Muhammad Agung Perdana, Noor Muthmainah, Rahmiati Rahmiati, Agung Biworo, Hendra Wana Nur'amin
Faktor paling banyak penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah tingkat pengetahuan yang rendah terhadap pemakaian dan peresepan suatu antibiotik, serta kurangnya pengalaman dari seorang dokter. Hal ini membuat WHO dan Pemerintah Indonesia membentuk suatu program yang bertujuan untuk mengawasi dan mengurangi kejadian dari resistensi antibiotik yaitu Program Pengendalian Resistensi Antibiotik. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan lama studi terhadap tingkat pengetahuan tentang program pengendalian resistensi antibiotik pada dokter muda di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada 170 orang dokter muda di RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Data diambil menggunakan kuesioner melalui google form, kemudian dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian yang dilakukan pada 170 sampel yang terbagi menjadi 2 kategori berdasarkan lama studi kepaniteraan klinik yaitu baru bila < 1 tahun dan lama bila ³ 1 tahun menunjukkan bahwa terdapat 151 orang yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan 19 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang program pengendalian resistensi antibiotik. Dari hasil uji statistik terdapat hubungan lama studi terhadap tingkat pengetahuan tentang program pengendalian resistensi antibiotik pada dokter muda di RSUD Ulin Banjarmasin (p£0,001).
{"title":"HUBUNGAN LAMA STUDI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA DOKTER MUDA DI RSUD ULIN BANJARMASIN","authors":"Muhammad Agung Perdana, Noor Muthmainah, Rahmiati Rahmiati, Agung Biworo, Hendra Wana Nur'amin","doi":"10.20527/ht.v6i1.8805","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8805","url":null,"abstract":"Faktor paling banyak penyebab terjadinya resistensi antibiotik adalah tingkat pengetahuan yang rendah terhadap pemakaian dan peresepan suatu antibiotik, serta kurangnya pengalaman dari seorang dokter. Hal ini membuat WHO dan Pemerintah Indonesia membentuk suatu program yang bertujuan untuk mengawasi dan mengurangi kejadian dari resistensi antibiotik yaitu Program Pengendalian Resistensi Antibiotik. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan lama studi terhadap tingkat pengetahuan tentang program pengendalian resistensi antibiotik pada dokter muda di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada 170 orang dokter muda di RSUD Ulin Banjarmasin. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Data diambil menggunakan kuesioner melalui google form, kemudian dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian yang dilakukan pada 170 sampel yang terbagi menjadi 2 kategori berdasarkan lama studi kepaniteraan klinik yaitu baru bila < 1 tahun dan lama bila ³ 1 tahun menunjukkan bahwa terdapat 151 orang yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan 19 orang memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang program pengendalian resistensi antibiotik. Dari hasil uji statistik terdapat hubungan lama studi terhadap tingkat pengetahuan tentang program pengendalian resistensi antibiotik pada dokter muda di RSUD Ulin Banjarmasin (p£0,001).","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89659918","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Barra Gusma Fadillah, Nurul Hidayah, Huldani Huldani
Kejang demam merupakan penyakit bangkitan kejang yang terjadi pada anak dengan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38°C. Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 jenis kejang, kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks, yang diduga berhubungan dengan usia dan jenis kelamin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejang demam simpleks dan kompleks pada anak di RSUD Ulin Banjarmasin. Pada anak dengan umur 1-2 tahun sering mengalami kejang demam, yang dimana berkaitan dengan tingkat kematangan otak anak. Pada anak laki-laki sering mengalami kejang demam, dibandingkan anak perempuan hal ini berkaitan dengan proses neurogenesis. Penelitian dilakukan dengan Cross Sectional Study dengan jumlah 60 sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yang diambil dari rekam medik di RSUD Ulin Banjarmasin. Analisis data menggunakan chi-square (R2). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien berusia < 2 tahun (56.7%), jenis kelamin laki-laki (65%), Hasil analisis data adalah tidak terdapat kebermaknaan secara stastik (p=0,297) antara usia dengan kejang demam simpleks dan kompleks dan tidak terdapat kebermaknaan (p=0.787) antara jenis kelamin dengan kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks
