{"title":"Peran Ummahatul Mukminin dalam Tahammul Hadis Waadauhu","authors":"Edi Bahtiar","doi":"10.21043/riwayah.v3i2.3734","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"<p class=\"06IsiAbstrak\"><span lang=\"EN-GB\">Ketinggian kedudukan ummahãtul mukminīn mereka peroleh karena kedekatan mereka dengan Rasulullah. Dengan kata lain, mereka mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mengenal Rasulullah dan meneladani beliau serta mereka mendapatkan bimbingan langsung serta khusus dari Rasulullah.Ummhatul Mukminin mempunyai andil dan peran penting dalam mentransmisikan hadis melebihi para shahabat yang lain selain Abu Hurairah. Terlebih Sayyidah Aisyah yang dinobatkan sebagai perawi terbanyak di kalangan perempuan, tentu saja mempunyai peran yang lebih dibanding istri-istri Nabi yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh fator internal, yaitu secara pribadi beliau memang mempunyai keunggulan terkait daya intelektualitasnya; dan faktor eksternal yaitu beliau adalah istri Nabi yang paling dicintai oleh Nabi sehingga intensitas kebersamaannya dengan Nabi paling tinggi dibanding istr-istri yang lain, oleh karenanya peluang beliau untuk mengakses dan merekam sunah-sunah Nabi baik yang berupa perkataan, haliyah perbuatan, dan taqrir Nabi dalam berbagai hal tentu saja lebih banyak.</span></p><p class=\"06IsiAbstrak\"><span lang=\"EN-GB\">Lembaran sejarah Islam menginformasikan bahwa pada masa permulaan Islam, banyak wanita muslimah yang ilmunya banyak dimanfaatkan oleh kaum muslimin. Ibnu Sa’ad memaparkan kepada kita tentang tujuh ratus wanita yang meriwayatkan hadis dari Rasulullah atau dari para sahabat. Kitab <em>al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah</em> karya Ibnu Hajar sebagaimana dinukil oleh Aba Firdaus al-Halwani (1996 : 233), bahwa terdapat riwayat seribu lima ratus empat puluh tiga wanita perawi hadis yang diakui keilmuan dan kejujurannya oleh Rasulullah. Dalam tradisi <em>al-ta</em></span><em><span lang=\"EN-GB\">ḥ</span><span lang=\"EN-GB\">ammul wa adā’ al-hadis</span></em><span lang=\"EN-GB\">, dikenal ada beberaapa cara, yaitu : 1) <em>al-simā’</em>; 2) <em>al-ikhbār</em>; 3) <em>al-kitābah</em>; 4) <em>al-wa</em></span><em><span lang=\"EN-GB\">ṣ</span><span lang=\"EN-GB\">iyyah</span></em><span lang=\"EN-GB\">; 5) <em>al-wijādah</em>; dan sebagainya. </span></p>","PeriodicalId":31822,"journal":{"name":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-04-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"1","resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Riwayah Jurnal Studi Hadis","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i2.3734","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
Peran Ummahatul Mukminin dalam Tahammul Hadis Waadauhu
Ketinggian kedudukan ummahãtul mukminīn mereka peroleh karena kedekatan mereka dengan Rasulullah. Dengan kata lain, mereka mempunyai kesempatan lebih banyak untuk mengenal Rasulullah dan meneladani beliau serta mereka mendapatkan bimbingan langsung serta khusus dari Rasulullah.Ummhatul Mukminin mempunyai andil dan peran penting dalam mentransmisikan hadis melebihi para shahabat yang lain selain Abu Hurairah. Terlebih Sayyidah Aisyah yang dinobatkan sebagai perawi terbanyak di kalangan perempuan, tentu saja mempunyai peran yang lebih dibanding istri-istri Nabi yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh fator internal, yaitu secara pribadi beliau memang mempunyai keunggulan terkait daya intelektualitasnya; dan faktor eksternal yaitu beliau adalah istri Nabi yang paling dicintai oleh Nabi sehingga intensitas kebersamaannya dengan Nabi paling tinggi dibanding istr-istri yang lain, oleh karenanya peluang beliau untuk mengakses dan merekam sunah-sunah Nabi baik yang berupa perkataan, haliyah perbuatan, dan taqrir Nabi dalam berbagai hal tentu saja lebih banyak.
Lembaran sejarah Islam menginformasikan bahwa pada masa permulaan Islam, banyak wanita muslimah yang ilmunya banyak dimanfaatkan oleh kaum muslimin. Ibnu Sa’ad memaparkan kepada kita tentang tujuh ratus wanita yang meriwayatkan hadis dari Rasulullah atau dari para sahabat. Kitab al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah karya Ibnu Hajar sebagaimana dinukil oleh Aba Firdaus al-Halwani (1996 : 233), bahwa terdapat riwayat seribu lima ratus empat puluh tiga wanita perawi hadis yang diakui keilmuan dan kejujurannya oleh Rasulullah. Dalam tradisi al-taḥammul wa adā’ al-hadis, dikenal ada beberaapa cara, yaitu : 1) al-simā’; 2) al-ikhbār; 3) al-kitābah; 4) al-waṣiyyah; 5) al-wijādah; dan sebagainya.