Muhammad Rizki Syabana, A. Wibowo, Ida Yuliana, Hery Poerwosusanta, I. Oktaviyanti
{"title":"附录直径增大与急性阑尾炎患者乌林·班雅尔马辛的炎症干细胞关系","authors":"Muhammad Rizki Syabana, A. Wibowo, Ida Yuliana, Hery Poerwosusanta, I. Oktaviyanti","doi":"10.20527/ht.v5i1.5159","DOIUrl":null,"url":null,"abstract":"Abstract: Acute appendicitis is one of the most common abdominal surgical emergencies. Appendicitis can affect both men and women, but it is 1.3-1.6 times more common in men aged 10 to 30 years. According to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2009 to 2010 there was an increase from 596,132 people (3.36%) to 621,435 people (3.53%). In Indonesia in 2009 and 2010 appendicitis was the second non-communicable disease. Data from the South Kalimantan Provincial Health Office in 2016 there were 101 people. patients with appendicitis and in 2017 it decreased to 78 people. Data at the Banjarmasin Ulin Regional General Hospital in 2018 there were 63 patients and in 2019 there were 85 people with appendicitis. Histopathology is used as the gold standard for diagnostics. With histopathological examination we can spread acute or chronic infiltration of cells and also be sure whether to diagnose whether the appendix has perforated or not. delayed diagnosis and perforation of the appendix; unnecessary appendectomy. To avoid this possibility, several examinations can be carried out, one of which is radiological examination in the form of Ultrasonography (USG) with several criteria that need to be seen, one of which is the diameter of the appendix with an enlargement of >6 mm. The result of normality of p-value of inflammatory cells was 0.000 and for normality the p-value of the appendix diameter was 0.015. The correlation analysis using the Saphiro Wilk test showed P> 0.05 in appendicitis patients at Ulin Hospital Banjarmasin. Keywords: appendicitis acute, appendix wall, inflamatory cell Abstrak: Apendisitis akut merupakan salah satu keadaan darurat bedah abdomen yang paling umum terjadi. Apendisitis dapat mengenai laki- laki dan perempuan, namun 1,3-1,6 kali lebih sering mengenai laki-laki usia 10 hingga 30 tahun. Menurut data oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di tahun 2009 hingga 2010 mengalami peningkatan dari 596.132 orang (3.36%) menjadi 621.435 orang (3.53%). Di Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 apendisitis menempati penyakit tidak menular tertinggi kedua. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2016 terdapat 101 orang. Penderita apendisitis dan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 78 orang. Data di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin tahun 2018 terdapat 63 pasien dan pada tahun 2019 terdapat 85 orang penderita apendisitis. Histopatologi digunakan sebagai standar baku emas untuk diagnostik. Dengan pemeriksaan histopatologi kita bisa melihat penyebaran sebukan sel radang akut maupun kronis dan juga bisa lebih pasti mendiagnosis apakah apendiksnya sudah perforasi ataupun tidak. keterlambatan diagnosis dan perforasi apendiks; operasi apendektomi yang tidak perlu. Untuk menghindari dua kemungkinan tersebut bisa dilakukan beberapa pemeriksaan yang salah satunya yaitu pemeriksaan radiologi berupa Ultrasonography (USG) dengan beberapa kriteria yang perlu dilihat salah satunya adalah perbesaran diameter apendiks >6 mm. Hasil normalitas nilai p sel radang adalah 0,000 dan untuk normalitas nilai p diameter apendiks sebesar 0,015. Analisis data korelasi menggunakan uji Saphiro Wilk menunjukkan P > 0,05 pada pasien apendisitis RSUD Ulin Banjarmasin. Kata-kata kunci: apendisitis akut, diameter apendiks, sel radang","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"74 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0000,"publicationDate":"2022-04-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":"0","resultStr":"{\"title\":\"Hubungan Pembesaran Diameter Apendiks dengan Sebukan Sel Radang pada Pasien Apendisitis Akut di RSUD Ulin Banjarmasin\",\"authors\":\"Muhammad Rizki Syabana, A. Wibowo, Ida Yuliana, Hery Poerwosusanta, I. Oktaviyanti\",\"doi\":\"10.20527/ht.v5i1.5159\",\"DOIUrl\":null,\"url\":null,\"abstract\":\"Abstract: Acute appendicitis is one of the most common abdominal surgical emergencies. Appendicitis can affect both men and women, but it is 1.3-1.6 times more common in men aged 10 to 30 years. According to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2009 to 2010 there was an increase from 596,132 people (3.36%) to 621,435 people (3.53%). In Indonesia in 2009 and 2010 appendicitis was the second non-communicable disease. Data from the South Kalimantan Provincial Health Office in 2016 there were 101 people. patients with appendicitis and in 2017 it decreased to 78 people. Data at the Banjarmasin Ulin Regional General Hospital in 2018 there were 63 patients and in 2019 there were 85 people with appendicitis. Histopathology is used as the gold standard for diagnostics. With histopathological examination we can spread acute or chronic infiltration of cells and also be sure whether to diagnose whether the appendix has perforated or not. delayed diagnosis and perforation of the appendix; unnecessary appendectomy. To avoid this possibility, several examinations can be carried out, one of which is radiological examination in the form of Ultrasonography (USG) with several criteria that need to be seen, one of which is the diameter of the appendix with an enlargement of >6 mm. The result of normality of p-value of inflammatory cells was 0.000 and for normality the p-value of the appendix diameter was 0.015. The correlation analysis using the Saphiro Wilk test showed P> 0.05 in appendicitis patients at Ulin Hospital Banjarmasin. Keywords: appendicitis acute, appendix wall, inflamatory cell Abstrak: Apendisitis akut merupakan salah satu keadaan darurat bedah abdomen yang paling umum terjadi. Apendisitis dapat mengenai laki- laki dan perempuan, namun 1,3-1,6 kali lebih sering mengenai laki-laki usia 10 hingga 30 tahun. Menurut data oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di tahun 2009 hingga 2010 mengalami peningkatan dari 596.132 orang (3.36%) menjadi 621.435 orang (3.53%). Di Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 apendisitis menempati penyakit tidak menular tertinggi kedua. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2016 terdapat 101 orang. Penderita apendisitis dan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 78 orang. Data di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin tahun 2018 terdapat 63 pasien dan pada tahun 2019 terdapat 85 orang penderita apendisitis. Histopatologi digunakan sebagai standar baku emas untuk diagnostik. Dengan pemeriksaan histopatologi kita bisa melihat penyebaran sebukan sel radang akut maupun kronis dan juga bisa lebih pasti mendiagnosis apakah apendiksnya sudah perforasi ataupun tidak. keterlambatan diagnosis dan perforasi apendiks; operasi apendektomi yang tidak perlu. Untuk menghindari dua kemungkinan tersebut bisa dilakukan beberapa pemeriksaan yang salah satunya yaitu pemeriksaan radiologi berupa Ultrasonography (USG) dengan beberapa kriteria yang perlu dilihat salah satunya adalah perbesaran diameter apendiks >6 mm. Hasil normalitas nilai p sel radang adalah 0,000 dan untuk normalitas nilai p diameter apendiks sebesar 0,015. Analisis data korelasi menggunakan uji Saphiro Wilk menunjukkan P > 0,05 pada pasien apendisitis RSUD Ulin Banjarmasin. Kata-kata kunci: apendisitis akut, diameter apendiks, sel radang\",\"PeriodicalId\":77544,\"journal\":{\"name\":\"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems\",\"volume\":\"74 1\",\"pages\":\"\"},\"PeriodicalIF\":0.0000,\"publicationDate\":\"2022-04-11\",\"publicationTypes\":\"Journal Article\",\"fieldsOfStudy\":null,\"isOpenAccess\":false,\"openAccessPdf\":\"\",\"citationCount\":\"0\",\"resultStr\":null,\"platform\":\"Semanticscholar\",\"paperid\":null,\"PeriodicalName\":\"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems\",\"FirstCategoryId\":\"1085\",\"ListUrlMain\":\"https://doi.org/10.20527/ht.v5i1.5159\",\"RegionNum\":0,\"RegionCategory\":null,\"ArticlePicture\":[],\"TitleCN\":null,\"AbstractTextCN\":null,\"PMCID\":null,\"EPubDate\":\"\",\"PubModel\":\"\",\"JCR\":\"\",\"JCRName\":\"\",\"Score\":null,\"Total\":0}","platform":"Semanticscholar","paperid":null,"PeriodicalName":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","FirstCategoryId":"1085","ListUrlMain":"https://doi.org/10.20527/ht.v5i1.5159","RegionNum":0,"RegionCategory":null,"ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":null,"EPubDate":"","PubModel":"","JCR":"","JCRName":"","Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
摘要