{"title":"HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJANG DEMAM SIMPLEK DAN KOMPLEK","authors":"Barra Gusma Fadillah, Nurul Hidayah, Huldani Huldani","doi":"10.20527/ht.v6i1.8797","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8797","url":null,"abstract":"Kejang demam merupakan penyakit bangkitan kejang yang terjadi pada anak dengan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38°C. Kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 jenis kejang, kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks, yang diduga berhubungan dengan usia dan jenis kelamin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan kejang demam simpleks dan kompleks pada anak di RSUD Ulin Banjarmasin. Pada anak dengan umur 1-2 tahun sering mengalami kejang demam, yang dimana berkaitan dengan tingkat kematangan otak anak. Pada anak laki-laki sering mengalami kejang demam, dibandingkan anak perempuan hal ini berkaitan dengan proses neurogenesis. Penelitian dilakukan dengan Cross Sectional Study dengan jumlah 60 sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yang diambil dari rekam medik di RSUD Ulin Banjarmasin. Analisis data menggunakan chi-square (R2). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pasien berusia < 2 tahun (56.7%), jenis kelamin laki-laki (65%), Hasil analisis data adalah tidak terdapat kebermaknaan secara stastik (p=0,297) antara usia dengan kejang demam simpleks dan kompleks dan tidak terdapat kebermaknaan (p=0.787) antara jenis kelamin dengan kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"155 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78017633","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anastasia Larasati, Nur Qamariahi, Rahmiati Rahmiati, Alex Syamsuddin, Lisda Hayatie
Cotton bud merupakan salah satu alat yang kerap digunakan untuk membersihkan telinga. Penggunaan cotton bud dapat mengganggu mekanisme pembersihan serumen secara alami serta dapat menyebabkan trauma dan rasa nyeri pada telinga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi dan jumlah penggunaan cotton bud untuk toilet telinga terhadap derajat keluhan nyeri pada telinga berdasarkan VAS. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik yang menggunakan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Angkatan 2019-2021. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan secara daring, didapatkan sampel sebanyak 30 responden. Hasil penelitian ini adalah frekuensi dan jumlah penggunaan cotton bud yang terbanyak yakni masing-masing 1-2 kali per minggu (73,3%) dan 1-2 batang (56,7%) setiap kali toilet telinga. Hasil analisis data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi penggunaan cotton bud (p=1,000) dan jumlah penggunaan cotton bud (p=0,670) terhadap derajat keluhan nyeri.
{"title":"HUBUNGAN FREKUENSI DAN JUMLAH PENGGUNAAN COTTON BUD UNTUK TOILET TELINGA TERHADAP DERAJAT KELUHAN NYERI","authors":"Anastasia Larasati, Nur Qamariahi, Rahmiati Rahmiati, Alex Syamsuddin, Lisda Hayatie","doi":"10.20527/ht.v6i1.8799","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8799","url":null,"abstract":"Cotton bud merupakan salah satu alat yang kerap digunakan untuk membersihkan telinga. Penggunaan cotton bud dapat mengganggu mekanisme pembersihan serumen secara alami serta dapat menyebabkan trauma dan rasa nyeri pada telinga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi dan jumlah penggunaan cotton bud untuk toilet telinga terhadap derajat keluhan nyeri pada telinga berdasarkan VAS. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik yang menggunakan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Angkatan 2019-2021. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan secara daring, didapatkan sampel sebanyak 30 responden. Hasil penelitian ini adalah frekuensi dan jumlah penggunaan cotton bud yang terbanyak yakni masing-masing 1-2 kali per minggu (73,3%) dan 1-2 batang (56,7%) setiap kali toilet telinga. Hasil analisis data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi penggunaan cotton bud (p=1,000) dan jumlah penggunaan cotton bud (p=0,670) terhadap derajat keluhan nyeri. ","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"45 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72761091","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Remaja seringkali mengalami anemia defisiensi zat besi dengan alas an tingginya kebutuhan zat besi sehingga defisiensi besi di dalam tubuh cukup berat terjadi. Anemia defisiensi besi dapat dihindari dengan memenuhi zat besi melalui makanan yang bergizi serta mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Dukungan keluarga merupakan salah satu aspek keberhasilan pelaksanaan pemberian TTD. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan konsumsi obat tablet tambah darah pada remaja puteri di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan teknik purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 45 siswi remaja putri. Hasil penelitian menunjukkan dari 13 orang yang keluarganya tidak mendukung, mayoritas responden adalah tidak patuh sebanyak 9 orang (20%), hanya 3 orang (7%) yang patuh dalam konsumsi obat tablet tambah darah. Sedangkan dari 32 orang (71%) yang keluarganya mendukung, mayoritas responden adalah patuh mengonsumsi obat tablet tambah darah sebanyak 25 orang (55%) dan hanya 8 orang (18%) responden yang tidak patuh dalam konsumsi obat tablet tambah darah. Hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan memiliki p value sebesar 0,000 dengan PR sebesar 3,09375. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi signifikan (p value < 0,05) pada dukungan keluarga dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin.
