{"title":"PENDEKATAN MUBĀDALAH PERSPEKTIF FAQIHUDDIN ABDUL KODIR DALAM PEMAKNAAN HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN","authors":"Zaimatuz Zakiyah, Zainal Arifin","doi":"10.21043/riwayah.v7i2.10172","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Interpretasi teks-teks keagamaan yang diyakini bias gender berimplikasi pada subordinasi dan marginalisasi perempuan dalam berbagai ranah kehidupan. Oleh karena itu, reinterpretasi mutlak diperlukan untuk memulihkan kesenjangan yang ada antara laki-laki dan perempuan. Kajian ini bertujuan memaparkan konsep dasar pendekatan mubādalah dalam perspektif Faqihuddin Abdul Kodir dan mengimplemetasikan pendekatan mubādalah dalam menginterpretasikan hadis kepemimpinan perempuan. Metode yang digunakan adalah penelitian studi literatur menggunakan teknik deskriptif-analitik. Sumber utama dari studi ini adalah buku Qirā’ah Mubādalah, sedangkan sumber sekundernya adalah karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian. Hasil studi ini menunjukkan bahwa Faqihuddin Abdul Kodir adalah seorang mufassir feminis asal Indonesia, konsep mubādalah yang ia tawarkan melahirkan relasi ketersalingan yang adil terhadap laki-laki dan perempuan, termasuk dalam diskursus kepemimpinan perempuan, baik dalam ibadah maupun sosial-politik. Meskipun mayoritas ulama melarang perempuan menjadi pemimpin dalam shalat, namun keyakinan tersebut tidak berlaku dalam ranah sosial-politik karena berdasarkan perspektif mubādalah, kepemimpinan tidak didasarkan pada jenis kelamin, melainkan dapat diemban bagi mereka yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk memimpin, sehingga laki-laki dan perempuan dapat bekerjasama dalam menciptakan kemaslahatan di muka bumi.[Mubādala Approach in the Perspective of Faqihuddin Abdul Kodir on the Meaning of Women's Leadership Hadith. The interpretation of religious texts which is believed to be gender-biased has implications for the subordination and marginalization of women in various spheres of life. Therefore, reinterpretation is necessary to restore the existing gap between men and women. This study aims to explain the basic concepts of the mubādalah approach in Faqihuddin Abdul Kodir’s perspective and to implement the mubadalah approach in interpreting the hadiths of women's leadership. The method used is a literature study research using descriptive-analytic techniques. The main source of this study is the book Qirā’at Mubādala, while the secondary sources are scientific works related to studies. The results of this study indicate that Faqihuddin Abdul Kodir is a feminist exegete from Indonesia, the concept of mubadalah that he offers creates a fair relationship of alienation towards men and women, including in the discourse of women's leadership, both in worship and socio-politics. The majority of scholars prohibit women from becoming prayer leaders, but this belief does not apply in the socio-political realm because based on the perspective of mubādala, leadership is not based on gender, but can be carried out by those who have the capacity and ability to lead, so that they can work together in creating benefit on earth.]","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v7i2.10172","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
