isang pag-aaral sa mga karanasan ng mga kababaihan at mga LGBTQIAs sa arkiyolohiya sa Pilipinas Iconological Analysis of the “Man on a Bicycle” Relief in North Bali Created During the Dutch Colonial Period | Analisis Ikonologi Karya Relief “Laki-laki di sebuah Sepeda” di Bali Utara Jaman colonial Belanda Spiritual Landscape Characterization of Muara Takus Temple Compound and Surroundings Area | Karakterisasi Lanskap Spiritual Kompleks Candi Muara Takus dan Kawasan di Sekitarnya
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
已复制链接
已复制链接
快去分享给好友吧!
我知道了
×
扫码分享
扫码分享
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1