青少年经常患缺铁性贫血,铁的缺铁性和对铁的高度需求,导致身体出现相当严重的铁缺乏。缺乏铁的贫血可以通过营养丰富的食物和服用补充药片来避免。家庭支持是成功执行TTD分配的一个方面。这项研究的目的是解释家庭支持关系,以及服用药片加血的年轻女性。研究方法是分析分析,采用采样技术和45名年轻女性的样本数量。研究表明,来自13个家庭不支持的人,绝大多数受访者不服从9人(20%),只有3人(7%)在服用补充血液的药片时服从。而在家庭支持的32人(71%)中,大多数受访者是听话的服用药片的25人(55%),只有8人(18%)不听话的摄入者在服用补充药片时服用。家庭支持关系与合规有p值000,公关为309375。结果可能会得出这样的结论:家庭支持与巴雅尔马森sm Ukhuwah Banjarmasin中添加的血液摄入有关的显著联系(p value < 0.05)。
{"title":"HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTRI DI SMAIT UKHUWAH BANJARMASIN","authors":"Bagaskara Adji Prayudhistya, Meitria Syahadatina Noor, Istiana Istiana, Juhairina Juhairina, Nika Sterina Skripsiana","doi":"10.20527/ht.v6i1.8783","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8783","url":null,"abstract":"Remaja seringkali mengalami anemia defisiensi zat besi dengan alas an tingginya kebutuhan zat besi sehingga defisiensi besi di dalam tubuh cukup berat terjadi. Anemia defisiensi besi dapat dihindari dengan memenuhi zat besi melalui makanan yang bergizi serta mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Dukungan keluarga merupakan salah satu aspek keberhasilan pelaksanaan pemberian TTD. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan konsumsi obat tablet tambah darah pada remaja puteri di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan teknik purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 45 siswi remaja putri. Hasil penelitian menunjukkan dari 13 orang yang keluarganya tidak mendukung, mayoritas responden adalah tidak patuh sebanyak 9 orang (20%), hanya 3 orang (7%) yang patuh dalam konsumsi obat tablet tambah darah. Sedangkan dari 32 orang (71%) yang keluarganya mendukung, mayoritas responden adalah patuh mengonsumsi obat tablet tambah darah sebanyak 25 orang (55%) dan hanya 8 orang (18%) responden yang tidak patuh dalam konsumsi obat tablet tambah darah. Hubungan dukungan keluarga dan kepatuhan memiliki p value sebesar 0,000 dengan PR sebesar 3,09375. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi signifikan (p value < 0,05) pada dukungan keluarga dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah di SMAIT Ukhuwah Banjarmasin.","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"136 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79623525","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Raida Namira, Huldani Huldani, Siti Kaidah, Asnawati Asnawati, F. Hendriyono
Aktivitas fisik dapat menimbulkan respons inflamasi. Biomarker inflamasi yang mudah untuk diukur adalah C-reaktif protein. Penelitian ini bertujuan menjelaskan perbedaan kadar CRP sebelum dan setelah lari 30 menit dengan intensitas sedang pada remaja terlatih dan tidak terlatih. Penelitian dilangsungkan melalui Cross Sectional Study pada 15 remaja terlatih yaitu pemain sepak bola dari Klub Perseban Banjarmasin dan 15 remaja tidak terlatih di Banjarmasin yang berkisar umur 16-22 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Teknik pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran kadar CRP dilakukan sebelum dan setelah lari intensitas sedang 30 menit. Penelitian didapatkan nilai kadar rata-rata CRP 5.3 mg/L pada kelompok remaja terlatih setelah lari intensitas sedang 30 menit dan 11.58 mg/L pada kelompok remaja tidak terlatih setelah lari. Selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan untuk membandingkan perbedaan (setelah lari) kadar CRP antara 2 kelompok yang dikumpulkan yakni nilai p=0.000 yang menujukkan nampak korelasi berarti. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadi perbedaan kadar CRP atas remaja terlatih serta tidak terlatih sesudah lari intensitas sedang 30 menit.
