{"title":"幼儿共情:初步研究","authors":"Charyna Ayu Rizkiyanti, A. I. Murty","doi":"10.30983/jh.v2i2.813","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Nowadays, bullying is still becoming an unsolvable issue in Indonesia. Among students, bullying phenomenon happens started from kindergarten level untill high school level. By having empathy, children are being much more understanding, more adept at handling anger and daring to say no to commit violence, including bullying. This current research examines the preschoolers’ empathy through self-report in response to short clip. The short clip assesses the extent to which children endorsed behaviours that were regarded as showing their empathy towards others (cognitive and affective). A total of 50 preschoolers with age 4-6 year old participated in this study. By decriptive analysis, result found that all preschoolers with the exception of a few showed empathy in two components, both cognitive and affective. This study implies that in order to elevate children’s empathy, parents must be modelling how to identify and express emotions toward them. Saat ini, intimidasi masih menjadi masalah yang tidak dapat diselesaikan di Indonesia. Di kalangan siswa, fenomena bullying terjadi mulai dari tingkat TK hingga tingkat SMA. Dengan memiliki empati, anak-anak menjadi jauh lebih pengertian, lebih mahir dalam menangani kemarahan dan berani mengatakan tidak untuk melakukan kekerasan, termasuk bullying. Penelitian saat ini meneliti empati anak-anak prasekolah melalui laporan diri sebagai tanggapan terhadap klip singkat. Klip pendek menilai sejauh mana anak-anak mendukung perilaku yang dianggap menunjukkan empati mereka terhadap orang lain (kognitif dan afektif). Sebanyak 50 anak prasekolah dengan usia 4-6 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Dengan analisis deskriptif, hasil menemukan bahwa semua anak prasekolah dengan pengecualian beberapa menunjukkan empati dalam dua komponen, baik kognitif dan afektif. Studi ini menyiratkan bahwa untuk meningkatkan empati anak, orang tua harus menjadi model bagaimana mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi terhadap mereka.Keywords: Empathy, preschooler, cognitive-affective empathy, compassionate ","PeriodicalId":52683,"journal":{"name":"Humanisma Journal of Gender Studies","volume":"416 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2019-01-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"2","resultStr":"{\"title\":\"EMPATHY IN EARLY CHILDHOOD:A PRELIMINARY STUDY\",\"authors\":\"Charyna Ayu Rizkiyanti, A. I. Murty\",\"doi\":\"10.30983/jh.v2i2.813\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Nowadays, bullying is still becoming an unsolvable issue in Indonesia. Among students, bullying phenomenon happens started from kindergarten level untill high school level. By having empathy, children are being much more understanding, more adept at handling anger and daring to say no to commit violence, including bullying. This current research examines the preschoolers’ empathy through self-report in response to short clip. The short clip assesses the extent to which children endorsed behaviours that were regarded as showing their empathy towards others (cognitive and affective). A total of 50 preschoolers with age 4-6 year old participated in this study. By decriptive analysis, result found that all preschoolers with the exception of a few showed empathy in two components, both cognitive and affective. This study implies that in order to elevate children’s empathy, parents must be modelling how to identify and express emotions toward them. Saat ini, intimidasi masih menjadi masalah yang tidak dapat diselesaikan di Indonesia. Di kalangan siswa, fenomena bullying terjadi mulai dari tingkat TK hingga tingkat SMA. Dengan memiliki empati, anak-anak menjadi jauh lebih pengertian, lebih mahir dalam menangani kemarahan dan berani mengatakan tidak untuk melakukan kekerasan, termasuk bullying. Penelitian saat ini meneliti empati anak-anak prasekolah melalui laporan diri sebagai tanggapan terhadap klip singkat. Klip pendek menilai sejauh mana anak-anak