对宗教文本的解释被认为是性别偏见,暗示女性在不同领域的从属地位和边缘化。因此,对于恢复男性和女性之间的差距是绝对必要的解说。这项研究旨在详细讲解mubā方法的基本概念是Faqihuddin阿卜杜勒Kodir视角和mengimplemetasikan mubā方法中是女性领导力解释圣训中。采用的方法是采用解释性分析技术进行的文献研究。这是一本研究的主要来源Qirā异教徒Mubā是作品的次要来源,则是与之相关的科学研究。这些研究结果表明,Faqihuddin阿卜杜勒Kodir是一位印尼mufassir女权主义者,mubā概念提供生出的是公平的ketersalingan对男人和女人的关系,包括妇女,无论是崇拜领导话语中sosial-politik。虽然多数神职人员祈祷,但信仰中禁止妇女成为领导者sosial-politik领域中并不适用,因为根据mubā视角是,领导不是基于性别的,而是可以为他们承担能力和领导能力,使男人和女人在地球上创造有利的合作。视角》[Mubā达拉进近Faqihuddin阿卜杜勒Kodir on Women ' s Leadership Hadith之意义。被认为是宗派主义的宗教文本的解释对不同生活环境的妇女的支持和边缘化产生了影响。因此,恢复男人和女人之间的存在差距是必要的。这个研究aims to basic concepts》解释《Faqihuddin阿卜杜勒Kodir mubā是进近的视角和to implement mubadalah进近》interpreting the hadiths of women ' s leadership。使用的方法是一项文学研究,使用的是解析分析技术。这个研究的源代码是玩《百科Qirā' at Mubā达拉”,而这器是科学有效的相关的研究。这项调查的结果显示,这位来自印尼的Faqihuddin Abdul Kodir是一名女性主义者,他提出了一项具有代表性的男女关系、社会和政治关系的理想。学者prohibit women提问》从祈祷的领袖,但这belief确实不是写作》和《socio-political挑选,因为视角》改编自mubā,leadership是改编自音符中性别,但能被那些有carried out The capacity和不在乎的线索,那他们可以一起工作在地球上创建权益。]
PENDEKATAN MUBĀDALAH PERSPEKTIF FAQIHUDDIN ABDUL KODIR DALAM PEMAKNAAN HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Interpretasi teks-teks keagamaan yang diyakini bias gender berimplikasi pada subordinasi dan marginalisasi perempuan dalam berbagai ranah kehidupan. Oleh karena itu, reinterpretasi mutlak diperlukan untuk memulihkan kesenjangan yang ada antara laki-laki dan perempuan. Kajian ini bertujuan memaparkan konsep dasar pendekatan mubādalah dalam perspektif Faqihuddin Abdul Kodir dan mengimplemetasikan pendekatan mubādalah dalam menginterpretasikan hadis kepemimpinan perempuan. Metode yang digunakan adalah penelitian studi literatur menggunakan teknik deskriptif-analitik. Sumber utama dari studi ini adalah buku Qirā’ah Mubādalah, sedangkan sumber sekundernya adalah karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan kajian. Hasil studi ini menunjukkan bahwa Faqihuddin Abdul Kodir adalah seorang mufassir feminis asal Indonesia, konsep mubādalah yang ia tawarkan melahirkan relasi ketersalingan yang adil terhadap laki-laki dan perempuan, termasuk dalam diskursus kepemimpinan perempuan, baik dalam ibadah maupun sosial-politik. Meskipun mayoritas ulama melarang perempuan menjadi pemimpin dalam shalat, namun keyakinan tersebut tidak berlaku dalam ranah sosial-politik karena berdasarkan perspektif mubādalah, kepemimpinan tidak didasarkan pada jenis kelamin, melainkan dapat diemban bagi mereka yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk memimpin, sehingga laki-laki dan perempuan dapat bekerjasama dalam menciptakan kemaslahatan di muka bumi.[Mubādala Approach in the Perspective of Faqihuddin Abdul Kodir on the Meaning of Women's Leadership Hadith. The interpretation of religious texts which is believed to be gender-biased has implications for the subordination and marginalization of women in various spheres of life. Therefore, reinterpretation is necessary to restore the existing gap between men and women. This study aims to explain the basic concepts of the mubādalah approach in Faqihuddin Abdul Kodir’s perspective and to implement the mubadalah approach in interpreting the hadiths of women's leadership. The method used is a literature study research using descriptive-analytic techniques. The main source of this study is the book Qirā’at Mubādala, while the secondary sources are scientific works related to studies. The results of this study indicate that Faqihuddin Abdul Kodir is a feminist exegete from Indonesia, the concept of mubadalah that he offers creates a fair relationship of alienation towards men and women, including in the discourse of women's leadership, both in worship and socio-politics. The majority of scholars prohibit women from becoming prayer leaders, but this belief does not apply in the socio-political realm because based on the perspective of mubādala, leadership is not based on gender, but can be carried out by those who have the capacity and ability to lead, so that they can work together in creating benefit on earth.]