{"title":"PERBEDAAN KADAR CRP PADA REMAJA TERLATIH DAN TIDAK TERLATIH SETELAH LARI INTENSITAS SEDANG 30 MENIT","authors":"Raida Namira, Huldani Huldani, Siti Kaidah, Asnawati Asnawati, F. Hendriyono","doi":"10.20527/ht.v6i1.8792","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8792","url":null,"abstract":"Aktivitas fisik dapat menimbulkan respons inflamasi. Biomarker inflamasi yang mudah untuk diukur adalah C-reaktif protein. Penelitian ini bertujuan menjelaskan perbedaan kadar CRP sebelum dan setelah lari 30 menit dengan intensitas sedang pada remaja terlatih dan tidak terlatih. Penelitian dilangsungkan melalui Cross Sectional Study pada 15 remaja terlatih yaitu pemain sepak bola dari Klub Perseban Banjarmasin dan 15 remaja tidak terlatih di Banjarmasin yang berkisar umur 16-22 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Teknik pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran kadar CRP dilakukan sebelum dan setelah lari intensitas sedang 30 menit. Penelitian didapatkan nilai kadar rata-rata CRP 5.3 mg/L pada kelompok remaja terlatih setelah lari intensitas sedang 30 menit dan 11.58 mg/L pada kelompok remaja tidak terlatih setelah lari. Selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan untuk membandingkan perbedaan (setelah lari) kadar CRP antara 2 kelompok yang dikumpulkan yakni nilai p=0.000 yang menujukkan nampak korelasi berarti. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadi perbedaan kadar CRP atas remaja terlatih serta tidak terlatih sesudah lari intensitas sedang 30 menit.","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79778501","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Raihan Mahfud, Azka Hayati, Zairin Noor, Muhammad Siddik, Fakhrurrazy Fakhrurrazy
Low back pain (LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal akibat adanya ergonomi yang salah. Nyeri yang ditimbulkan dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan mobilisasi dan berpotensi mengganggu keseimbangannya. Etiologi potensial yang dapat menyebabkan LBP, yaitu : mekanis, degeneratif, peradangan, onkologis, dan infeksi pada tulang belakang. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas terapi MWD dan TENS dengan HILT dan TENS terhadap fungsi keseimbangan pasein LBP di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada 8 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Hasil penelitian didapatkan pada kelompok perlakuan I (MWD dan TENS) didapatkan nilai p=0,713 dan kelompok perlakuan II (HILT dan TENS) didapatkan nilai p=0,102 yang menunjukkan nilai p>0,05 maka tidak didapatkan perbedaan yang bermakna terhadap perubahan time up and go test (TUG) sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Sedangkan untuk perbedaan efektivitas pada kelompok I dan kelompok II didapatkan hasil p=0,564 yang menunjukkan bahwa nilai p>0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai fungsi keseimbangan pasien.
