{"title":"AYU UTAMI对驱魔仪式的解释","authors":"E. Kurniawan","doi":"10.30738/ca.v8i1.11055","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Sembahyang menjadi salah satu diskurus yang dimunculkan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang (PEPL) karya Ayu Utami. Berbagai diksi sembahyang dan padanannya muncul beberapa kali di dalam PEPL. Perlu kajian yang mendalam untuk melihat narasi atau diskursus yang dimunculkan dari kehadiran diksi-diksi tersebut. Pernyataan masalah dalam pernelitian ini berada pada kemungkinan-kemungkinan diskursus yang muncul dari kehadiran diksi sembahyang dan padanannya. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan teori interpretasi Paul Ricouer. Temuan yang dihasilkan terdapat tiga bentuk diskursus yang dimunculkan dalam PEPL. Pertama, menghadirkan nilai-nilai lokalitas dalam beragama; kedua, menunjukkan adanya kekonsistenan pada sakralitas sembahyang; dan ketiga sembahyang diletakkan sebagai objek artifisal.","PeriodicalId":34777,"journal":{"name":"Jurnal Caraka Prabu","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":"{\"title\":\"INTERPRETASI SEMBAHYANG DALAM PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI\",\"authors\":\"E. Kurniawan\",\"doi\":\"10.30738/ca.v8i1.11055\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Sembahyang menjadi salah satu diskurus yang dimunculkan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang (PEPL) karya Ayu Utami. Berbagai diksi sembahyang dan padanannya muncul beberapa kali di dalam PEPL. Perlu kajian yang mendalam untuk melihat narasi atau diskursus yang dimunculkan dari kehadiran diksi-diksi tersebut. Pernyataan masalah dalam pernelitian ini berada pada kemungkinan-kemungkinan diskursus yang muncul dari kehadiran diksi sembahyang dan padanannya. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan teori interpretasi Paul Ricouer. Temuan yang dihasilkan terdapat tiga bentuk diskursus yang dimunculkan dalam PEPL. Pertama, menghadirkan nilai-nilai lokalitas dalam beragama; kedua, menunjukkan adanya kekonsistenan pada sakralitas sembahyang; dan ketiga sembahyang diletakkan sebagai objek artifisal.\",\"PeriodicalId\":34777,\"journal\":{\"name\":\"Jurnal Caraka Prabu\",\"volume\":null,\"pages\":null},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2021-12-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"1\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Jurnal Caraka Prabu\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30738/ca.v8i1.11055\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Jurnal Caraka Prabu","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30738/ca.v8i1.11055","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
INTERPRETASI SEMBAHYANG DALAM PENGAKUAN EKS PARASIT LAJANG KARYA AYU UTAMI
Sembahyang menjadi salah satu diskurus yang dimunculkan di dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang (PEPL) karya Ayu Utami. Berbagai diksi sembahyang dan padanannya muncul beberapa kali di dalam PEPL. Perlu kajian yang mendalam untuk melihat narasi atau diskursus yang dimunculkan dari kehadiran diksi-diksi tersebut. Pernyataan masalah dalam pernelitian ini berada pada kemungkinan-kemungkinan diskursus yang muncul dari kehadiran diksi sembahyang dan padanannya. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan teori interpretasi Paul Ricouer. Temuan yang dihasilkan terdapat tiga bentuk diskursus yang dimunculkan dalam PEPL. Pertama, menghadirkan nilai-nilai lokalitas dalam beragama; kedua, menunjukkan adanya kekonsistenan pada sakralitas sembahyang; dan ketiga sembahyang diletakkan sebagai objek artifisal.