摘要:急性阑尾炎是最常见的腹部外科急症之一。阑尾炎对男性和女性都有影响,但在10至30岁的男性中发病率是男性的1.3-1.6倍。根据印度尼西亚共和国卫生部2009年至2010年的数据,这一数字从596,132人(3.36%)增加到621,435人(3.53%)。2009年和2010年,阑尾炎是印度尼西亚第二大非传染性疾病。2016年南加里曼丹省卫生办公室的数据显示,有101人。阑尾炎患者,2017年减少到78人。据Banjarmasin Ulin地区综合医院的数据,2018年有63名患者,2019年有85人患有阑尾炎。组织病理学被用作诊断的金标准。通过组织病理学检查,我们可以发现急性或慢性细胞浸润,也可以确定是否诊断阑尾是否穿孔。延迟诊断和阑尾穿孔;不必要的阑尾切除术。为了避免这种可能性,可以进行几种检查,其中一种是超声检查(USG)形式的放射学检查,需要看到几个标准,其中一个是阑尾直径扩大> 6mm。炎性细胞的p值为0.000,阑尾直径的p值为0.015。采用sapiro Wilk检验进行相关分析,Banjarmasin市乌林医院阑尾炎患者P> 0.05。摘要:急性阑尾炎,阑尾壁,炎性细胞。阑尾炎(apapat mengenai laki-laki - perempuan), namun, 1,3-1,6 kali lebih服务mengenai laki-laki usia 10 hinga 30 tahun。Menurut data oleh Kementrian Kesehatan republic Indonesia di tahun 2009 hinga 2010 mengalami peningkatan dari 596.132 orang (3.36%) menjadi 621.435 orang(3.53%)。2009年和2010年,印度尼西亚巴达达市发生了阑尾炎。数据达迪纳斯克塞哈丹省加里曼丹Selatan帕达达2016年terdapat 101猩猩。Penderita阑尾炎dan padtahun 2017门加拉米penurunan menjadi 78猩猩。数据di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin tahun 2018 terdapat 63名患者,但pada tahun 2019 terdapat 85名猩猩阑尾炎。组织病理学检查为标准巴库病诊断方法。邓根的组织病理学研究表明,糖尿病是一种罕见的疾病,而糖尿病是一种罕见的疾病,但糖尿病是一种罕见的疾病。Keterlambatan诊断阑尾穿孔;译:歌剧《附注》。超音波检查(USG),诊断标准为阑尾直径> 6mm。Hasil normalalis nilks直径为0,015,而Hasil normalalis nilks直径为0,015。分析资料:韩国孟古纳肯大学(Saphiro Wilk menunjukkan) P > 0.05,巴巴多斯阑尾炎RSUD Ulin Banjarmasin。Kata-kata kunci:急性阑尾炎,阑尾直径,尾盘
Hubungan Pembesaran Diameter Apendiks dengan Sebukan Sel Radang pada Pasien Apendisitis Akut di RSUD Ulin Banjarmasin
Abstract: Acute appendicitis is one of the most common abdominal surgical emergencies. Appendicitis can affect both men and women, but it is 1.3-1.6 times more common in men aged 10 to 30 years. According to data from the Ministry of Health of the Republic of Indonesia in 2009 to 2010 there was an increase from 596,132 people (3.36%) to 621,435 people (3.53%). In Indonesia in 2009 and 2010 appendicitis was the second non-communicable disease. Data from the South Kalimantan Provincial Health Office in 2016 there were 101 people. patients with appendicitis and in 2017 it decreased to 78 people. Data at the Banjarmasin Ulin Regional General Hospital in 2018 there were 63 patients and in 2019 there were 85 people with appendicitis. Histopathology is used as the gold standard for diagnostics. With histopathological examination we can spread acute or chronic infiltration of cells and also be sure whether to diagnose whether the appendix has perforated or not. delayed diagnosis and perforation of the appendix; unnecessary appendectomy. To avoid this possibility, several examinations can be carried out, one of which is radiological examination in the form of Ultrasonography (USG) with several criteria that need to be seen, one of which is the diameter of the appendix with an enlargement of >6 mm. The result of normality of p-value of inflammatory cells was 0.000 and for normality the p-value of the appendix diameter was 0.015. The correlation analysis using the Saphiro Wilk test showed P> 0.05 in appendicitis patients at Ulin Hospital Banjarmasin. Keywords: appendicitis acute, appendix wall, inflamatory cell Abstrak: Apendisitis akut merupakan salah satu keadaan darurat bedah abdomen yang paling umum terjadi. Apendisitis dapat mengenai laki- laki dan perempuan, namun 1,3-1,6 kali lebih sering mengenai laki-laki usia 10 hingga 30 tahun. Menurut data oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di tahun 2009 hingga 2010 mengalami peningkatan dari 596.132 orang (3.36%) menjadi 621.435 orang (3.53%). Di Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 apendisitis menempati penyakit tidak menular tertinggi kedua. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2016 terdapat 101 orang. Penderita apendisitis dan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 78 orang. Data di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin tahun 2018 terdapat 63 pasien dan pada tahun 2019 terdapat 85 orang penderita apendisitis. Histopatologi digunakan sebagai standar baku emas untuk diagnostik. Dengan pemeriksaan histopatologi kita bisa melihat penyebaran sebukan sel radang akut maupun kronis dan juga bisa lebih pasti mendiagnosis apakah apendiksnya sudah perforasi ataupun tidak. keterlambatan diagnosis dan perforasi apendiks; operasi apendektomi yang tidak perlu. Untuk menghindari dua kemungkinan tersebut bisa dilakukan beberapa pemeriksaan yang salah satunya yaitu pemeriksaan radiologi berupa Ultrasonography (USG) dengan beberapa kriteria yang perlu dilihat salah satunya adalah perbesaran diameter apendiks >6 mm. Hasil normalitas nilai p sel radang adalah 0,000 dan untuk normalitas nilai p diameter apendiks sebesar 0,015. Analisis data korelasi menggunakan uji Saphiro Wilk menunjukkan P > 0,05 pada pasien apendisitis RSUD Ulin Banjarmasin. Kata-kata kunci: apendisitis akut, diameter apendiks, sel radang