{"title":"PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MICROWAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DENGAN HIGH INTENSITY LASER DAN TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION","authors":"Raihan Mahfud, Azka Hayati, Zairin Noor, Muhammad Siddik, Fakhrurrazy Fakhrurrazy","doi":"10.20527/ht.v6i1.8809","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8809","url":null,"abstract":"Low back pain (LBP) merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal akibat adanya ergonomi yang salah. Nyeri yang ditimbulkan dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan mobilisasi dan berpotensi mengganggu keseimbangannya. Etiologi potensial yang dapat menyebabkan LBP, yaitu : mekanis, degeneratif, peradangan, onkologis, dan infeksi pada tulang belakang. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas terapi MWD dan TENS dengan HILT dan TENS terhadap fungsi keseimbangan pasein LBP di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional pada 8 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Hasil penelitian didapatkan pada kelompok perlakuan I (MWD dan TENS) didapatkan nilai p=0,713 dan kelompok perlakuan II (HILT dan TENS) didapatkan nilai p=0,102 yang menunjukkan nilai p>0,05 maka tidak didapatkan perbedaan yang bermakna terhadap perubahan time up and go test (TUG) sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Sedangkan untuk perbedaan efektivitas pada kelompok I dan kelompok II didapatkan hasil p=0,564 yang menunjukkan bahwa nilai p>0,05, maka tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai fungsi keseimbangan pasien.","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"68 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83817606","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome 2 (SARS-Cov-2) yang menjadi persoalan serius seiring dengan peningkatan angka kejadian pasien konfirmasi positif dan angka mortalitasnya. Vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk menekan kasus COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kasus COVID-19 sebelum dan sesudah program vaksinasi di wilayah kerja puskesmas kota Banjarmasin meliputi angka kejadian pasien konfirmasi dan angka mortalitas. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 26 puskesmas di wilayah kerja Kota Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian pasien konfirmasi positif COVID-19 sebelum program vaksinasi adalah 2359 kasus sedangkan sesudah program vaksinasi sebanyak 1452. Angka mortalitas COVID-19 sebelum program vaksinasi adalah 194 kasus sedangkan sesudah program vaksinasi sebanyak 10 kasus. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan angka kejadian pasien konfirmasi positif sebelum dan sesudah program vaksinasi (p<0,001) serta adanya perbedaan angka mortalitas COVID-19 sebelum dan sesudah program vaksinasi (p<0,001).
{"title":"PERBEDAAN KASUS COVID-19 SEBELUM DAN SESUDAH PROGRAM VAKSINASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA BANJARMASIN","authors":"Nuria Ra’yal Ain, Nika Sterina Skripsiana, Noor Muthmainah, Farida Heriyani, Lisda Hayatie","doi":"10.20527/ht.v6i1.8796","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8796","url":null,"abstract":"Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome 2 (SARS-Cov-2) yang menjadi persoalan serius seiring dengan peningkatan angka kejadian pasien konfirmasi positif dan angka mortalitasnya. Vaksinasi merupakan salah satu upaya untuk menekan kasus COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kasus COVID-19 sebelum dan sesudah program vaksinasi di wilayah kerja puskesmas kota Banjarmasin meliputi angka kejadian pasien konfirmasi dan angka mortalitas. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 26 puskesmas di wilayah kerja Kota Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian pasien konfirmasi positif COVID-19 sebelum program vaksinasi adalah 2359 kasus sedangkan sesudah program vaksinasi sebanyak 1452. Angka mortalitas COVID-19 sebelum program vaksinasi adalah 194 kasus sedangkan sesudah program vaksinasi sebanyak 10 kasus. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan angka kejadian pasien konfirmasi positif sebelum dan sesudah program vaksinasi (p<0,001) serta adanya perbedaan angka mortalitas COVID-19 sebelum dan sesudah program vaksinasi (p<0,001).","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91203760","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tashya Mutiara Annisa Putri, Rahmiati Rahmiati, N. Mulyani, Agung Ary Wibowo, Noor Muthmainah
Pelaksanaan hand hygiene dapat mengurangi peningkatan kejadian Hospital Associated Infections (HAIs). Peserta program studi profesi dokter merupakan salah satu perantara patogen kepada pasien untuk mengurangi kejadian HAIs diperlukan kepatuhan terhadap hand hygiene. Hand hygiene adalah suatu tindakan untuk mengurangi peningkatan angka kejadian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kepatuhan hand hygiene pada peserta program studi profesi dokter di RSUD Ulin Banjarmasin berdasarkan jenis kelamin, lama pendidikan, protokol five moments dan cuci tangan 6 langkah. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan pengamatan langsung dengan populasi peserta program studi profesi dokter. Penelitian dilakukan pada bulan November – Desember 2022 dengan pengambilan secara consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan angka kepatuhan hand hygiene 33,33% dan melakukan sesuai prosedur 25%. Kepatuhan hand hygiene pada perempuan 35,48% dan laki – laki 31,03%; pada angkatan 31 sebanyak 42,86% dan angkatan 32 sebanyak 25%. Kepatuhan pada tiap momen seelum menyentuh pasien 22,73%, sebelum tindakan aseptis 25%, setelah terpapar cairan tubuh 50%, setelah menyentuh pasien 45,45%, setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien 25%. Hasil penelitian kepatuhan hand hygiene ini didapatkan jenis kelamin perempuan dan angkatan 31 lebih patuh. Kepatuhan momen tertinggi saat setelah terpapar cairan tubuh pasien. Subjek penelitian diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan hand hygiene.