mendukung perilaku yang dianggap menunjukkan empati mereka terhadap orang lain (kognitif dan afektif). Sebanyak 50 anak prasekolah dengan usia 4-6 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Dengan analisis deskriptif, hasil menemukan bahwa semua anak prasekolah dengan pengecualian beberapa menunjukkan empati dalam dua komponen, baik kognitif dan afektif. Studi ini menyiratkan bahwa untuk meningkatkan empati anak, orang tua harus menjadi model bagaimana mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi terhadap mereka.Keywords: Empathy, preschooler, cognitive-affective empathy, compassionate \",\"PeriodicalId\":52683,\"journal\":{\"name\":\"Humanisma Journal of Gender Studies\",\"volume\":\"416 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2019-01-02\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"2\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Humanisma Journal of Gender Studies\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.30983/jh.v2i2.813\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Humanisma Journal of Gender Studies","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.30983/jh.v2i2.813","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
摘要
如今,欺凌在印尼仍是一个无法解决的问题。在学生中,霸凌现象从幼儿园阶段一直发生到高中阶段。有了同理心,孩子们会更加理解别人,更善于处理愤怒,敢于对包括欺凌在内的暴力行为说不。本研究通过对短片的自我报告来考察学龄前儿童的共情能力。这个短片评估了孩子们在多大程度上认可了他们对他人的移情行为(认知和情感)。共有50名4-6岁的学龄前儿童参与了本研究。通过描述性分析,结果发现除少数学龄前儿童外,所有学龄前儿童在认知和情感两方面均表现出共情。本研究表明,为了提高孩子的同理心,父母必须模仿如何识别和表达对他们的情绪。印度尼西亚,印度尼西亚,印度,印度,印度,印度,印度Di kalangan siswa,霸凌现象terjadi mulai dari tingkat TK tingka tingkat SMA。邓加人,邓加人,邓加人,邓加人,邓加人,邓加人,邓加人,邓加人,邓加人,邓加人Penelitian saat ini meneliti empati anak-anak prasekolah melali laporan diri sebagai tanggapan terhadap klip singkat。Klip pendek menilai sejauh mana anak-anak mendukung peraku yang dianggap menunjukkan empati mereka terhadap orang lain (kognitif dan afektif)。塞尔维亚50个国家的人民代表大会和俄罗斯4-6个国家的人民代表大会。丹麦的分析文件,包括丹麦的分析文件、丹麦的分析文件、丹麦的分析文件、丹麦的分析文件、丹麦的分析文件、丹麦的分析文件、丹麦的分析文件、丹麦的分析文件。本文研究了脑脊液与脑脊液之间的关系,并对脑脊液与脑脊液之间的关系进行了分析。关键词:共情;学龄前儿童;认知情感共情
Nowadays, bullying is still becoming an unsolvable issue in Indonesia. Among students, bullying phenomenon happens started from kindergarten level untill high school level. By having empathy, children are being much more understanding, more adept at handling anger and daring to say no to commit violence, including bullying. This current research examines the preschoolers’ empathy through self-report in response to short clip. The short clip assesses the extent to which children endorsed behaviours that were regarded as showing their empathy towards others (cognitive and affective). A total of 50 preschoolers with age 4-6 year old participated in this study. By decriptive analysis, result found that all preschoolers with the exception of a few showed empathy in two components, both cognitive and affective. This study implies that in order to elevate children’s empathy, parents must be modelling how to identify and express emotions toward them. Saat ini, intimidasi masih menjadi masalah yang tidak dapat diselesaikan di Indonesia. Di kalangan siswa, fenomena bullying terjadi mulai dari tingkat TK hingga tingkat SMA. Dengan memiliki empati, anak-anak menjadi jauh lebih pengertian, lebih mahir dalam menangani kemarahan dan berani mengatakan tidak untuk melakukan kekerasan, termasuk bullying. Penelitian saat ini meneliti empati anak-anak prasekolah melalui laporan diri sebagai tanggapan terhadap klip singkat. Klip pendek menilai sejauh mana anak-anak mendukung perilaku yang dianggap menunjukkan empati mereka terhadap orang lain (kognitif dan afektif). Sebanyak 50 anak prasekolah dengan usia 4-6 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Dengan analisis deskriptif, hasil menemukan bahwa semua anak prasekolah dengan pengecualian beberapa menunjukkan empati dalam dua komponen, baik kognitif dan afektif. Studi ini menyiratkan bahwa untuk meningkatkan empati anak, orang tua harus menjadi model bagaimana mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi terhadap mereka.Keywords: Empathy, preschooler, cognitive-affective empathy, compassionate