{"title":"GAMBARAN KEPATUHAN HAND HYGIENE PADA PESERTA PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER DI RSUD ULIN BANJARMASIN","authors":"Tashya Mutiara Annisa Putri, Rahmiati Rahmiati, N. Mulyani, Agung Ary Wibowo, Noor Muthmainah","doi":"10.20527/ht.v6i1.8808","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8808","url":null,"abstract":"Pelaksanaan hand hygiene dapat mengurangi peningkatan kejadian Hospital Associated Infections (HAIs). Peserta program studi profesi dokter merupakan salah satu perantara patogen kepada pasien untuk mengurangi kejadian HAIs diperlukan kepatuhan terhadap hand hygiene. Hand hygiene adalah suatu tindakan untuk mengurangi peningkatan angka kejadian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kepatuhan hand hygiene pada peserta program studi profesi dokter di RSUD Ulin Banjarmasin berdasarkan jenis kelamin, lama pendidikan, protokol five moments dan cuci tangan 6 langkah. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif dengan pengamatan langsung dengan populasi peserta program studi profesi dokter. Penelitian dilakukan pada bulan November – Desember 2022 dengan pengambilan secara consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan angka kepatuhan hand hygiene 33,33% dan melakukan sesuai prosedur 25%. Kepatuhan hand hygiene pada perempuan 35,48% dan laki – laki 31,03%; pada angkatan 31 sebanyak 42,86% dan angkatan 32 sebanyak 25%. Kepatuhan pada tiap momen seelum menyentuh pasien 22,73%, sebelum tindakan aseptis 25%, setelah terpapar cairan tubuh 50%, setelah menyentuh pasien 45,45%, setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien 25%. Hasil penelitian kepatuhan hand hygiene ini didapatkan jenis kelamin perempuan dan angkatan 31 lebih patuh. Kepatuhan momen tertinggi saat setelah terpapar cairan tubuh pasien. Subjek penelitian diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan hand hygiene.","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86502090","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Hasan Ridhoni, Siti Kaidah, Dona Marisa, Asnawati Asnawati, Didik Dwi Sanyoto, Muhammad Marwan, Finna Rahmiati
Pada masa pandemi Covid 19, latihan fisik atau olahraga merupa hal yang penting untuk dilakukan guna meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Lari aerobik 12 menit dengan intensistas sedang merupakan salah satu jenis latihan fisik yang biasa dilakukan oleh semua golongan umur terutama remaja. Latihan fisik sangat berhubungan erat dengan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah seberapa cepat seseorang merespon terhadap suatu stimulus/rangsangan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan waktu reaksi sebelum dan sesudah lari aerobik 12 menit dengan intensitas sedang pada remaja terlatih basket dan tidak terlatih basket. Penelitian dilakukan dengan Cross Sectional Study pada 15 siswa pemain basket dan 15 siswa bukan pemain basket SMAN 1 Banjarbaru. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan T-test berpasangan (sebelum dan sesudah) dan T-test tidak berpasangan (terlatih dan tidak terlatih) dan uji mann-whitney (selisih waktu reaksi). Hasil analisis data adalah terdapat perbedaan bermakna (p=0.000) antara nilai waktu reaksi remaja terlatih basket (0,020) dan remaja tidak terlatih basket (0,040). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa waktu reaksi remaja terlatih basket lebih baik dibanding remaja tidak terlatih basket dilihat dari hasil selisih waktu reaksi sebelum dan sesudah lari aerobik 12 menit dengan intensitas sedang
{"title":"PERBEDAAN WAKTU REAKSI SEBELUM DAN SESUDAH LARI AEROBIK 12 MENIT PADA REMAJA TERLATIH BASKET DAN TIDAK","authors":"Muhammad Hasan Ridhoni, Siti Kaidah, Dona Marisa, Asnawati Asnawati, Didik Dwi Sanyoto, Muhammad Marwan, Finna Rahmiati","doi":"10.20527/ht.v6i1.8811","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8811","url":null,"abstract":"Pada masa pandemi Covid 19, latihan fisik atau olahraga merupa hal yang penting untuk dilakukan guna meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Lari aerobik 12 menit dengan intensistas sedang merupakan salah satu jenis latihan fisik yang biasa dilakukan oleh semua golongan umur terutama remaja. Latihan fisik sangat berhubungan erat dengan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah seberapa cepat seseorang merespon terhadap suatu stimulus/rangsangan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan waktu reaksi sebelum dan sesudah lari aerobik 12 menit dengan intensitas sedang pada remaja terlatih basket dan tidak terlatih basket. Penelitian dilakukan dengan Cross Sectional Study pada 15 siswa pemain basket dan 15 siswa bukan pemain basket SMAN 1 Banjarbaru. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan T-test berpasangan (sebelum dan sesudah) dan T-test tidak berpasangan (terlatih dan tidak terlatih) dan uji mann-whitney (selisih waktu reaksi). Hasil analisis data adalah terdapat perbedaan bermakna (p=0.000) antara nilai waktu reaksi remaja terlatih basket (0,020) dan remaja tidak terlatih basket (0,040). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa waktu reaksi remaja terlatih basket lebih baik dibanding remaja tidak terlatih basket dilihat dari hasil selisih waktu reaksi sebelum dan sesudah lari aerobik 12 menit dengan intensitas sedang","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"35 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85446248","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kista ovarium adalah suatu kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang terdapat di ovarium. Kista ovarium bisa berubah menjadi ganas atau bisa disebut kanker, yang sebelumnya telah dicurigai terdapat keganasan atau yang disebut dengan kista ovarium curiga ganas. Salah satu tata laksana pasien dengan kista ovarium curiga ganas adalah kemoterapi. Pasien kista ovarium curiga ganas yang diberi kemoterapi akan terjadi perbaikan. Salah satu parameter dari perbaikan keadaan klinis pasien adalah pemeriksaan hasil laboratorium darah MCV dan MCHC. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan nilai MCV dan MCHC pada pasien kista ovarium curiga ganas dengan dan tanpa diberi kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2022. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, subjek penelitian sebanyak 50 pasien yang diambil dari rekam medis yang terdiri dari 19 pasien kista ovarium curiga ganas dengan kemoterapi dan 31 pasien kista ovarium curiga ganas tanpa kemoterapi. Hasil penelitian ini dianalisis dengan uji T-tidak berpasangan dan ditemukan adanya perbedaan bermakna untuk nilai MCV dan perbedaan tidak bermakna pada nilai MCHC pasien kista ovarium curiga ganas dengan dan tanpa kemoterapi.
{"title":"PERBEDAN NILAI MCV DAN MCHC PADA PASIEN KISTA OVARIUM CURIGA GANAS DENGAN DAN TANPA KEMOTERAPI DI RSUD ULIN BANJARMASIN","authors":"Mutiara Hasna Salsabila Purnama, Hariadi Yuseran, Iwan Alfanie","doi":"10.20527/ht.v6i1.8807","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/ht.v6i1.8807","url":null,"abstract":"Kista ovarium adalah suatu kantong berisi cairan seperti balon berisi air yang terdapat di ovarium. Kista ovarium bisa berubah menjadi ganas atau bisa disebut kanker, yang sebelumnya telah dicurigai terdapat keganasan atau yang disebut dengan kista ovarium curiga ganas. Salah satu tata laksana pasien dengan kista ovarium curiga ganas adalah kemoterapi. Pasien kista ovarium curiga ganas yang diberi kemoterapi akan terjadi perbaikan. Salah satu parameter dari perbaikan keadaan klinis pasien adalah pemeriksaan hasil laboratorium darah MCV dan MCHC. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan nilai MCV dan MCHC pada pasien kista ovarium curiga ganas dengan dan tanpa diberi kemoterapi di RSUD Ulin Banjarmasin periode Januari-Desember 2022. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, subjek penelitian sebanyak 50 pasien yang diambil dari rekam medis yang terdiri dari 19 pasien kista ovarium curiga ganas dengan kemoterapi dan 31 pasien kista ovarium curiga ganas tanpa kemoterapi. Hasil penelitian ini dianalisis dengan uji T-tidak berpasangan dan ditemukan adanya perbedaan bermakna untuk nilai MCV dan perbedaan tidak bermakna pada nilai MCHC pasien kista ovarium curiga ganas dengan dan tanpa kemoterapi. ","PeriodicalId":77544,"journal":{"name":"Homeostasis in health and disease : international journal devoted to integrative brain functions and homeostatic systems","volume":"63 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86515435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}